Catatan ini hanyalah jalan menuju ingatanku yang lama. Ketika pengkhianatan dimulai, saat air mataku tak henti-hentinya terurai. Kisah cintaku yang dimulai saat hujan tengah menyambut September. Kali pertamaku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya, hingga lukanya nyaris melarikan kewarasan yang aku punya.
Sejatinya dalam hidup, manusia cuma mampu jatuh cinta satu kali. Sisanya; hanya sekedar melanjutkan hidup kembali. Cinta pertamaku ini telah kekal dan abadi mengubur diri dalam hati. Meskipun bunga lain tumbuh, walaupun seseorang yang baru mencintaiku lebih sungguh-sungguh. Ada tempat tersendiri yang tak bisa diganggu-gugat orang lain, tempat yang takkan mungkin direbut siapapun. Disanalah engkau abadi.
Seperti yang selalu aku katakan; kau telah berlayar ke arah tenggara, sementara aku berbalik membelakangimu. Jalan yang kita tempuh telah benar-benar berbeda, dan tak lagi mampu disamakan apapun keadaannya. Namun, selalu kuhantarkan doa-doa baik agar setia menyertaimu. Jawabannya ada pada tiap-tiap bahagia yang kau peluk belakangan waktu.
Kuucapkan banyak terimakasih atas hadir dan pergimu kala itu. Walaupun luka membara, sekalipun sedih menyiksa. Sama sekali tidak ada yang kusesali. Bagaimanapun, aku pernah menjadi yang paling bahagia sedunia. Bersamamu membuatku mengerti seperti apa rasanya jatuh cinta yang sebenar-benarnya.
Kepada dirimu yang pernah teramat sangat kucintai, kepadamu yang pada akhirnya hidup abadi mengisi hati; Muhammad Febian. Kupersembahkan seutuhnya tentangmu pada catatan ini. Meski kita sudah tidak lagi menyapa, kukenang kau selalu. Disinilah, dalam uraian kalimatku; kau abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Patah Hati
PoetryBagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.