Semboyan 'Senggol bacok!'
.
.
."Senja" panggil Gheitsa pelan saat melihat Senja sudah membuka matanya perlahan.
Gadis bersurai hitam itu kini sudah sadar dari pingsannya. Ia menatap ruangan yang hanya ada Gheitsa, Risa dan dirinya saja di dalam.
"Agas mana?"
Kedua temannya ini tidak habis fikir dengan Senja. Bukannya mengkhawatirkan dirinya sendiri, tapi kini ia malah bertanya soal Agas.
"disaat kayak gini lo masih nanya tentang Agas?" ucap Risa.
Senja menghela nafas, "dia udah pulang?
"dia barusan pulang" jawab Gheitsa.
Senja lalu memegangi dadanya yang tadi terasa sesak. Kini sudah tidak terasa, karena ia sudah diberi obat peredanya.
"nja, lo jangan keseringan pake obat itu, kalo yang dari gue baca, entar kalo keseringan make bisa nggak terkendali" tutur Risa.
"gue kan udah sering bilang sama lo, jangan kecapean, jangan banyak pikiran, jangan dipaksa kalo lo nggak bisa. Ini amanah dari abang lo" timpal Gheitsa.
Senja hanya terdiam mendengar ucapan kedua temannya.
Susah sekali menjadi dirinya. Begitu merasa sesak, ia pasti susah bernafas yang berakibat pingsan. Terkadang juga ia bisa mengontrolnya.
~~¤~~
Agas bersama teman-temannya tengah berkumpul di basecamp. Hal biasa yang mereka lakukan setelah pulang sekolah.
"Gas, gimana ceritanya lo bisa berangkat bareng ama Senja?" tanya Teo penasaran.
"kepo lo"
Teo menghela nafas, "yaelah timbang cerita doang repot"
"males" jawabnya singkat.
Agas melirik ke arh Vigar yang tengah fokus dengan ponselnya. Ya, Vigar memang orang yang cuek, tapi diam-diam ia perhatian.
"gar, siapa semalem yang menang?" tanya Agas.
"wehh, ya jelas Vigar lah gas, lo nggak liat tampang dia itu tampang seorang pemenang?" sahut Teo dengan antusias mengalahkan para monyet yang sedang tawuran.
"si Deka temennya fulo mah kagak ada apa-apanya" timpal Rendy.
Mereka memang hebat, hebat dalam melebih-lebihkan cerita. Laki-laki tapi kalau sudah berkumpul multnya seperti perempuan, apalagi Rendy.
"coba lo liat Gas, bakalan terpukau....kau...kau..." ucap Ibram yang mengulang kata 'kau' agar tampak seperti menggema.
"alay lo!" semprot Agas.
Vigar yang sedari tadi hanya menyimak percakapan mereka kini ikut bergabung.
"Gas, Deka udah transfer belum?" tanyanya pada Agas.
Agas lalu mengecek rekeningnya. Dan ternyata masih sama, saldonya tidak bertambah.
"ah, emang lama tu orang kalo udah urusan ama duit" ucapnya kesal.
"yaelah nggak heran lagi gue sama curut satu itu. Giliran pas nantangnya so' yes" tambah Ibram.
Saat sedang membicarakan soal uang yang belum kunjung didapat, tiba-tiba ada suara pintu yang di dobrak sangat kencang.
"buset dah, suara apaan tuh?" tanya Rendy heran.
"cek sono bam" titah Teo kepada Ibram.
Ibram berdecak, "giliran gini nyuruhnya gue, heran banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AREGAS [ON GOING]
Fiksi RemajaRanendra Aregas. Lahir di keluarga kaya raya nggak membuat gue bangga atau pun bahagia dengan kenyataan itu, tapi banyak orang bilang gue beruntung. Justru gue ingin lahir di keluarga lain, nggak seperti keluarga gue yang sekarang. Orang nggak tau b...