Dua

94 20 3
                                    

Serangan dari sylver
.
.
.

tek.... tek...

Suara korek yang terus dimainkan, menandakan kegabutannya. Teo, merasa bosan sedari tadi hanya duduk menunggu keutusan Agas dan Vigar, padahal ia adalah panglimanya, orang yang berada di barisan terdepan bersama sang leader dan wakilnya.

" mau gue ajarin ngehipnotis orang nggak? " tanya Rendy.

" lo itu bukan hipnotis, tapi modus! " jawab Ibram

" njirlah "

BRAAKK!!!

Teo, Rendy, Ibram dan member lainnya sontak terkejut mendengarnya. Suara pukulan meja itu terdengar sangat jelas dan berasal dari sang leader. Ia sangat kesal.

" brengsek! Berani banget mereka! "

" kenapa gas? "

Si empu langsung menatap tajam ke arah yang bertanya. Kini semua sedang berkumpul. Sebagai orang yang paling dewasa dan bijak di antara mereka, Vigar memberi penjelasan yang dapat dimengerti oleh yang lain soal masalah yang membuat Agas marah sampai memukul meja.

" mereka sekarang lagi nyerang Sekolah kita " ucap Vigar kalem.

" gila apa mereka!! "

" nambahin kerjaan, padahal niat bolos "

Sesaat keadaan menjadi riuh, kesal dan jengkel. Kenapa rakyat sekolah yang menjadi imbasnya? Apa nanti kata kepala sekolah?

Vigar terdiam sejenak. Sepertinya ia tengah memikirkan apa akibat yang akan ditanggung mereka.

" sekarang juga kita balik ke sekolah! "

Tanpa celotehan yang keluar dari mulut, semua member mengikuti titah dari sang leader. Mereka beranjak dari duduknya dan segera pergi dari basecamp menuju sekolah.

~~¤~~

Keadaan sekolah tengah ricuh. Awalnya keadaan sekolah tengah tenang dan terlihat seperti biasa sebelum Sekelompok geng Motor datang bergerombol ke SMA nusantara secara tiba-tiba. Tidak ada yang tau kenapa mereka datang dan menyerang sekolah seperti itu.

Semua siswa yang melihat itu langsung berhamburan keluar kelas. Suara teriakan yang menjadi backsound membuat semua menjadi tambah cemas. Sekelompok geng itu tak henti-hentinya mendobrak gerbang serta melempari batu ke dalam sekolah sampai guru pun tak bisa berbuat apa-apa.

" semua siswa harap berkumpul di lapangan belakang! " perintah seorang laki-laki yang tak lain adalah guru bk SMA nusantara, pak Jondan.

Semua siswa kini sudah berkumpul di lapangan belakang tanpa terkecuali. Tapi yang diluar sekolah masih ricuh dan gaduh. Sampai orang yang mereka tunggu-tunggu datang.

Ninjanya itu membelah segerombolan dari mereka diikuti yang lain. Semua mata menuju pada Agas dan gengnya. Mematikan mesin, ia lalu turun dari motornya. Ia melepaskan helmnya dan meletakannya di atas motornya.

Deka, si ketua yang menjadi musuh bebuyutan bagi Agas. Ia terkenal dengan kenakalannya terhadap wanita, si play boy tingkat akut, menatap nyalang ke arah Agas sembari memegang tongkat baseball.

" B A N T A I !!! "

Teriakan khas seorang laki-laki itu membuat Sylver menyerang terlebih dahulu. Sambutan yang cukup mengesankan bagi Perion, baru datang sudah diajak untuk baku hantam.

Perkelahian dan saling pukul anatara mereka tak bisa terelakkan. Semua maju menyerang tanpa terkecuali. Dengan tangan kosong Perion menghadapi Sylver yang membawa beberapa peralatan untuk menghajar mereka.

Tapi tanpa mematahkan tulang dan melukai tangannya, Deka yang tengah berhadapan dengan Agas tiba-tiba berhenti. Agas menatapnya bingung dengan alisnya yang mengerut.

" mundur! "

Belum ada yang tumbang satu pun, Deka memerintahkan yang lain untuk kembali ke motor dan pergi dari tempat itu secepatnya. Tidak ada yang terluka, babak balur pun belum. Hanya saja, dahi Agas dan lengan Ibram terluka karena terkena lemparan batu dari Sylver.

Alasan Sylver membubarkan diri adalah karena suara sirine polisi. Deka mencegah anak buahnya maju agar tidak tertangkap.

Agas dan member Perion yang lain hanya diam menatap perginya Sylver. Memang benar-benar pengecut, beraninya kroyokan.

Ia menghela nafas gusar, menatap mobil polisi yang perlahan mendekat. Semua member Perion tidak ada yang berpindah tempat sampa salah seorang polisi mendekat ke arah Agas.

" kalian semua harus ikut kami ke kantor polisi "

Agas tetap diam saja. Ia hanya menatap pergelangan tangannya yang tengah diborgol bersama yang lain. Satu per satu diantara mereka masuk ke dalam mobil polisi, hanya menyisakan motor yang mereka bawa dan batu yang berserakan di jalan.

~~¤~~

Pecahan kaca ada di lantai  kelas dan teras. Banyak batu yang ada Dimana-mana dan sampah yang berserakan. Seluruh siswa sudah dipulangkan karena masalah keamanan, sedang osis dan perangkat kelas masih berada di sekolah, membicarakan kerusakan yang ada.

Setelah dimintai keterangan oleh polisi, Agas dkk gantian diminta untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi. Sebelumnya memang pernah seperti ini dan mereka sudah diberi peringatan. Tapi tidak sampai seburuk ini kerusakannya.

" 16 orang jumlah kalian, belum lagi ditambah anak-anak yang lain. Kalian itu belum pernah membanggakan sekolah tapi sudah lebih dulu mempermalukan nama sekolah, mau jadi apa kalian!! " pekik pak Jondan.

Kemarahannya itu belum usai sebelum ia mencaci maki mereka sampai membuat mereka bosan. Mereka semua hanya diam mendengarkan layaknya murid yang merasa bersalah. Selama tidak keterlaluan mereka tidak akan membantah.

" kalau sudah begini, siapa yang akan mengganti kerusakan yang ada? "

Mereka hanya diam menatap ruangan serba putih yang sangat membosankan.

" saya bertanya sama kalian, bukan sama tembok! Apa perlu saya panggilkan orang tua kalian? "

" biar saya aja yang ganti semua kerusakannya. Bapak tinggal kasih tau saya berapa jumlahnya, nanti saya langsung kirim ke rekening sekolah " ucap Agas spontan dengan tatapan tajam. Ia lalu pergi meninggalkan kantor dengan membanting pintu karena kesal.

Semua yang ada di kantor terdiam. Seakan-akan mereka yang takut kepada Agas. Mereka sudah biasa dengan sikap Agas itu. Pak Jondan pun sudah dibuat pusing oleh mereka, jadi ia juga menyuruh mereka untuk pulang hari ini.

🍁🍁🍁

AREGAS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang