Tantangan Musuh Bebuyutan
.
.Senja sedang membereskan buku dan alat tulis yang akan ia masukkan ke dalam tasnya. Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, murid-murid pun berangsur untuk pulang.
Gheitsa yang berada di depan Senja menoleh ke belakang setelah membereskan bukunya, meletakkan dagunya di atas sandaran kursi. Ia menatap Senja sembari memonyongkan bibirnya.
" yah nja, sorry ya gue nggak bisa pulang bareng. Soalnya papa gue ngajak makan diluar "
" tenang aja, gue pulang bareng bang Zein kok "
Gheitsa mengangkat kepalanya, menatap Senja dengan senyumnya, " kalo udah sampe rumah kasih tau ya "
" oke "
" yaudah, gue pulang duluan ya! Yuhuuu.. " ujarnya sembari melambaikan tangan kepada Senja, perlahan gadis itu menghilang dari ruang kelas.
Senja mengeluarkan ponselnya, berencana menelfon sang abang untuk menjemputnya. Dan ia masih stay di tempat duduknya.
Keadaan kelas sudah tidak seberapa ramai lagi, hanya ada segelintir orang.
Senja berdiri, mengambil tasnya dan pergi dari kelas. Ia keluar menuju ke depan sekolah.
Dari tadi Senja menghubungi abangnya, tetapi telfonnya itu tak kunjung diterima. Senja mendengus kesal, dasar abangnya ini.
" kok nggk diangkat sih! Sebenernya dia ini kemana? " ucapnya kesal.
Senja menoleh kesana kemari, melihat jalanan yang tidak seberapa ramai itu.
" oh iya! Bang Zein kan hari ini ada ujian! Terus gue pulang sama siapa? Apa gue naik taksi aja ya? "
Ia baru teringat kalau Zein ada ujian hari ini. Ujiannya berlangsung selama 4 hari, mungkin selama itu juga Senja harus pulang naik taksi atau bus.
Taksi tidak ada yang lewat, begitu juga dengan bus siang itu. Senja berfikir, apa dia lebih baik jalan saja? Tapi ini terlalu jauh untuk sampai dirumahnya. Tapi apa salahnya mencoba?
Senja akhirnya berjalan menyusuri jalanan ibukota yang tidak terlalu ramai. Senja berfikir lagi, " apa sekalian aja ya gue jalan-jalan? Lewat jalan yang nggak pernah gue lewatin? Nggak apa-apa deh, sekali ini aja "
Entah kenapa, pikiran itu muncul di benaknya. Dengan mengikuti pikirannya, Senja melewati jalan yg sepi, sedikit sejuk, serta jauh dari kendaraan yang membuat polusi. Di sampingnya banyak bangunan yang seperti ruko yang sudah tidak dipakai dan beberapa bangunan kecil lain yang masih di operasikan.
Saat sedang memandangi jalan itu, matanya tertuju pada salah satu ruko tidak terpakai itu. Senja menatap kerumunan orang yang berada di ruko itu dari jauh, tampaknya mereka sangat ramai, mungkin lebih dari 10 orang.
Senja mencoba cuek saja terhadap apa yang ia lihat, ia melanjutkan langkahnya. Saat sedang berjalan, ia dikagetkan oleh seseorang yang mengambil ponselnya yang ia pegang.
Greepp!!
" Woy!!! "
Senja terkejut bukan main. Disaat ia sedang berjalan dengan santai, orang itu tiba-tiba meraih ponselnya dan itu membuatnya reflek berteriak. Matanya sampai membelalak. Senja langsung mengejar orang itu, tapi karena dia seorang laki-laki dan Senja seorang perempuan, larinya tertinggal lumayan jauh.
Orang itu berlari ke arah ruko yang sempat membuat mata Senja berhenti beberapa detik menatap bangunan itu. Senja mengikutinya sampai ke kerumunan orang itu. Ah, bukan lagi kerumunan, karena sebagian dari mereka baru saja masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AREGAS [ON GOING]
Teen FictionRanendra Aregas. Lahir di keluarga kaya raya nggak membuat gue bangga atau pun bahagia dengan kenyataan itu, tapi banyak orang bilang gue beruntung. Justru gue ingin lahir di keluarga lain, nggak seperti keluarga gue yang sekarang. Orang nggak tau b...