Sembilan

60 17 3
                                        

Menghindar karena malu, tapi ujungnya mendatanginya juga
.
.
.

" gas, Ibram mana? "

Agas menoleh, melihat kesana kemari mencari Ibram. Ia mengerutkan alisnya, Ibram tidak ada bersama mereka. Apa dia sudah pulang lebih dulu?

Itu tidak mungkin, dia tidak mungkin pulang  dengan berjalan kaki karena motornya masih terparkir di samping motor Teo. Lantas kemana perginya Ibram?

Masalah ini membuat Agas dan Vigar harus berfikir dua kali. Sylver yang tiba-tiba menyerang tanpa sebab, motor Agas yang rusak, Ibram yang entah kemana ditambah bagaimana caranya mereka berdua membawa 4 motor ini.

Agas membuka ponselnya, mencoba menelfon Ibram yang tidak ada bersama mereka. Vigar juga membantunya, ia juga membuka ponselnya.

Panggilan yang Agas lakukan tersambung, tapi tidak dijawab. 3 kali Agas menelfon Ibram, tapi hasilnya tetap sama.

" aarghh! Dendam apa si mereka sama gue?! Ni lagi si Ibram kemana? " pekik Agas frustasi sembari mengacak rambutnya.

Vigar hanya melirik Agas. Kemudian ia menaiki motornya hendak pulang.

" mau kemana lo? " tanya Agas yang mengangkat kepalanya menatap Vigar.

" pulang " jawabnya singkat yang sudah berada di atas motornya.

" terus motor-motor ini? "

" nanti anak-anak yang bawa termasuk motor lo gw suruh bawa ke bengkel. Lo bawa motor Teo aja "

" terus Ibram? "

" besok kita omongin lagi. Gue yakin Deka yang bawa dia " ucapnya langsung pergi meninggalkan Agas.

Agas terdiam pada posisinya. Sepertinya Vigar tau sesuatu tentang hilangnya Ibram. Tapi apa itu?
.
.
.

Agas kini sudah berada di halaman rumahnya. Ia turun dari motornya, kemudian berjalan menuju pintu rumahnya. Saat ia hendak membukanya, ia berhenti sejenak.

" nanti papa sama orang itu mau kesini "

" buat apa? "

" mau ngobrol sama kamu "

Agas menghela nafas gusar. Saat ini emosinya sedang memuncak. Bisakah ia menghadapi mereka dengan kepala dingin? Sudahlah, yang penting sekarang ia masuk dulu.

Ckleek

Agas membuka pintu rumahnya,mendapati 3 orang dewasa yang tenagh duduk di ruang tamu menunggunya. Itu Hendra, Sinta, dan wanita itu.

Perlahan Agas berjalan ke arah mereka. Sinta yang awalnya biasa saja kini terkejut saat Agas yang perlahan mendekat. Wajahnya seperti orang usai berkelahi.

" dek, muka kamu kenapa? " tanyanya cemas.

Agas mengusap bibirnya yang pecah, lalu duduk sembari menatap kakaknya.

" nggak apa-apa kak, cuma sed... "

" kamu pasti abis berantem? Ya, kan? " sergap Hendra yang membuat ucapan Agas berhenti.

Agas langsung menatap Hendra. Kenapa dia ini sering membuat argumen sendiri? Agas tidak habis fikir dengan itu.

" jawab Agas, papa tanya! "

" iya, ini abis berantem! " sarkasnya.

Agas lalu naik ke atas menuju kamarnya. Ia benar-benar muak dengan Hendra sekarang. Wanita itu pun diam saja sambil menatap Agas.

AREGAS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang