Empat

73 19 12
                                    

Flashback
.
.
.

Sinta dan sang ayah, sedang duduk termenung menunggu kabar dari dalam ruangan bercat putih. Mereka sedang berada di rumah sakit menunggu seseorang. Sedangkan Agas duduk menjauh dari mereka dan hanyut dalam pikirannya sendiri.

Matahari tengah beranjak naik, waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Seorang bocah laki-laki tengah bermain di taman bersama mamanya. Saat sedang bermain tiba-tiba bocah itu mengalihkan fokusnya, melihat seekor kucing kecil berwarna coklat terang yang sangat imut melintas di depannya. Ia pun mengejar kucing itu sampai ke tengah jalan.

Di sisi lain, sang mama memperhatikan anaknya dari jauh. Kemudian sang mama melihat ke arah jalan. Terlihat sebuah motor yang melaju dengan kencang ke arah anaknya. Sang mama yang melihat itu pun langsung bertindak dan berlari menuju anaknya.

Braakk!!

" aw! " bocah kecil itu terjatuh bersama kucing yang ia pegang. Lalu ia bangkit dan melihat siapa yang telah mendorongnya.

Seorang wanita tergeletak dengan darah yang mengalir dari bagian kepalanya. wanita itu terlihat kesakitan. Namun ia berusaha tersenyum karena melihat seorang bocah laki-laki berlari ke arahnya dengan berderai air mata.

" ma.... Mmamaaahhh!!! " teriak bocah itu. Ia langsung menghampiri sang mama yang tergeletak lemah.

" mamah, a.. Aku telpon papa... Ma.. Mah tunggu ya "ucapnya sambil memangis sesegukan.

" Agas...De..Dengerin mama ya...Kalo Agas udah be...sar nanti, ja..di anak y.. Yang baik ya nak. Ma..Mah sela...lu bangga sa..ma A..gas " ucap sang mama sambil memegangi pipi Agas dengan tangannya yang berlumuran darah.

Agas kecil tersenyum saat sang mama memegang pipinya. walaupun air mata Agas tetap mengalir dengan deras membasahi pipinya. Perlahan genggaman di pipi Agas meregang dan sontak senyumnya perlahan memudar. Tangan sang mama jatuh ke tanah, menyisakan bercak darah di pipinya.

" mamahh!! "

~~¤~~

Agas kecil tengah menangis di pelukan sang papa. Lampu operasi masih menyala, pintu masih tetutup rapat. Mereka menunggu di ruang tunggu, menantikan operasi yang tak kunjung usai itu. Agas sedari tadi terus menangis sampai akhirnya ia menguatkan hatinya. Agas kecil mengusap air matanya dan berjalan menuju kakak perempuannya yang tengah duduk sambil menangis sese gukan.

" kakak jangan nangis lagi, aku yakin mamah di dalem kuat, kita do'ain aja " ucapnya lirih sambil memegang tangan kakaknya.

" Agas juga jangan nangis lagi, kan ada kakak sama papa "

Agas kecil menganguk dan tersenyum lebar disertai air mata yang mulai mengalir lagi. Kedua kakak beradik ini lalu saling berpelukan haru.

Tak lama kemudian lampu operasi padam. Semua melihat ke arah pintu harap-harap cemas. Seorang dokter laki-laki dan seorang perawat perempuan yang menemaninya keluar dari ruang operasi. Sontak kelurga kecil ini langsung bangkit dari tempatnya, sang papa, sinta dan Agas kecil.

" gimana dok? Apakah operasinya lancar? " tanya Hendra kepada dokter cemas.

Dokter itu terdiam sejenak, memikirkan kata-kata yang hendak ia keluarkan dari mulutnya.
" pak, bapak tenang dulu, saya akan beritahu " dokter itu mencoba menenangkan hendra, menarik nafas dalam, " istri bapak tidak bisa kami selamatkan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkehendak lain "

AREGAS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang