Lima

61 20 6
                                    

Crazy Killer

.
.
.

" turun? "

" ng? " Senja turun lalu Menatap Agas.

Agas memarkirkan motornya, lalu mengantar Senja masuk ke dalam. Agas berjalan di depan, diikuti senja di belakangnya. Ia memegangi lukanya, darah sudah membuat bekas di lengannya, walaupun luka itu tidak seberapa besar.

Agas menunggu di luar, sedangkan Senja masuk ke dalam ruangan yang di dalamya sudah ada perawat yang akan mengobati lukanya.

" saya bersihin dulu ya mba lukanya "

" iya "

Menahan perih yang diakibatkan luka itu, Senja mengerutkan alisnya. Lukanya tidak lebar, tetapi panjang. Luka itu dibalut dengan perban yang baru saja dipakaikan oleh perawat.

Setelah selesai, Senja lalu berdiri, berjalan menuju pintu. Ia melangkahkan kakinya keluar, melongok kesana kemari mencari Agas. Masalahnya Agas tidak ada di ruang tunggu.

" mana sih ni orang? Tadi aja udah kayak tanggung jawab banget, eh sekarang malah ngilang " ucap Senja pelan.

Seorang berpakaian serba putih yang biasa disebut dengan 'suster' datang menghampiri Senja dengan membawa pena dan papan.

" maaf mba, liat cowo yang tadi nunggu disini nggak? " tanya Senja kepada suster itu.

" maaf mba, saya nggak liat. Oh iya mba, mba bisa langsung pulang karena lukanya sudah kami obati dan biaya pengobatannya sudah dibayar " ucap suster itu lalu pergi meninggalkan Senja.

Senja terdiam. Siapa yang sudah membayarnya? Apa mungkin Agas? sudahlah, ia besok bisa menanyakan langsung padanya. Yang harus ia pikirkan sekarang adalah bagaimana cara ia pulang. Pasalnya dompetnya tertinggal di atas meja makan di rumah. Ia hanya membawa ponsel miliknya.

Merotasika mata jengah, Senja menghidupkan layar ponselnya dan berniat menelfon sang kakak.

Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat dihubungi atau ber.....

Senja menghela nafas gusar, sudah berkali-kali ia menelfon sang kakak tapi hasilnya tetap sama. Akhirnya ia menyerah, mematikan layar ponselnya lalu mengantonginya kembali.

" gimana ini? "

" kenapa nja? "

Senja terkejut. Seorang remaja tiba-tiba menghampirinya dan langsung bertanya kepadanya. Ia menoleh, menatap si WAKIL KETUA OSIS yang lagi-lagi muncul di depannya.

" tangan lo kenapa nja? "

" ini, kegusruk aspal " jawab Senja singkat.

" kok bisa?? "

" ya bisalah, eh, lo ngapain disini? "

" ng? Gue? Gue nemenin temen gue disini "

Senja menatap Denis, mengangguk lalu meninggalkannya pergi. Denis menghela nafas gusar sembari menatap perginya Senja.
" untung aja" ucapnya pelan.

~~¤~~

Cahaya hangat matahari pagi mengusir dingin tadi malam. SMA Nusantara berdiri tegak dan lapangan yang telah penuh oleh para siswa yang tengah melakukan upacara.

Sang saka sudah dinaikkan, dan upacara hampir usai. Pagi itu, para para guru berada di depan dan pak Dani yang berdiri di atas mimbar hendak menyampaikan sesuatu.

" Assalamu'allaikum warohmatulloh wabarokatuh "

" wa'alikumsalam waroh...."

" langsung saja, di amanat kali ini saya tidak akan menyita banyak waktu kalian. Apa kalian pernah berfikir tentang alasan kalian masuk sekolah ini? Kalian itu disini untuk belajar, bukan untuk menjadi.... "

AREGAS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang