Dua Tiga

18 7 4
                                    

Ninja pemuda itu membelah keheningan malam yang telah sunyi. Setelah kejadian tadi sore, Senja memilih untuk pulang, bersama Agas yang mengantarnya.

Sedari tadi kedua remaja itu hanya terdiam, tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Senja tau, Agas pasti masih sedikit terguncang.

Tapi Senja tidak tahan harus terus diam seperti ini.

"Agas" panggil gadis itu pelan.

"apa?"

"lo gapapa kan? Lo baik-baik aja kan?"

Pemuda itu hanya terdiam, entah ia enggan untuk menjawab atau mungkin masih terguncang. Dan Senja memilih untuk diam.

Mereka berhenti di sebuah rumah yang memiliki halaman yang lumayan luas, rumah Senja.

"udah sampe" ucap pemuda itu.

Gadis itu mengangguk seraya turun dari atas motor. Tanpa mengatakan apapun ia kemudian berbalik, mulai melangkah menuju rumahnya.

Agas pun tak mengatakan apapun sebelum gadis itu memasuki rumahnya. Keadaan malam ini sungguh membuatnya canggung.

Gadis itu seketika berhenti, terkejut dengan tangan kekar yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya yang ramping.

Pelakunya adalah Agas, pemuda itu kini menyembunyikan kepalanya di leher gadis itu, memeluknya dari belakang.

"sebentar" Lirih pemuda itu.

Senja menurut, mungkin dengan ini pemuda itu akan sedikit tenang.

"Gapapa, kalo lo mau nangis, nangis aja, gue nggak akan kasih tau siapa pun"

"Thanks"

Pemuda itu terisak pelan, cukup berat untuknya melalui setiap hari dalam sepuluh tahun terakhir. Dan kini, ia harus bisa melawan ketakutannya itu.

~~¤~~

Jam istirahat.
Senja mendatangi sekumpulan remaja yang tak lain adalah para anggota Perion.

Sejak tadi ia tidak melihat keberadaan Agas, mungkin dengan ia bertanya dengan mereka ia akan mengetahuinya.

"Guys, gue boleh nanya nggak?" Tanya gadis itu pelan.

Semua menoleh, menatap gadis yang baru saja bicara itu.

"Boleh. Lo mau nanya apa?" balas Vigar.

"Bentar-bentar. Kok lo sendiri? Risa mana?" suara Teo.

Rendy menoleh, tersenyum miring kemudian merangkul sahabatnya itu.

"acieeee nyariin Risaaa... Uy uy dah mulai suka nih ceritanya sama Risa?" godanya sambil menaik turunkan alis tak nampak miliknya.

"Mana ada! Gue cuma nanya kali, sotoy banget lo jadi manusia"

"nggak kepo bukan Rendy namanya, wahai panglima kita" pemuda itu terkekeh pelan.

Vigar menghela nafas jengah melihat kelakuan keduanya. Ia kemudian kembali menatap gadis cantik yang berdiri di depannya, sepertinya gadis itu ingin sekali bertanya padanya.

"Lo mau nanya apa?" Ujar pemuda itu dengan suaranya yang khas.

"Agas kemana ya? Gue dari tadi nggak liat dia soalnya. Lo pasti tau kan?"

Pemuda itu menganguk pelan, "Hmm, hari ini dia nggak masuk sekolah"

"kenapa?"

"sakit"

"sakit apa?"

Vigar menatap mata gadis itu yang sepertinya terdapat rasa khawatir yang gadis itu rasakan untuk Agas. Memang, belakangan ini hubungan mereka berdua juga tambah dekat.

AREGAS [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang