Tanpa dia bukan berarti dunia berhenti

274 15 0
                                    

Terima kasih udah baca sampe chapter ini.
Jangan lupa vote ya!⭐

______________

  Raisa menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. Lalu, ia menatap Aini dengan sedikit mengangkat kedua bahunya menandakan bahwa Raisa sendiri pun tak paham mengapa mereka jadi begini.

"Kok bisa?" Tanya Aini kemudian.

Aini adalah ibu karir. Sangat jarang berada dirumah, hanya tiga orang yang bisa diajak curhat oleh Raisa yakni Dio dan dua sahabatnya. Wajar saja, wanita ini kurang tau dengan masalah anak-anaknya, tapi memiliki anak seperti Raisa dan Dio sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Aini.

"Gatau ma.. Raisa juga nggak ngerti kenapa bisa putus"

"Mm, dia selingkuh? Atau kamu yang selingkuh?"

Aini sedikit tersenyum menggoda disana. Respon selanjutnya adalah ekspresi masam dari Raisa.

"Ish, aku mana mungkin lah ma"

"Lah terus? Dianya?"

"Dia udah suka sama cewek lain, tapi gamau ngomong ke aku. Tiba-tiba nyuekin aku, terus yaudah. Putus"

"Mama nya dia itu, adik kelas nya mama loh Ca"

"Hah?" Terkejut. Itu respon pertama dari Raisa.

"Iyaa"

"Berarti mama saling kenal dong?"

"Iya, kenal"

"Ma, apa dia ngerasa nggak selevel sama kita? Kan soal kekayaan gitu, dia unggul"

Bukannya ber negative thingking, tapi entah mengapa asumsi yang ini terus muncul di kepala Raisa seakan itu adalah alasanya.

"Maybe, tapi yaudahlah. Cari yang lain dong, udah nemu?"

"Mamaaaa!!!"

Mereka tertawa setelahnya. Beberapa menit kemudian, makan siang mereka pun usai, Raisa dan Aini kini berada di ruang tengah dan menikmati beberapa minuman disana sambil menyaksikan acara tv kesukaan mereka.

🖇🖇🖇

7.00 p.m

Makan malam tengah berlangsung di kediaman Raisa. Ada Rendra, Aini, Dio, dan Raisa disana.

"Mau lanjut dimana, Sa?" Rendra membuka pembicaraan.

"Ngikut bang Dio ajalah" Jawab gadis itu dengan senyuman di wajahnya.

"Bagus, jadi bisa di awasin" Kata Dio sedikit melirik.

"Terus ioo, gimana kuliah kamu?" Tanya Aini.

"Seperti biasa, ma. Fine"

Makan malam kali ini, terasa ramai. Kehadiran mereka berdua membuat rumah menjadi tidak sepi lagi seperti biasanya.
Raisa sangat suka momen ini.

"Besok, berangkat sama Rak--"

".." Raisa menatap tajam Dio saat itu. Pasalnya, Dio tiba-tiba mengungkit Raka kembali.

"Ehehe, lupa. Sorry. Suruh jemput Elva ya. Gue sibuk"

"Kek manusia itu aja lo bang, sibuk terus alasannya" Adik yang satu ini memang

"Engga, beneran. Gue sibuk"

"Iyaaaa, nyuruh Elva bilang aja lagi kangen dia" Sedetik kemudian,

"Aawhhhhhh!!!!!" Satu jitakan cukup keras mendarat tepat di kepala Raisa.

Dio mengangkat badannya dan meletakkan piring di dapur. Sedangkan Raisa dan Aini membereskan meja makan.

Setelah pekerjaan mereka  selesai, Raisa beranjak dari dapur menuju ke kamarnya. Baru pukul delapan malam, namun ia langsung saja menidurkan tubuhnya di kasur. Seperti kaum rebahan pada umumnya, gadis ini memainkan ponsel dan mendengarkan musik melalui earphone. Sejam kemudian, dirinya tengah bergulat melawan rasa kantuk demi menghabiskan episode drama korea kesukaan dia di laptop miliknya, istilah ini dikenal dengan maraton drakoran :].

"Meskipun udah nggak sama Raka, setidaknya idup gue harus terus jalan elah. Masa ikutan berenti, alay banget" Dirinya berbicara sendiri. Sungguh miris sekali.

====>NEXT<====

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang