Happy Reading
Raisa mengendarai motornya menuju ke tempat warung seblak dekat tempat tinggalnya. Sesampainya disana, ia memesan dua bungkus yang rencananya akan dia bawa pulang dan makan bersama Dio.
"Bang, seblak nya dua"
Raisa langsung menduduki salah satu kursi disitu, dan memainkan ponselnya."Dibungkus atau makan sini neng?"
Tanya penjual seblak tersebut."Di bung-"
"Makan sini bang" Sahutan itu membuat Raisa seketika cemberut.
"Oke deh"
Jawab penjual seblak itu.Raisa melihatnya dengan jelas. Lagi-lagi Raka muncul dihadapannya secara tiba-tiba.
"Pesen sendiri kali, ambil punya orang aja lo" Protesnya.
"Lo tau nggak? cewek tuh nggak boleh makan seblak malem-malem sampe dua bungkus, sendirian lagi"
"Satu buat bang Dio Raka, bukan buat gue semua" Sewot Raisa.
"Lo belum nyapa gue" Tiba-tiba Raka menatapnya serius, hal itu membuat Raisa sedikit salah tingkah.
"Gue harus gimana? Perasaan waktu gue ketemu lo, gue ngerespon lo terus kok, dan lo masih nganggap gue belum nyapa lo?"
"Lo sehat?" Raka masih terus menatapnya.
"Seperti yang lo liat" Raisa kembali fokus dengan ponsel di tangannya.
"Lo punya gebetan?"
Pertanyaan yang membuat Raisa harus berhenti dari aktivitas bermain ponselnya, dan menatap Raka dengan pandangan bingung. Hal itu lantas membuat Raka sedikit terkekeh. Menurutnya, gadis didepannya ini tak pernah berubah.
Dulu mereka pernah di Taman kanak-kanak yang sama, meskipun sudah bertahun-tahun yang lalu. Raka masih menghapal kebiasaan Raisa yang melongo dan mematung ketika bingung dengan orang dihadapannya.
"Itu privasi" Jawab Raisa di detik selanjutnya.
"Pulang gue anter ya, udah malem"
"Makasih, tapi nggak usah. Gue bisa sendiri." Raisa sesekali melihat ramainya jalanan malam ini. Dia merasakan timing malam ini benar-benar membuatnya ingin pulang dan menerbangkan dirinya ke atas plafon kamar lalu merayap layaknya cicak yang mencari nyamuk.
"Nolak gue culik" Jawab Raka sambil mengaduk seblak yang baru datang kemejanya.
"Apa sih, ck"
Raisa tak bisa menahan senyumnya. Menurutnya candaan Raka kali ini benar-benar tak masuk akal namun anehnya Raisa menyukainya."Gue serius"
"Demi apa lo nyulik gue? Gue beban keluarga bangke" Raisa hampir tertawa kencang di sana, ia sungguh merasa kesal dan juga senang dengan candaan dari Raka.
"Gue cuma mau lo"
Raka kembali menatap Raisa dengan tatapan yang tak bisa Raisa artikan."Dih, udah lah. Gue mau makan. Tuh, seblak lo keburu dingin."
"Bang, bungkusin 2 ya" Kata Raka lagi.
"Lah? Kok banyak amat"
Tanya Raisa."Gue mau nyogok bonyok lo, biar di restuin soalnya gue suka sama anaknya"
"Kampret lo" Raisa hendak mencubit lengan Raka namun dengan cepat Raka menangkap tangan Raisa.
Senyum Raka nampak jelas, Raisa tak bisa mengalihkan pandangannya. Seakan sudah terkunci, Raisa justru terus memandangi cowok tersebut.
'Anjir!!! Sa, lo baik-baik aja kan? Yang ke sentuh tangan kenapa jantung gue yang mau lepas sih!' batin Raisa.
☁☁☁
"Makasi, ati-ati"
Raka hanya menaikkan alisnya, lalu ia melajukan motornya menuju rumahnya. Faktanya, Raisa diantar oleh Raka. Bukan semotor berdua, Raka hanya mengikuti nya dari belakang.
Rasa aneh masuk dalam hati Raisa, dia sadar dirinya hanya merasa kebaperan saja atas tindakan Raka.
'Bukannya cowok emang patut ngelakuin hal itu kesemua cewek? Terus kenapa gue baper geblek?'
Lagi-lagi Raisa membatin didalam hatinya. Sebenarnya? Ada apa dengan Raka?
====>NEXT<====
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Dirimu [End] ✔
Подростковая литература"Lo kok jadi gini sih!? Salah gue apa sama lo!?" Sambung Raisa. "Enggak ada, gue cuma mau bikin lo benci aja sama gue" Raka melebarkan senyumannya ke arah Raisa. "Lo tuh!! Hiks.. dasar brengsek! Raka lo keterlaluaan!!!!!!" Teriak Raisa histeris. R...