Keputusan yang benar

153 17 0
                                    

Happy reading
Don't forget vote

7.12 pm

Raka ada di rumah Raisa. Hanya ada Dio, orang tua Raisa pasti masih bekerja, entah keluar kota, atau bahkan keluar negeri sama seperti orang tua Raka, tak pernah ada di rumah kecuali hari libur. Orang tua mereka sangat sibuk, dan beruntungnya mereka memiliki anak yang bisa menjaga dirinya masing-masing. Raka menanti Raisa yang sedang berdandan, ia berencana akan pergi ke kafe untuk menyelesaikan pembicaraan mereka.

 Raka menanti Raisa yang sedang berdandan, ia berencana akan pergi ke kafe untuk menyelesaikan pembicaraan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto itu terpampang di meja ruang tamu dengan posisi terbalik. Mungkin Raisa lupa akan meletakkan nya kembali di kamar nya. Raka mengingatnya, itu adalah momen ketika dirinya menghabiskan weekand bersama Raisa beberapa bulan yang lalu. Dia dan Raisa sangat menikmatinya.

Raka dan Raisa sudah menjalin hubungan sekitar empat bulan. Cukup lama bukan? Banyak yang sudah mereka lalui. Momen bahagia adalah jawaban terbanyak. Kini, semua momen yang menurut mereka bahagia sudah berubah. Yang Raka inginkan, hari ini ia bisa mengubahnya kembali.

"Bang, gue berangkat dulu ya" Pamit Raka, ketika melihat Raisa sudah berjalan menuruni tangga.

"Ati-ati"

Raisa dan Raka berjalan menuju ke halaman, lalu masuk ke dalam mobil.
Selanjutnya, mobil pun melaju mengarah ke kafe tempat Raisa biasa nongkrong.

Mobil sudah terparkir, mereka pun turun dan memasuki kafe itu. Duduk di salah satu kursi, lalu memesan beberapa makanan dan minuman.

Suasana terasa canggung, Raka takut memulai pembicaraan dan Raisa tak tahu harus berkata apa. Merekapun hanya terdiam dan saling sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Di sela-sela menit yang berlangsung, Raka mencoba menatap Raisa. Ketika ia sudah terlanjur nyaman dengan kunci sorotnya, Raisa justru menyadarinya.

"Ada yang salah ya? Sama make up gue? Kenapa? Bedak gue ga rata?" Raisa segera membuka cermin dan meratakan bedak yang ada diwajahnya.

"Hahhahha" Raka terkekeh. Ia tak menyangka respon Raisa akan berbeda dengan pemikirannya.

"Lo cantik, Sa"

"Ya emang" Raisa mengibaskan rambut se punggungnya dan menaikkan kedua alisanya secara bersamaan.

"Cih, hahhahahaha" Raka kembali terkekeh. Suasa sudah mulai tak canggung, Raka sangat bersyukur itu.

"Gue kangen"

"Gue apalagi" Jawab Raisa.

"Gue nggak mau putus sama lo, gue sayang lo" Raka mengucapkan setiap kata itu penuh dengan penekanan.

"Gue juga sayang lo" Raisa tersenyum ke arah Raka. Raka memperlihatkan deretan giginya dan mencubit pipi Raisa.

Pesanan mereka akhirnya sampai. Raisa segera mengambil steak milik Raka dan memberikan spagetti miliknya pada Raka. Raka mengerutkan keningnya, dan mencoba mengikuti rencanya pacarnya.

"Aaaaa" Raisa menyodorkan steak di garpunya ke mulut Raka. Raka langsung membuka mulut dan melahapnya.

"Abis ini ke pasar malam ya" Kata Raka yang masih mengunyah steak nya itu.

"Ngapain?" Raka adalah cowok yang penuh dengan berbagai macam rencana. Contohnya ini, ia dan Raka awalnya hanya ingin makan di kafe, lalu menyelesaikan permasalahan mereka. Namun kenyataan nya apa? Sekarang ia mengajak Raisa ke pasar malam.

"Gue pengen naik bianglala" Tujuan Raka hanya ingin berdua bersama Raisa, dia mencoba untuk bisa lebih lama lagi berdua dengannya.

"Oke"
Raisa menyetujui hal itu. Setelah makan, mereka pun segera berangkat ke pasar malam.

☁☁☁

"Dua ya mba, tiketnya" Pesan Raisa di loket bianglala.

"Oke"

Raisa menunggu tiket bianglala yang ia pesan. Tak lama kemudian, tiket pun sudah ada ditangannya, dan langsung ia bawa menuju wahana bersama Raka. Sebelum benar-benar masuk, Raka mengeluarkan ponsel di saku celananya dan memotret Raisa dari belakang.

Selama mereka menaiki wahana, Raka tak berubah sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selama mereka menaiki wahana, Raka tak berubah sama sekali. Ia tetap pada sifatnya seperti dahulu. Dirinya terus mengajak Raisa bercerita hal-hal tentang dirinya. Kurang lebih lima menit mereka disana, Raka kini mengajak Raisa menuju ke rumah hantu.

"Gue nggak mau!"
Raisa menolak ajakan Raka, ia berhenti tepat di depan rumah hantu berada. Suara jeritan dan bisikan para hantu, membuat bulu kuduk Raisa merinding.

"Ada gue, Sa" Raka mencoba menarik tangan Raisa untuk masuk.

"Gue nggak mau Raka... Nyali gue tuh seupil" Raisa berhenti dari langkahnya. Namun Raka mencoba manariknya lagi. Akhirnya, Raisa pun menuruti permintaan Raka dan melangkahkan kakinya masuk dalam rumah hantu. Raka terus menggandeng tangan Raisa, membuat gadisnya sedikit melupakan rasa takutnya.

"Aaaaaaaa!!!!!!!!!!" Raisa berteriak sekencang mungkin ketika ia melihat seorang gadis penuh dengan darah berjalan mendekat kearahnya.

Detik berikutnya, Raisa sudah berlari berpindah tempat, tanpa didampingi Raka. Genggaman Raka lepas, Raka segera mengejar Raisa dengan menerobos se gerombolan orang. Raisa tak bisa ditemukan, Raka terus mencari ke semua lorong rumah hantu itu.

====>NEXT<====

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang