Ada apa

218 28 4
                                    

Happy Reading

"Makasi tumpangan nya bang"Raisa membuka pintu mobil Raka.

"Kok bang si Sa?" Protes Raka.

"Kan bang ojol"

"Sayang kek" Raka melebarkan senyumannya.

"Ck" Raisa berdecak kesal.

Raisa keluar dari mobil Raka. Betapa terkejutnya dia, ketika dua sahabatnya tiba-tiba ada dihadapannya.

"Ehem" Deheman mereka berdua cukup kencang, membuat semua yang ada diparkiran melihat ke arah dimana Raisa berdiri.

"Gue kaget njir" Protes Raisa.

"Maksudnya apa ni?"
Silvia menyipitkan matanya, meminta penjelasan atas kejadian yang barusan dia lihat.

"Hah? Mmmmm" Raisa yang masih cengo dan bingung harus memulai penjelasannya dari mana justru hanya diam dan tak segera memulai penjelasannya.

"Ternyata bener pemikiran gue tentang lo berdua, pasti ini ada apa-apanya kan?" Belum menjawab pertanyaan dari Silvia, Elva sudah melanjutkan introgasinya.

"Ada apa sama gue?"
Raka mendekat ke arah Raisa sambil menunjuk dirinya sendiri dengan pandangan bingung. Dia hendak bergabung dengan topik yang sepertinya sangat menarik baginya.

"Gue kekelas duluan, bye"
Tanpa basa basi lagi, Raisa yang tak lagi bisa mengontrol warna rona pipi nya berlari kekelasnya lebih dulu.

"Oii!!! Maksud lo apaan ni! Sa!!! Bangke lo" Teriak Elva tak terima karena Raisa lari begitu saja.

"Lo berdua mau ngintrogasi dia kan? Gue aja. Gue siap jawab semua pertanyaan lo, dan rasa penasaran lo"
Kata Raka kepada Elva dan Silvia yang terlihat kesal.

"Lo kenapa bisa berangkat sama dia?"
Silvia memulai pertanyaannya.

"Dia tetangga gue, abangnya nggak bisa nganter. Ya gue siap, sapa sih yang nolak kalo disuruh nganterin bidadari kek Raisa? Hm?" Raka menjawabnya singkat.

"Lo suka Raisa ya?" Pertanyaan dari Elva pun keluar. Raka segera menjawabnya, tanpa pikir panjang.

"Kalo iya? Apa sekarang rasa penasaran lo terjawab?"

"Wtf!!" Elva dan Silvia mengucapkannya secara bersama-sama. Entah mengapa, dua orang ini selalu saja kompak memberi respon.

Lalu Raka berjalan meninggalkan mereka berdua. Elva dan Silvia mendadak jadi patung bernyawa. Sadar, bel masuk sudah berbunyi. Mereka pun masuk kedalam kelas dengan gelagapan, berlari kencang, hingga ngos-ngosan. Sampai ditempat duduk mereka, Elva mencubit pipi Raisa dan menceritakan semua kejadian ketika dia ada diparkiran bersama Raka, secepat mungkin.

"Benerin napas lo dulu, ntar jam istirahat baru lo ceritain gue"

"Tai lo Sa" Elva memberi tatapan sinis kepada sahabatnya itu.

"Sorry.. I am sorry guys. Hehe"

"Ni haah.. anak hh minta direndang, Sil ntar jam istirahat siapin wajan"
Elva yang masih ngos-ngosan tak bisa mengatur nafasnya. Suaranya yang tersendat-sendat malah membuat Raisa tertawa.

"Siphh"

10.15 am

Raisa, Elva, dan Silvia kini berada di kantin sekolah. Elva melanjutkan ceritanya, Raisa terus saja tertawa. Pasalnya, jauh sebelum hari ini, Raisa sudah menyadarinya. Bisa dibilang Raisa sudah ke Geer ran dari awal. Raka adalah tipe cowok yang tak sehumoris itu terhadap cewek, apalagi sampai mencoba mencairkan suasana dimanapun mereka berada, namun ketika berdua bersama Raisa, rasanya semua akan dilakukan oleh Raka demi menyenangkam dirinya.

Kepercayaan dirinya terus tumbuh tiap hari. Apalagi hari ini, Raka begitu tampan, saat menjemputnya dirumah.

"Dia S.U.K.A lo, katanya. Lo tau itu kan Sa??" Silvia memberi penekanan di kata suka yang dia ucapkan.

"Hmm, jujur deh. Lo pacaran sama dia kan?" Elva benar-benar akan mati penasaran, bagaimana tidak? Raisa tak pernah menceritakan hal ini, kepada mereka, bahkan tentang Raka yang suka menggodanya belakangan ini.

"Enggak guys. Beneran"

"La terus?? Selama ini, belakangan ini? Apa?"

"Pdkt mungkin" Raisa menjawab pertanyaan Elva sembari menambahkan sambal ke dalam mangkuk baksonya. Merasa masih kurang pedas, dirinya terus saja mengisi sambal tersebut hingga beberapa sendok.

"Anjim" Silvia menjitak kepala Raisa dengan cukup keras.

Seseorang menarik kursi dan duduk tepat disamping Raisa. Tangan Raisa yang masih menambahkan sambal untuk baksonya segera dicekal dan sendok sambal tersebut kembali diletakkan kedalam wadahnya mengikuti perintah tangan yang mencekalnya.

"Main-main lo sama sambel ya Sa."
Omel Raka.

"Hehe, kurang pedes Rak"

Raka menarik mangkuk bakso Raisa, dan menggantinya dengan mangkuk bakso miliknya.

"Loh, kok--" Raisa hendak memprotes tindakan Raka, namun sepertinya ia gagal.

"Protes gue cium"

"RAKAAA!!!!!!!" Raisa mencubit perut Raka cukup keras. Raka yang meringis membuat Raisa sedikit tersenyum melihatnya.

"BGSD" Elva menghentikan kunyahan bakso dimulutya.

"ANJIR" Silvia seakan ingin menumpahkan saos sambal di muka Raka. Ketika mendengar kata-kata Raka, dua sahabat Raisa seketika bungkam.

"Lo sinting? Atau? Lo berdua sebenarnya kenapa sih? Plis ngaku deh" Elva yang sepertinya sudah geram terus memojokkan Raka dan Raisa.

"Nggak ada apa-apa Va.. Beneran, kita cuma temen. Kan Rak???" Raisa meyakinkan mereka dengan bertanya pada Raka.

"Yah, sapa yang tau" Raka mulai melahap bakso milik Raisa.

"Ishh!! Raka!!"
Raisa akan mencubit nya lagi, namun sebelum benar-benar mencubit, Raka menahan tangannya dan berkata,

"Abisin makan lo, jangan ditambahin sambel lagi. Ketauan, gue cium lo di lapangan basket abis ini. Awas aja" Raka pergi dari meja Raisa dengan semangkuk bakso ditangannya. Ia menuju ke meja paling pojok. Disana, ada beberapa cowok yang sepertinya adalah teman-teman Raka.

"Kampret!!!"
Silvia memukul pelan meja kantin, dan menatap Raisa dengan sinis.

"Gue harus ngomong apa ke kalian.. Hehhe"

Raisa hanya bisa tertawa sesaat sebelum akhirnya kembali di introgasi oleh Elva dan Silvia.

====>NEXT<====

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang