Lompat pagar

108 11 2
                                    

Happy reading

7.30 am

"GUE TERLAMBAT KESEKOLAH ANJIR!!!!"
Teriak Raisa histeris. Berulang kali ia mengedipkan matanya, namun tetap saja jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul setengah delapan.

"GIMANA TERUSAN!!! GUE HARUS GIMANA???!!!"
Dia berlari ke kamar Dio, membukanya dengan keras, dan hasilnya? Dia nggak nemuin apapun. Dio sudah pergi ke kampusnya. Mengapa Dio tak membangunkan Raisa?

"Aarrrrggghh!!!! Nggak sempet mikir bang Dio, gue harus mandi!!" Raisa berlari dengan cepat ke kamar mandi. Setelah selesai, ia segera mengambil seragam sekolahnya. Demi tuhan! Ia ingin waktu saat ini berhenti terlebih dahulu.

Drrttt drrttt drrt drrttt

Ponsel dinakas kamarnya bergetar, Raisa yang masih panik alhasil tak meng swipe dan tak kepo dengan panggilan dari siapa itu? Kini yang dia lakukan adalah melirik jadwal pelajaran yang bakalan dia tinggalkan hari ini.

"Pelajaran nya pak Tomi!! Bangke!!" Raisa ingin sekali membenturkan kepalanya di tembok. Dengan cepat ia bersiap-siap akan berangkat ke sekolah, pastinya ia bergerak dengan hitungan sekon. Bukan menit.

7.52 am

"HUAAAAHHHH!!!!!!!! GUE SIAP DI KUBUR!!!!!" Teriak Raisa di depan gerbang sekolah. Pintu gerbang sudah tertutup rapat, otaknya seketika buntu. Ia menggigit bibir bawahnya. Dan memaksa otak kecilnya untuk berpikir. Raisa akhirnya memutar motornya menuju pagar belakang sekolah. Ia berencana akan menaiki pagar itu meski nyatanya tinggi.

"Lo kenapa bisa telat?"
Suara itu! Raisa mencari asalnya dari mana. Ia menengok ke kanan dan ke kiri. Namun, tak ada siapa-siapa.

Melihat Raisa yang masih bingung dan belum tahu keberadaannya ia mencoba mengucapkan kalimatnya sekali lagi.

"Gue di sini sayang"
Itu Raka! Dia sedang duduk di atas pagar dengan jaket hitam putihnya. Jantung Raisa yang menatapnya seketika berdebar, Raka sangat tampan.

"Raka!!"
Senyumnya melebar sekarang. Ia tak lagi khawatir, kekasihnya ada bersamanya. Yah, bukan hanya kekasih, lebih tepatnya pemilik sekolah.

"Lo kenapa telat! Gue kerumah lo nggak ada yang nyaut, gue telfon lo nggak angkat"

Raisa mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia benar-benar terkejut melihat betapa banyaknya panggilan tak terjawab dari Raka.

"Entar aja gue jelasin, bantuin gue"
Raisa benar-benar tak punya waktu untuk bercerita panjang sekarang.

"Bisa apa lo tanpa gue, Sa"

"Dih, bisa idup lah"

Raka melompat dari pagar dan turun tepat di samping Raisa. Ia melepas jaket di badannya lalu melingkarkan nya di pinggang Raisa. Aroma stroberi langsung tercium di indra penciuman Raka. Wangi itu berasal dari rambut Raisa.

"Lo ngapain?" Raisa benar-benar tak mengerti, mengapa jaket Raka kini berpindah di pinggangnya? Padahal dia tak sedang kedatangan tamu bulanannya.

"Lo yakin pake rok segini manjat pager?" Kata Raka yang masih mengikat lengan jaketnya.

"Heh!!! Awas aja lo cabul! Gue sikat"
Raisa akhirnya sadar itu, itu alasan mengapa Raka memberi jaketnya. Payah! Mengapa Raisa tak sedari tadi peka.

"Cabul sama cew--"

"Gue injek lo baru ta--" Raisa memotong kata-kata Raka.

Raka langsung mencium pipi Raisa sekilas. Aargh! Jantung Raisa berdegup kencang. Matanya terfokus pada Raka, belum lagi pipi nya yang spontan memerah. Perasaan apa ini? Mengapa Raisa begitu menyukainya?

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang