Perlakuan berbeda

116 8 0
                                    

Happy reading
Jangan lupa tinggalin jejak dengan vomment kalian💙

Pelajaran olahraga tengah berlangsung. Raisa, Elva, dan Silvia duduk berdampingan menunggu giliran mereka untuk praktek.

Lompat jauh, materi yang di benci Raisa. Ia sungguh tak mengerti untuk apa materi ini ada, dirinya hanya diperintahkan melompat sejauh-jauhnya dengan satu tumpuan.

"Lo lagi marahan sama Raka ya?" Tanya Silvia di tengah-tengah pelajaran yang sedang berlangsung.

"Enggak kok"

"Kok tumben, dari pagi tadi Raka kek nggak ngajak ngomong elo. Dia juga biasanya bakal duduk di samping lo. Kenapa sekarang duduk berhadapan kek gini?"

"Ya kan dia laki, gue perempuan. Semua laki-laki juga duduknya disebelah sana. Ya kali dia duduk disini sendirian. Malu lah" Terang Raisa.

"Oooo, gitu"

"Ntar juga dia ngajak ngomong gue. Tadi kan belum sempet" Mungkin saja. Raisa berharap akan itu.

"Raisa Aini, kamu yang terakhir ya. Yang lain, dilanjutkan minggu depan"

"Baik pak"

Raisa berdiri dan bersiap-siap ditempat yang sudah dipersiapkan. Rambutnya ia kuncir cukup kencang, lalu mengambil start, kemudian melaju dengan kencang. Sial, ketika mendarat kaki Raisa terkilir. Pekikan dari mulutnya, kini membuat dia menjadi pusat perhatian. Teman-teman dari kelasnya segera berlari kearahnya dan menolongnya. Tidak dengan Raka, ia terpatung di tempatnya berdiri, menatap Raisa sekilas lalu meninggalkannya.

Raisa melihat itu, Raka tak membantunya, pacar yang ia sayangi justru pergi. Berbeda dengan Devi waktu lalu, ketika Devi terkena bolanya secara tidak sengaja, Raka langsung berlari secepat kilat untuk membantu Devi lalu membopongnya menuju ke UKS. Sedangkan Raisa? Alih-alih di tolong, Raisa malah mendapat respon cuek dari Raka.

"Kok Raka malah pergi sih!! Ah, ini kentara banget kalo kalian lagi marahan pasti, kan?" Tanya Elva. Raisa sungguh tak mengerti. Mengapa pacarnya begitu dingin kepadanya belakangan ini. Raisa tak merasa telah membuat kesalahan besar, tapi mengapa Raka berubah?

"Berdiri bisa nggak, Sa?" Tanya Silvia. Dia mencoba memastikan sahabatnya ini tak terluka parah.

"Coba bapak liat" Pak Hendra meraih pergelangan kaki Raisa. Lalu mencoba meluruskannya.

"Aawhhh" Teriak Raisa. Kakinya benar-benar terasa sakit saat ini.

"Tuntun Raisa ke UKS ya, Va" Perintah pak Hendra.

"Baik pak"
Elva dan Silvia mencoba membantu Raisa untuk bisa berjalan. Dengan sekuat tenaga, Raisa berdiri dan menahan rasa sakitnya. Satu demi satu langkah ia lewati, dengan penuh perjuangan, akhirnya mereka bertiga sampai di UKS.

Raisa terbaring di kasur UKS, meletakkan kaki kanannya yang sedang tidak sehat itu dan membiarkan dokter sekolah memeriksanya. Tiba-tiba, Raisa menangis, air matanya keluar begitu saja, tanpa disadarinya.

"Owh, Maaf Sa. Saya terlalu kencang merban kakinya?" Tanya dokter itu.

"Enggak, Dok. Maaf, hehe. Entah kenapa aku nangis tiba-tiba, hehhe. Lanjutin dok, enggak sesakit itu juga sih"

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang