Awal kedekatan

280 27 4
                                    

Happy Reading

     Satu notifikasi pesan terdengar di telinga Raisa, ini belum tepat pukul 6.00 am, dimana jam bangun paginya berlangsung. Raisa memaksa agar matanya bisa di ajak bekerja sama, Raisa membuka layar hp dan ia menemukan sebuah nama yang tertera dilayar ponselnya.

Raka Pratama

Selamat pagi, bawel

Lo ngapain nge chat gue sepagi ini njir

Haruskah gue ngomong, kalo gue rindu?

(Read)

Lagi-lagi Raisa meyakinkan diri nya bahwa ini hanyalah canda'an dari Raka. Raisa tau itu. Tapi rasa baper ini tak bisa Raisa sembunyikan. Dia tak lagi membalas chat yang dikirim oleh Raka. Dia memilih untuk bangun, dan mengarahkan tubuhnya ke kamar mandi. Berharap, ia bisa melupakan semua canda'an Raka dan menyadarkan dirinya untuk tidak terlalu banyak berharap.

Raka Pratama

Mandi gih, jangan telat kesekolah. Gue rindu.

Hmm

Raisa bersiap-siap dan turun ke lantai bawah. Ia mendudukan dirinya di kursi dan memulai sarapannya. Setelah selesai, ia tiba-tiba merasa sedikit pusing dan badannya melemas. Tak ingin khawatir, Raisa terus berjalan dan menunggu Dio di halaman rumah. Seperti biasanya, Raisa akan berangkat ke sekolahnya bersama Dio.

Disekolah, ketika pelajaran jam ketiga tengah berlangsung, suasana kelas yang dominan sepi pun menjadi khas tersendiri bagi para siswa.

"Sa lo tau enggak"
Bisik Elva yang ada di barisan belakang bangku Raisa.

"Enggak, apaan?"

"Tuh si Raka"
Sambil mengikuti arahan dari Elva, Raisa melihat bangku Raka. Lebih tepatnya, ia melihat Raka.

"Kenapa?" Tanya Raisa kembali.

"Idih lo lagi di liatin tau, jangan-jangan dia naksir lo"

"Nggak semua orang yang ngeliatin kita tu naksir kita Va, kalo ternyata julid tin? Sapa yang tau?"

"Dih, ya kali si Raka julid tin lo, dia kan cowo"

Setelahnya Raisa dan Elva tidak melanjutkan obrolannya lagi, Raisa yang sudah termakan rasa penasaran itu akhirnya memastikan sendiri perkataan Elva.

Lirikan pertama dari Raisa tidak memuahkan hasil. Dan dilirikan kedua,

'Dia ngeliatin gue OMG, aduh rencana gue ketahuan deh, aduh duh gimana nih' batin Raisa tak henti-henti mengoceh.

Lirikan tersebut segera ia ganti kepapan tulis. Dengan menggigit bibir bawahnya, Raisa berusaha natural.

"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?"
Raka berucap. Namun, mata Raka masih terfokus dipapan tulis.

"Sapa?"
Raisa kali ini mengakuinya, bahwa dirinya memang  kadang tak sepintar itu dipandangan orang. Detik ini, Raisa merasa gelar pintarnya tak berguna sama sekali. Dia mati kutu, tak tahu harus bicara apa lagi ketika sudah terciduk seperti ini.

"Kalo mau natapin gue, istirahat kita makan bareng"

"Nggak, apaan sih Rak" Raisa menolaknya dengan cepat. Mau di pasang dimana muka dia, kalau-kalau dua sahabatnya tau.

"Nolak gue gendong"

"Raka!"

"Fokus belajar dulu, protesnya nanti"

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang