"Ada kalanya seseorang yang lo mau itu nggak bisa lo milikin. Bukan karena dia jahat, tapi karena tuhan sedang melindungi lo dari rasa sakit. So, fighting!!
_________________
Ujian nasional akhirnya berlangsung. Hari ini hari terakhir ujian nasional diadakan. Ujian yang dipenuhi dengan tetesan keringat dan juga perhatian ekstra. Elva, Silvia, dan Raisa berada diruangan yang berbeda-beda. Meski begitu, tak ada kata sehari tanpa berkumpul. Setelah selesai ujian, mereka kembali berkumpul didepan kelas MIPA 2, layaknya hari-hari biasa.
"Hari ini kan terakhir, gimana kalo kita jalan?" Ajak Silvia.
"Ntar malem yuuk, gue udah ngebul nih palanya" Jawab Silvia.
"Yaudah, kemana?" Raisa mendudukkan badannya di salah satu kursi kelasnya.
"Beli seblak" Jawab Silvia histeris.
"Hah??!!!!? Jangaan!!!" Tolak Raisa tak kalah histerisnya. Ia sampai tak bisa mengontrol raut wajahnya. Begitu panik dan juga gelisah.
"??????" Dua sahabatnya merasa keheranan. Mereka memandang Raisa dengan alis terangkat satu.
"Hehe, jangaan yaa" Kini volume suaranya di pelankan.
"Kenapa? Lo kok nggak mau? Itu kan kesukaan lo" Protes Silvia.
Raisa terdiam sejenak,
"Mau apa?"
"Seblak"
"Nggak, nggak sehat kalo itu doang yang lo makan"
Kata-kata itu terlintas begitu saja di pikiran Raisa. Ini sudah empat bulannya Raisa dan Raka berpisah, namun kenapa Raisa masih saja tak bisa lupa akan cowok itu.
"Waah, curiga gue"
Elva menyipitkan matanya. Dari sekian banyaknya manusia, kenapa orang yang menjadi first love Raisa adalah Raka? Memang, Raka begitu biasa saja saat menjalani hidup setelah putus dengan Raisa, namun begitu tidak biasa pada Raisa. Dirinya, terus di hantui bayangan Raka."Keinget Raka lagi?" Sewot Elva.
"Hehe, gue pernah chattingan sama dia bahasnya seblak"
"Hadeh, kalo buat kita-kita ya nggak papa Sa, lo gagal move on gini. Tapi kalo buat orang lain? Apalagi temen-temen Raka? Masa lo sama kek Vivi sih? Lo nggak malu? Misalnya mereka nyeritain lo dibelakang? Ini baru pacaran Sa, astaga. Bego banget sih manusia yang ini. Sadar Sa! Mau sampe kapan kayak gini?"
Elva menghela nafasnya dengan kasar, ia memijit pelipis nya lalu menepuk pundak Silvia seperti hendak menghilangkan segala kekuatanya.
"Atauu, nyokap Raka tuh--" Sambung Raisa.
"He??" Elva dan Silvia semakin tak mengerti dengan apa yang dibicarakan Raisa.
"Nggak suka gue? Atau ada alasan lain gitu?"
"Alasannya karena dia udah nggak suka sama lo! Dia mau ngomong secara langsung tapi nggak punya nyali, jadi dia main belakang ajaa!" Jelas Silvia.
"Nah, maksud gue dia kok gitu banget ke gue gituuloh, gue salah apa? Kenapa? Dia nggak mau jelasin, bocil banget tiba-tiba ngilang"
"Emang orang yang kena jambret pernah bikin salah sama tukang jambret?" Kata Elva.
"Mmm, engga sih" Jika di pikir-pikir perkataan Elva memang ada benarnya, benar saja tapi belum juga sadar.
"Haaaah, gini deh. Mending lo tanya sama Raka nya langsung"
"Dih, najis"
"Makanya! Udah lupain! Please! Gue juga muak banget ama tu bocah"
"Iyaa maap"
Sedetik kemudian, Raka melewati mereka. Raisa segera menutup mulutnya, sedangkan Elva dan Silvia melirik sinis cowok itu.
"Jangan bilang, dia denger?" Kata Raisa di barengi dengan ekspresi tak percayanya.
"Masuk Sa, sebelum lo makin rusak otaknya" Silvia mendorong pelan tubuh Raisa agar berjalan tepat didepannya.
Raisa melangkahkan kakinya menuju ruang ujiannya. Ketika telah masuk dan hendak duduk, ia melihat sosok Raka di ujung jendela. Tak dapat dijelaskan, namun cukup dipahami oleh Raisa, cowok itu sedang menatap dirinya.
"Shit, manusia ini emang bener-bener nggak bisa dimengerti" Batin Raisa.
====>NEXT<====
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa Dirimu [End] ✔
Teen Fiction"Lo kok jadi gini sih!? Salah gue apa sama lo!?" Sambung Raisa. "Enggak ada, gue cuma mau bikin lo benci aja sama gue" Raka melebarkan senyumannya ke arah Raisa. "Lo tuh!! Hiks.. dasar brengsek! Raka lo keterlaluaan!!!!!!" Teriak Raisa histeris. R...