Pembuktian

199 24 0
                                    

Happy reading

Suasana terasa semakin tak karuan. Hawa dingin karena dunia semakin gelap, ketegangan yang terjadi diantara mereka berdua, dan rasa marah yang terlanjur tercipta bercampur jadi satu.

Raka melihat mata Raisa, ia berair. Apa yang sudah Raka lakukan? Apakah ia membuat Raisa menangis? Raka segera menarik lengan Raisa dan memeluknya, tak ada penolakan. Raisa justru malah menangis tersedu-sedu.

"Gue cuma khawatir, itu aja. Maaf gue udah ngebentak lo. Gue sayang lo, Sa" Raka memelankan suaranya, mengusap punggung Raisa dan semakin memeluk erat badannya.

Raisa masih menangis, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Gue punya hak sama lo sekarang, karena lo cewek gue"

Raisa hendak menjauhkan kepalanya dari dada Raka. Ia terkejut dan ingin memastikan kata-kata Raka. Namun, dengan cepat Raka menahannya. Ia pun kembali ke pelukan Raka.

☁☁☁

Tok tok tok

"Bang... Bang Dio"

Ceklek

"Kenapa lo?" Dio yang hanya menggunakan boksernya, mau tau mau harus segera membukakan pintu kamarnya.

"Maaf bang, nggak ngabarin lo tadi, gue ke--"

"Mandi gih"

"Hah?"
Belum selesai Raisa berbicara Dio sudah menyuruhnya mandi.

"Lo bau Sa, mandi sana"

"Iya bang"
Raisa pergi menuju ke kamarnya.

Dio sudah mendengar semua dari Raka. Raka pun sudah bercerita bagaimana ia memarahi Raisa tadi, sampai-sampai ia membuat anak orang menangis karenanya. Dio hanya tertawa kecil dan satu hal lagi yang Dio tahu sekarang, mereka sedang menjalin hubungan. Tak ingin merusak momen bahagia Raisa, Dio memilih tak mengomelinya lagi, dia menganggap omelannya sudah ia wakilkan pada Raka. Sungguh kakak idaman.

Raka pratama

Jangan lupa mandi, lo bau

Lo janjian sama bang Dio ya?

Dalam rangka?

Ngomongin gue bau

Klo bang Dio, nganggap lo bau kecut. Kalo gue, nganggap lo bau kasih sayang

Dih

Besok kesekolah bareng gue, tunggu gue dirumah

Pulangnya enggak ya?

Minta di cium?

Iya, sama lo

Malam ini terasa bahagia bagi Raisa. Momen Raka mengakui perasaannya terus terngiang-ngiang di otak Raisa. Senyum diwajahnya tak dapat ia tahan, mengisyaratkan bawah betapa bahagia dirinya saat ini.

6.30 am

Terik matahari yang semakin tinggi menembus kaca jendela kamar Raisa. Namun si empu pemilik kasur belum juga bangun.

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang