Mencoba memahami

149 15 0
                                    


Happy Reading
Don't forget vote

Raisa menangis sejadi-jadinya. Penjelasan Raka sungguh membuat hatinya terluka. Ia ingin lari menjauh dan pergi meninggalkan Raka, namun hatinya memaksa untuk menemani Raka apapun yang terjadi. Raisa terlalu menyayanginya, itu yang sebenarnya terjadi. Terlalu berharap pada Raka membuatnya sakit, tapi Raisa tak bisa membunuh rasa ini. Perlu di tekankan lagi, Raisa masih ingin bersama Raka.

Hal-hal yang sudah ia lakukan bersama Raka membuat dirinya terlalu nyaman. Raisa tak memperdulikan perkataannya, Raisa hanya ingin Raka bisa jadi milik dia seutuhnya. Apa permintaan nya sungguh berat? Sehingga Raka tak bisa mengabulkannya?

☁☁☁

Raka berjalan lesu. Dirinya merasa bersalah pada Raisa. Dari ujung sana, Vivi melebarkan senyumannya lalu berlari kearah Raka. Seperti Vivi biasanya, ia langsung menggandeng tangan Raka. Raka tak menolaknya, ia tersenyum pada Vivi, dan merangkul pundaknya. Sama seperti ia merangkul Raisa.

Dari arah lapangan basket, Dirga melihat Raka yang sedang berjalan bersama Vivi. Bukannya tadi ia bersama Raisa? Kemana Raisa? Mereka belum juga baikan? Itulah batin Dirga.

"Va, Sil. Lo tau Raisa dimana?" Dirga yang termakan dengan rasa penasaran akhirnya mencoba memastikan itu semua. Sebagai teman yang baik, saling mengingatkan dan membantu sangat diperlukan, bukan begitu?

"Dikantin sama Raka, dia bilang sih gitu" Elva menjawabnya.

"Itu bukan Raka ya?" Dirga menunjuk Raka yang sedang berjalan dengan Vivi. Elva dan Silvia mengikuti arahan dari Dirga.

"Kampret! Raisa kita dia buang kemana! Ajg, buaya, ayam, kaki seribu" Elva yang mulai panik tak lagi mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Njir semua lo lolosin"

Elva dan Silvia berlari keluar dari kerumuna orang-orang di lapangan basket. Dirga yang punya firasat buruk itu pun beranjak dan mengejar Raka.

Dua sahabat sudah berkeliling mencari keberadaan Raisa. Tak kunjung menemuinya, ia menelfon Raka.

"Halo" Suara dari seberang sana. Raka mengangkat menjawab panggilan dari Elva.

"Lo apain Raisa?" Elva segera to the point.

"Gue cuma nyeritain yang sebenarnya sama dia. Terus dianya cabut"

"Dan lo nggak ngejar dia?" Elva tak habis pikir dengan cowok ini. Tampang macho, namun pemikirannya tak semacho penampilannya.

"Gue lagi nyoba ngasih waktu sendiri buat dia mikir"

"Lo ternyata jahat juga ya Rak"

"Gue nggak sejahat itu, gue lagi nyoba memperbaiki Va, gue harus jujur kan?"

"Cari Raisa sekarang! Awas aja kalo sampe nggak ketemu!"

Beep

Elva menelfon Raisa, namun tak ada balasan. Semakin dilanda ke panikan, Elva dan Silvia merasa otak mereka benar-benar buntu sekarang.

Raisa sedang menikmati angin yang menerpa rambutnya. Dari atas sini ia bisa melihat betapa indahnya kota Jakarta. Raisa tak lagi di UKS. Ia sedang ada di atap sekolahnya. Tak sendiri, ia di temani dengan kesedihan mendalamnya.

Tanpa Dirimu [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang