CH. 13 : Labonair's Heir

272 47 3
                                    


MILAN, ITALY

TURUN dari limosin mewah mengilatnya, Vivianne Correa melenggang anggun di atas stileto peraknya bersama iringan dua kakak laki-lakinya dan lima orang bodyguard berpakaian formal yang senantiasa menyertai di belakang kemanapun mereka pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TURUN dari limosin mewah mengilatnya, Vivianne Correa melenggang anggun di atas stileto peraknya bersama iringan dua kakak laki-lakinya dan lima orang bodyguard berpakaian formal yang senantiasa menyertai di belakang kemanapun mereka pergi. Mereka memasuki sebuah restoran kelas atas yang terletak di pusat kota Italia. Sebuah kacamata hitam bertengger di batang hidung bangir wanita bertubuh semampai itu dengan jumawa. Kemudian dilepasnya kacamata hitam tersebut begitu mereka memasuki lift yang akan membawa mereka menuju lantai teratas gedung restoran tempat mereka mereservasi meja.

"Kau yakin orang ini dapat dipercaya, Vivianne?" Carlos bertanya pada adik perempuannya. "Joe Frederickson—si ahli tambang yang kau temui di Tanzania itu kelihatannya sulit untuk dipercayai."

"Come on, Carl." Vivianne mendengus geli seakan-akan kakaknya mengatakan sesuatu yang lucu. "Aku tidak akan mau repot-repot datang kemari hanya untuk menemui orang yang tidak bisa dipercaya. Lagipula, dia sudah berjanji padaku kalau dia akan membawakan sesuatu yang kuinginkan. Sesuatu yang akan menjadi kunci bagi rencana kita—untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh ayah kita."

"Benar apa yang dia katakan, Carl." Antonio menimpali sembari terkekeh pelan. "Keluarga kita tidak akan menjadi keluarga mafia yang paling disegani sekaligus ditakuti hampir di seluruh kawasan Eropa jika bukan karena otak cerdik sekaligus picik adik perempuan kita ini. Di antara kita bertiga, dia yang paling mirip dengan Ayah. Jika Joe Frederickson ini berani macam-macam, kau pikir apa yang akan kita lakukan selain menghabisinya seperti yang sudah-sudah?"

Pintu lift berdenting terbuka, dan mereka kembali melenggang berarak-arakan seperti rombongan keluarga presiden menuju ruangan VIP yang sudah direservasi sebagai tempat pertemuan mereka dengan si ahli tambang bernama Joe Frederickson.

Begitu tiba di tempat yang dimaksud, seorang laki-laki berpakaian serba hitam tampak sudah menunggu kedatangan Correa bersaudara itu. Dia duduk di sofa tunggal di dalam ruangan tersebut, menyandarkan punggungnya sambil menundukkan kepala sehingga topi fedora berwarna senada yang dia pakai menutupi separuh wajahnya dan menjadikan presensinya tampak misterius.

Vivianne mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan laki-laki itu diikuti kedua saudaranya. Pengawal-pengawal yang dia bawa berdiri dengan sikap siaga tidak jauh di belakang mereka. "Kau sudah membawa apa yang kuinginkan, Mr. Frederickson?"

Laki-laki itu membuka topi fedoranya dan tersenyum ramah menyambut kedatangan Vivianne. "Sí. Por supuesto, Señorita Correa."

"Langsung berikan padaku, kalau begitu. Kau tahu aku benci membuang-buang waktu."

"Tentu saja, Nona. Aku tidak akan berani membuang-buang waktumu yang berharga itu." Joe meraih tas yang dia letakkan di dekat kakinya, membukanya untuk mengeluarkan sebongkah batu mineral berwarna biru kehitaman yang diminta Vivianne padanya beberapa bulan lalu. Dia mendorongnya ke hadapan ketiga Correa bersaudara. "Ini batu tanzanite hitam yang kau inginkan, Nona Correa. Sedikit sulit untuk menemukan batu mineral yang cukup langka ini. Aku yakin itu akan cocok untuk wanita secantik dirimu."

NIGHTSHADE III : The Darkness WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang