MENDENGAR suara teriakan Johnny yang menciptakan gema dari kamarnya, baik Eirene, Narcissa, Nael dan Jocelyn bersama Luce dalam gendongannya bergegas pergi menuju lantai atas manor. Hampir semua langkah kaki mereka langsung terhenti secara bersamaan begitu tiba di depan kamar laki-laki itu dan menyaksikan apa yang tengah terjadi di sana. Ketika tiga bersaudara Morgenstern yang lain bergegas menghampiri Johnny yang terlihat hancur dengan Wendy yang tidak lagi bergerak dan penuh darah dalam dekapannya, Jocelyn tetap terpaku di tempatnya berdiri dan berusaha menyembunyikan wajah Luce di dadanya.
"Jonathan, ada apa ini?" Dengan ekspresi setengah sedih dan setengah keheranan, Narcissa bertanya. "Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa..."
Pertanyaan Narcissa hanya merupa gema di dalam gendang telinga Johnny. Laki-laki itu terdiam dengan ekspresi kosong dan penuh luka, kepalanya dipenuhi oleh kilas balik tentang dirinya dengan Wendy pada saat awal-awal di mana dia memberitahu perempuan itu kalau dia adalah vampir. Makhluk imortal haus darah yang pertama kali ada dalam sejarah—yang keberadaannya benar-benar ada dan bukan hanya sekadar mitos belaka.
Suara Wendy dalam kilas balik itu seakan menghantam dadanya, menusuknya dengan rasa sakit yang Johnny sendiri bahkan tidak bisa mendefinisikannya separah apa setiap kali dia menunduk dan memandang wajah pucat dan tubuh bersimbah darah yang sudah tidak lagi bergerak dalam dekapannya.
"Beberapa orang mengatakan jika kematian tidak dapat dihindari, dan di sinilah aku sekarang—berusia ratusan tahun, sedang berdansa dengan seorang gadis yang sangat cantik dan mempesona." Johnny mengedarkan pandangannya ke seisi ballroom yang sudah dihias dengan pernak-pernik pesta yang khas. "Menghadiri pesta Founder Day di kota kecil ini untuk yang ke sekian ratus kalinya sejak kota ini pertama kali dibangun."
"Kau berkata seakan-akan kematian tidak ada artinya untukmu, padahal kau takut dengan kematian itu sendiri, Mr. Jonathan Morgenstern." Wendy tersenyum, kemudian berputar mengikuti irama musik yang menggema ke seisi ballroom sebelum kembali ke dalam rengkuhan lengan laki-laki itu di pinggang rampingnya. "You're afraid with the death. If not your own, then at least the death of others—your love ones."
"I'll tell you what I know about death, my lovely Wendeline." Johnny mendekatkan wajahnya dan menyatukan kening mereka, menatap perempuan dalam rengkuhannya tepat di kedua manik matanya yang berwarna hazel dan tampak sempurna. "Death dances silently in everyone's shadow, and it doesn't give a damn. So, why give a damn about it?"
"You do give a damn." Wendy mengangkat kedua tangannya yang terbalut sarung tangan putih satin dan meletakannya di kedua sisi wajah Johnny, mengusap lembut garis rahangnya yang terasa tajam dan tegas dari balik serat-serat kain satin yang dia pakai. "Jika tidak, kenapa kau lebih banyak dikelilingi dan mengelilingi makhluk-makhluk abadi kalau bukan karena takut kehilangan mereka yang tidak abadi?"
Johnny mendenguskan tawa kecil, namun tidak mengatakan apa-apa.
Senyuman Wendy semakin terkembang melihat reaksi yang laki-laki itu tunjukkan atas perkataannya. "Kau tidak setuju? Baiklah, tidak jadi masalah juga untukku. I hope it's a long time before I'm proven right."
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTSHADE III : The Darkness Within
FantasíaBOOK I - House of Thrones (Completed) ✔️ Keluarga vampir berusia seribu tahun berusaha mengambil kembali kota yang sudah mereka bangun dan bersama-sama melawan semua hal yang berusaha menghancurkan mereka. BOOK II - The Firstborn Curse (Completed) ✔...