"AKU memang lebih menyukaimu menjadi mortal dan tidak ingin kau menjadi monster sepertiku. Aku tidak bisa membayangkanmu menjadi salah satu predator paling buas di seluruh dunia." Johnny membuka penutup kantung darah yang biasa dihubungkan dengan selang dan membawanya semakin mendekat ke mulut Wendy. "Tapi semua itu tidak akan ada artinya kalau aku harus kehilanganmu. I'll never forgive myself if I let you die. So... please?"
Wendy menatap cairan merah kental beraroma karat dan garam di dalam kantung darah yang dibawa Johnny. Sisi lain dalam pikirannya yang masih normal menolak mentah-mentah, namun sisi yang lainnya—yang jauh lebih impulsif—mendorongnya untuk meraih kantung darah tersebut dan meminumnya untuk menyempurnakan proses transformasinya menjadi... akan jadi apa dia setelah ini? Benarkah cerita yang pernah dia baca di salah satu buku peninggalan keluarganya—bahwa siphoner yang mati dengan darah vampir di dalam tubuh mereka akan bertransformasi menjadi setengah vampir dan setengah penyihir?
Menangkap keraguan yang masih membayangi wajah Wendy, Johnny kemudian mengambil jalan dengan meneteskan setitik darah manusia di dalam kantung yang dia bawa ke atas ibu jarinya sebelum mengusapkannya intens ke bibir bawah perempuan itu—menodainya dengan warna merah. "Untuk kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi nanti, kita akan mengatasinya bersama-sama. Aku akan membantumu menanganinya. Hanya pikirkan kemungkinan terbaiknya; kau dan aku—kita berdua bisa bersama selamanya. Eternity is an awful long time, but being with you is the only way I have to measure time. Mungkin ini adalah hal teregois yang pernah kukatakan sepanjang hidupku, tapi menghabiskan keabadian bersamamu kurasa bukan hal yang buruk. How about you?"
Detik berikutnya, tanpa memikirkan apa-apa lagi, Wendy menjilat darah yang diusapkan Johnny di bibir bawahnya. Dia pikir rasanya akan mengerikan, namun ternyata dugaannya salah. Setitik darah yang diberikan Johnny padanya rupanya cukup mampu membuat seluruh tubuhnya dilanda oleh euforia yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pucat di wajahnya tidak lagi pucat seperti orang yang menderita sakit berhari-hari. Kepalanya terasa jauh lebih ringan dibandingkan sebelumnya. Kulitnya jauh lebih sensitif oleh setiap sentuhan—bahkan dari gesekan angin yang bertiup lembut sekalipun. Gendang telinganya bisa menangkap suara kaki binatang yang bergerak di atas tanah berlapis rerumputan jauh di dalam hutan. Indera penciumannya ikut dipertajam, dan karenanya pandangan Wendy langsung tertuju pada kantung darah yang masih dipegang Johnny.
"May I?" Wendy bertanya pelan, merujuk pada kantung darah yang laki-laki itu bawa. Tenggorokannya tergelitik oleh rasa panas, dan cairan merah kental beraroma logam di dalam kantung darah itu benar-benar membuatnya tergiur.
Sambil tersenyum tipis, Johnny kembali mendekatkan ujung kantung darah tersebut ke mulut Wendy dan perempuan itu langsung meraupnya, meminumnya rakut seakan-akan tidak ada hari esok. Rasa panas di tenggorokannya semakin menggelitik ketika dia sudah menghabiskan cairan merah kental tersebut, menginginkan lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTSHADE III : The Darkness Within
FantasyBOOK I - House of Thrones (Completed) ✔️ Keluarga vampir berusia seribu tahun berusaha mengambil kembali kota yang sudah mereka bangun dan bersama-sama melawan semua hal yang berusaha menghancurkan mereka. BOOK II - The Firstborn Curse (Completed) ✔...