2 x 12 | Hell House 437

134 21 0
                                    



SINAR FAJAR mulai menyepuh langit ketika Celeste Deveraux mengendarai mobilnya membelah jalanan utama kota Vladivostok—sebuah kota pelabuhan terbesar yang terletak di ujung timur laut Rusia, dengan jarak tempuh dari Glamor pemisah dimensi menuju N...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SINAR FAJAR mulai menyepuh langit ketika Celeste Deveraux mengendarai mobilnya membelah jalanan utama kota Vladivostok—sebuah kota pelabuhan terbesar yang terletak di ujung timur laut Rusia, dengan jarak tempuh dari Glamor pemisah dimensi menuju Nightshade dari wilayah Eropa sekitar kurang lebih lima jam perjalanan. Dia melepaskan tangan kirinya dari roda kemudi untuk membenarkan letak kaca spion. Alisnya praktis terangkat ketika dia menemukan setitik darah di pipinya—dekat dengan sudut bibir. Mengedikkan bahu acuh, Celeste mengusap bersih darah itu dengan ibu jarinya sambil menyeringai tipis sebelum mengembalikan fokusnya pada jalanan sepi yang membelah kota menuju dermaga.

Sekitar setengah jam kemudian, Celeste menghentikan mobilnya di area parkir pelabuhan tempat gudang-gudang penyimpanan garam dan barang-barang tak terpakai dibangun saling berjejeran. Dia melompat turun dari mobil hitam yang dicurinya dari Nightshade dengan gerakan seanggun hyena sebelum melangkah menuju bagian belakang mobil. Dibukanya pintu bagasi dan senyum jumawa perempuan itu kontan terkuak ketika dia menemukan Wendy masih dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan luka gigitan mentah di lehernya dan pergelangan tangan yang terikat.

"Aw, sayangku yang malang! Masih tidur rupanya. Well, kau punya hari yang besar, dan kita harus segera memulainya sekarang." Celeste tersenyum semakin lebar lalu membungkuk untuk mengangkat Wendy dari bagasi mobil, namun belum sempat dia melakukan niatnya, perempuan itu tiba-tiba membuka matanya dan menggunakan kedua kakinya yang bebas untuk memberikan tendangan keras pada perut Celeste dan membuatnya tersentak mundur beberapa langkah ke belakang sambil mengaduh dan melenguh kesakitan.

Tanpa memikirkan apa-apa lagi, Wendy kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk beranjak bangun sambil menahan sakit di lehernya—berusaha melarikan diri dari tempat antah-berantah di mana Celeste menculiknya saat ini. Tapi tentu saja, tanpa menyerap sihir, dia tak ubahnya manusia biasa dan sekarang dia sedang melarikan diri dari vampir. Tidak perlu diragukan lagi kalau Celeste berhasil menyusulnya dalam kecepatan sepersekian nanodetik dan memblokir langkahnya dengan senyum penuh kemenangan terpatri di bibir merah cerinya.

"Ups." Celeste menggoyangkan jari telunjuknya begitu dia memblokir langkah Wendy yang ingin melarikan diri darinya. "A-ah. Tidak baik melakukan itu, kau tahu?"

Kelopak mata Wendy melebar dan napasnya memburu ketakutan. Dia berusaha keras melepaskan simpul mati yang mengikat pergelangan tangannya saat ini. Nihil. Yang ada pergelangan tangannya justru terasa perih karena tergores permukaan kasar tali tambang yang digunakan Celeste untuk mengikatnya.

"Okay, you and I need to have a little heart-to-heart conversation. Come along." Celeste mencengkeram lengan Wendy dan menyeretnya paksa menuju salah satu gudang dengan nomor pintu 437. Dia menendang pintu itu hingga menjeblak terbuka dengan suara keras dan menarik Wendy untuk masuk mengikutinya.

Begitu mereka tiba di dalam, Celeste kembali menggunakan kakinya yang terbalut sepatu bot untuk menutup pintu gudang. Dia lalu menyeret perempuan itu dan mendorongnya hingga tersungkur di dekat tumpukan kardus tak terpakai di sudut gudang. Celeste kemudian menggigit pergelangan tangannya sendiri dan memaksa Wendy menelan beberapa teguk darahnya hingga luka gigitan di lehernya menutup dengan sempurna.

NIGHTSHADE III : The Darkness WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang