NEW ORLEANS, LOUISIANA
"BAGAIMANA kau bisa berubah menjadi vampir?" Narcissa bertanya pada Marcus ketika mereka duduk saling berseberangan pada salah satu meja di dalam sebuah bar bernama Rousseau's. "Berita tentangmu yang gugur dalam peperangan ketika melawan tentara Rusia menyebar hingga ke seluruh penjuru kota saat itu. Semua orang berpikir kalau kau sudah mati."
Marcus mengisi ulang gelas kristalnya dengan bourbon sebelum menjawab. "Kau ingat saat aku meminta beberapa vial darahmu sebelum berangkat ke medan perang?"
"Hmm. Jadi kau menggunakan darahku untuk bertransformasi menjadi vampir?" Narcissa mengangkat sebelah alisnya heran. "You were so persistent to remain human. Berkali-kali aku memintamu menjadi bagian dari jenisku agar kita bisa hidup bersama selamanya, tapi berkali-kali juga kau menolaknya. Lalu begitu saja—kau menyerah pada kemanusiaanmu dan meminum darahku untuk menjadi vampir?"
Marcus tertawa pelan kemudian menenggak bourbon whiskey dalam gelas kristalnya dan menghabiskannya dalam sekali teguk. "Are you done being so judgy one me, darling?" Dia mengangkat sepasang alisnya dengan gelagat menggoda. "Kalau kau sudah selesai, biar kuberitahu kau satu hal. Aku tidak bermaksud menggunakan darahmu untuk berubah sebagai vampir. Aku meminta darahmu saat itu karena murni ingin menggunakannya sebagai obat yang paling efektif dan efisien dalam menyembuhkan luka. Separah apapun luka itu."
"Lalu kau terbunuh saat darahku masih ada di dalam tubuhmu." Narcissa menyimpulkan. "Begitu?"
"Aku salah memperhitungkan taktik dan mendapatkan tembakan beruntun dari tentara lawan. Teman-temanku mengira aku sudah mati, jadi mereka membawaku ke salah satu tenda di kamp yang dikhususkan untuk meletakkan mayat tentara yang gugur dalam perang, berencana menguburkanku keesokan paginya." Marcus menjelaskan sambil menerawang pada kejadian yang berlalu hampir tiga ratus tahun yang lalu. "Kemudian tiba-tiba aku terbangun dan merasa sangat—sangat lapar, haus lebih tepatnya. Dan detik itu juga aku sadar kalau aku sedang berada dalam masa transisi antara manusia dan vampir."
"Dan akhirnya kau memilih untuk menyempurnakan proses transisimu dengan darah manusia yang kutebak kau dapatkan dari salah satu mayat yang masih baru." Narcissa menatap cincin lapis lazuli yang tersemat di salah satu jari tangan kiri Marcus sembari menyelipkan senyuman tipis di sudut bibirnya. "Aku yang memberimu daylight ring itu—untuk berjaga-jaga jika kau tiba-tiba berubah pikiran dan mau menanggalkan kehidupanmu sebagai manusia."
"Yeah, beruntung aku selalu membawanya kemanapun aku pergi. Kau tahu kenapa? Agar aku selalu mengingatmu." Marcus menyentuh batu permata biru yang menghiasi cincin tersebut, kemudian ditatapnya Narcissa lekat-lekat. "Kawan-kawanku terkejut melihatku bangkit dari kematian, tapi mereka tidak bertanya lebih jauh karena keadaan yang sangat kacau waktu itu. Beberapa di antara mereka—yang beruntung—kuubah menjadi sepertiku." Laki-laki itu menyeringai tipis, lalu katanya. "Setelah peperangan usai, aku kembali ke New Orleans untuk menemuimu. Mencarimu. Tapi kau dan saudaramu sama-sama sudah meninggalkan kota beberapa hari setelah terjadinya Badai Katrina."
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTSHADE III : The Darkness Within
FantasyBOOK I - House of Thrones (Completed) ✔️ Keluarga vampir berusia seribu tahun berusaha mengambil kembali kota yang sudah mereka bangun dan bersama-sama melawan semua hal yang berusaha menghancurkan mereka. BOOK II - The Firstborn Curse (Completed) ✔...