2 x 05 | Where You Left Your Heart

187 27 6
                                    


KINGDOM OF NORWAY, 1036 A.D

SATU MINGGU setelah mengambil Eirene dari Druella dan keluarganya, Dahlia memutuskan untuk membawa anak itu pergi sejauh-jauhnya dari Swedia—dari jangkauan ibu maupun ayahnya, untuk berjaga-jaga seandainya Druella memberitahu Viktor yang sebenarnya. Druella sudah menjanjikan seluruh anak pertama yang akan terlahir dari garis keturunannya, jadi bukan sepenuhnya salah Dahlia kalau dia mengambil Eirene yang masih kecil dari keluarganya, kan? Dahlia tidak pernah memaksa Druella dalam perjanjian yang mereka buat. Druella yang bersedia memenuhi perjanjian itu atas dasar kemauannya sendiri. Dia bersedia menyerahkan seluruh anak pertama dari garis keturunannya, dan Dahlia hanya datang untuk menagih janjinya.

Namun sayangnya, Eirene sepertinya masih terlalu kecil untuk mengerti tentang hal itu. Eirene jarang berbicara dengan Dahlia, menangis hampir setiap hari sambil memanggil-manggil ibu dan ayahnya, terus mengatakan kalau dia ingin pulang. Tidak apa, Dahlia punya waktu yang panjang untuk membuat Eirene mengerti kalau dia tidak sedikit pun berniat melukainya, sebesar apa pun kebencian yang dia miliki terhadap Druella setelah adiknya itu memilih untuk meninggalkannya dan menikah dengan Viktor.

Satu-satunya alasan kenapa Dahlia menawarkan perjanjian terkait anak pertama tersebut pada Druella adalah, karena melalui perantara mantra kesuburan yang dia ciptakan, setiap anak pertama yang terlahir dari generasi Druella akan mewarisi kekuatan sihir yang bisa Dahlia gunakan untuk membentuk aliansi penyihir terkuat di seluruh dunia.

Dahlia membawa sepiring makanan untuk Eirene kecil yang tengah duduk memeluk lututnya di atas lantai kayu pondok sederhananya yang terletak di sebuah pedesaan di kaki pegunungan Jotunheimen. Sembari menyelipkan senyum ramah, wanita itu meletakkan piring berisi makanan untuk Eirene di dekatnya. "Makan, Eirene. Atau kau akan kelaparan."

Eirene hanya menengadahkan wajahnya untuk menatap Dahlia dengan sorot mata yang dipenuhi ketakutan, namun dia tidak bergerak. Mendesah frustasi, Dahlia melunturkan keramahan dalam raut wajahnya dan mencengkeram kedua lengan Eirene kuat-kuat hingga membuat anak itu merintih ketakutan.

"Dasar anak keras kepala!" Suara yang Dahlia gunakan jauh lebih tajam dan agresif dari sebelumnya. "Kau membutuhkan tenaga sehingga aku bisa mulai mengajarimu untuk menggunakan kekuatan besar yang mengalir di dalam darahmu! Kekuatan itu akan membuat kita hangat dalam cuaca dingin. Membuat kita sehat ketika orang lain jatuh sakit. Membuat kita awet muda dan tetap cantik selamanya ketika orang lain mulai keriput dan menua!" Dia mengguncang pelan tubuh kecil Eirene yang mulai terisak pelan karena ketakutan. "Dengan kekuatan itu, kita bisa mengalahkan semua musuh kita, Eirene."

Dahlia melembutkan ekspresi dan suaranya ketika dia membelai wajah lembab Eirene dan mengusap air mata yang mengalir membasahi pipinya. "Kau tidak perlu takut, sayangku. Bersama, kita akan menjadi penyihir terkuat yang pernah ada di dunia."

Eirene menarik dirinya menjauh dari cengkeraman Dahlia dengan gestur tubuh yang tampak gugup sekaligus takut. Isakannya membuat suara yang dia keluarkan jadi terdengar bergetar. "Aku ingin pulang! Aku ingin ibuku!"

Dahlia kembali meraih kedua tangan Eirene, kemudian meremasnya pelan. "Ibumu tidak menginginkanmu, Eirene. Dia melepaskanmu pergi. Sekarang, ini adalah rumahmu. Dan aku adalah satu-satunya keluargamu." Dia merangkum wajah Eirene untuk menatap ke dalam mata biru anak itu dengan sungguh-sungguh. "Dan tidak ada kekuatan di dunia ini yang bisa menandingi kekuatan sebuah keluarga."

Eirene tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menatap Dahlia dengan mata melebar sementara air matanya perlahan kembali meleleh menuruni wajah. Kata-kata yang diutarakan Dahlia tentang ibunya terus terpatri dalam ingatannya selama ratusan tahun berikutnya. Seperti wabah penyakit mematikan yang meneror seisi desa.

NIGHTSHADE III : The Darkness WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang