Sekarang adek kakak rempong itu di suruh Ibu untuk mencari catering. Tak peduli sebagaimana pun gak akurnya mereka. Kata Ibu adalah mutlak.
" Tapi-" Seru mereka serentak
" Udah sana pergi " Seru Ibu
Kedua gadis itu pun pergi dengan motor menuju pasar. Memulai pertualangan mereka mencari catering bagus untuk pertama kalinya.
Canggung. Sejak dari boncengan di motor sampe di pertokoan. Baik Anita maupun Sindy tidak ada yang bicara apapun. Hanya berjalan berdua seperti orang bisu.
Walaupun Anita adalah seorang adik namun gadis cantik itu begitu bisa di andalkan. Terkadang orang-orang yang baru kenal mereka sering salah kira siapa Kakaknya.
" Padahal dia pergi sendiri pun juga kelar itu catering " Gumam Sindy terus mengikuti Anita.
Tanpa sadar mereka terpisah. Anita baru menyadarinya selesai menelpon Ibu. Saat dia menoleh kakaknya tidak ada. Seketika gadis itu panik. Diapun berlarian sambil meneriakkan nama kakaknya sampai tidak peduli di lihat orang-orang.
" SINDY, SINDY LO DI MANA SIH. GAK LUCU WOI "
Setelah puas mempermalukan dirinya sendiri. Gadis surai hitam spiral pajang itu terduduk kursi cafe. Dia menghela nafas singkat dan memijit pelipisnya. Bahkan gadis itu acuh saja di goda para buaya darat sedari tadi.
" Minta no wa nya dong cantik " Seru mereka masih belum menyerah.
" Jangan sombong gitu napa " Seru temannya mencolek pipi mulus Anita.
Saat Anita akan memberikan kontak pribadinya. Seketika jemari mungil itu mengambil hapenya. Dia menoleh dan mendapati gadis mungil kuning langsat itu.
" Ngapain sih lo padahal dia bakal ngasih " Protes kedua buaya itu
" Pergi sekarang atau gue teriak minta tolong " Ancam gadis mungil itu galak.
" Apaan si lo sok asik banget. Paling juga gak ada yang cowok yang mau sama lo " Cemooh buaya itu
" Eh bro jangan gitulah kasian. Ya walau emang gitu kenyataan nya " Timpal temannya
Sindy hanya menghela nafas panjang, tanpa berkata apapun sebuah tamparan mendarat di pipi mereka. Gadis itu terus memplototi kedua buaya yang jauh lebih tinggi darinya.
" Ngelunjak lu ya cebol " Seru buaya itu hendak memukul si gadis mungil
" Udahlah bro percuma ngeladenin cewek gila kek dia " Kata temannya
" Sembarangan aja itu mulut " Katanya setengah berteriak
Sambil menggerutu mereka pergi karena orang-orang mulai memperhatikan mereka. Ya yang mengusir kedua buaya darat itu adalah Sindy.
" Lo kenapa-" Sindy terdiam.
Tanpa berkata apapun adiknya memeluk sambil menangis. Sindy hanya membiarkan nya saja karena tidak tahu harus bagaimana.
" Kemana aja lo tolol. " Serunya setelah cukup tenang. " Gue kira kenapa- kenapa gitu " Sungut nya kesal.
" Kan lo bisa nelpon gue goblok apaan sih gitu aja nangis " Serunya malu.
" Bacot " Serunya berbalik mengusap air matanya " Udah cepat lanjut nyari catering idiot. "
Sindy hanya tersenyum geli melihat kelakuan adiknya. Walaupun dia lebih mungil dari adiknya. Gadis itu tetap mengusap rambut adiknya.
" Lo kenapa sih lupa minum obat " Seru Anita menepis tangan kakaknya.
" Ciee malu malu gitu padahal tadi nangis- " Serunya terhenti kerena di bekap Anita.
" Astaga gini amat punya kakak sableng "
" Gak usah malu-malu gitu adikku tersayang " Goda Sindy
Setelah mengunjungi berbagai catering dan tawar menawar yang panjang. Akhirnya mereka menemukan catering yang sesuai keinginan Ibu.
" Jadi 200 box ya mbak " Seru pegawai catering.
" Iya oh iya jangan pedes banget ya mbak soalnya buat anak-anak " Seru Anita
Sementara Anita sibuk bernegosiasi dengan pegawai catering itu. Sindy menunggu di luar sambil main hape.
Kata-kata kedua buaya darat itu masih terngiang di benaknya. Dan kembali lah semua pikiran pesimis nya.
" Tanpa di bilang pun gue juga tauk " Sungutnya kesal
Anita hanya diam saja membiarkan kakaknya mengasihani dirinya untuk kali ini. Walaupun sebenarnya dia ingin cepat-cepat pulang.
" Udah? " Seru Sindy menoleh pada Anita.
" Akhirnya kelar juga. Dah lah yuk pulang gerah banget " Seru Anita seolah tidak tahu apa-apa.
" Iya-iya bawel " Sahut Sindy
Mereka pun berkendara santai di kala sinar keemasan itu bersinar dari ufuk barat. Saat lampu di kota mulai hidup satu persatu.
" Btw kenapa ya Ibu tiba-tiba nyuruh kita nyari catering? " Seru Sindy
" Astaga Ndy emang lo ga ingat kemarin Ibu ada bahas syukuran di panti asuhan "
Gadis mungil itu menggembungkan pipinya. Walaupun emang lupa tapi dia tetap kesal dengan perkataan Anita.
" Gue inget kok cuma nanya kenapa harus kita yang nyari gitu doang " Sungutnya kekanak-kanakan
" Trus lo pikir gue tau gitu? " Seru Anita
" Gue nanya doang ya kali aja lo tau gitu "
Dan ya kedua adek-kakak ini kembali ribut tanpa mempedulikan keadaan di sekitar seperti biasanya. Walaupun orang-orang memperhatikan mereka tetap saja lanjut mempermalukan diri sendiri.
****
Malamnya saat Sindy sedang latihan sendiri di halaman belakang rumah. Kedatangan Ibu membuat Sindy berhenti dan menoleh pada Ibunya.
" Ada apa Bu? " Seru nya yang cukup keringetan.
" Jadi gimana udah baikan sama Anita? " Seru wanita yang sebenarnya cantik jika tidak sedang ngamuk.
" Gimana bisa- " Serunya kaget.
" Ya udah jelas lah Ibu tau kan kalian anak Ibu. " Serunya tersenyum.
Gadis itu duduk sambil tersenyum pada Ibu. Walaupun galaknya minta ampun Ibu sebenarnya perhatian pada kedua putrinya.
" Walaupun banyak yang banding-bandingi kamu sama adek kamu. Kamu tetap putri Ibu " Seru wanita itu mengusap pelan punggung Sindy.
Ya gadis itu menangis melepaskan segala bebannya. Tanpa berkata apapun. Hanya sebuah tangis yang begitu menyesakkan dadanya
" Bu Sindy bukan anak pungut kan " Serunya menyeka air yang keluar dari hidungnya.
Wanita 37 tahun itu tertawa melihat tingkah kekanak-kanakan putri sulungnya. Beliau menjelas sambil mencubit gemas pipi nya.
" Kata siapa kamu anak pungut Sindy? Apa-apa aja deh " Tukasnya
" Ya abis Ibu cantik, Anita cantik trus kenapa aku beda sendiri? "
" Keknya kamu harus baca buku biologi kamu lagi Sindy " Seru Ibu membuat Sindy terdiam.
Ya gadis mungil ini bukanlah gadis yang senang dengan teori. Sebenarnya dia masuk jurusan IPA karena masih belum menyerah untuk di akui orang-orang yang meremehkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Подростковая литератураMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...