Saat Sindy turun dari motor matic nya. Dia di sambut hangat oleh gadis sebayanya.
"Ndy" Seru Dinda histeris.
Mereka pun histeris beberapa saat dan tentu saja tak lupa cipika cipiki.
Ya kedua gadis ini memang cukup dekat terlepas dari fakta Sindy menyukai Rio."Maaf ya Sindy" Seru Mahasiswa merasa tidak enak.
Gadis itu masih saja terbius pesona Rio-ralat pesona cogan. Sekali lagi tadi pagi dia nangis karena Beny. Namun sekarang seolah sudah siap untuk memulai hubungan dengan cowok lain.
"Iya nggak papa kok Senpai" Serunya tersenyum malu.
Gadis mungil itu menyadari niat Dinda untuk meninggalkan mereka berdua. Seketika dengan seulas senyum mengenggam tangan Dinda.
"Mau kemana Dinda? "Seru Sindy
"Gimana sih udah gue bantuin juga" Gumam Dinda
Rio hanya tersenyum melihat tingkah kedua gadis tersebut. Diapun berlalu ke dalam rumahnya.
"Udah putusin aja Si Beny. Abang gue jauh lebih baik dari itu sampah" Seru Dinda heboh.
Belum sempat Sindy selesai bicara. Gadis itu kembali menyela nya. Ya Dinda bisa di bilang sedikit cerewet.
"Gue-" Serunya
"Tenang aja bakal gue bantuin sampe jadian. Kalo bisa gue kawal sampe jadi kakak ipar" Seru Dinda serius.
Gadis kuning langsat itu terdiam dengan wajah yang bersemu merah. Dia kembali di penuhi imajinasi.
*****
Dia sedang memasangkan dasi Rio. Wanita itu menadah menatap mata nya. Rio yang menyadari hal itu tersenyum dan dengan mengecup manja kening nya.
"Senpai curang" Seru Sindy tersipu.
Laki-laki itu menahan tangan mungil yang menyembunyikan raut tersipu nya. Wajahnya kian dekat membuat raut wajah Sindy kian merah dan gelagapan.
"Sengaja ya kamu manggil aku kayak dulu" Seru nya sedikit kesal.
"E-engak ko Se-" Serunya terhenti saat melihat raut tidak suka Rio.
Degup jantung Sindy makin tak karuan saat Rio tiba-tiba menggigit hidungnya. Spontan perempuan itu mendorongnya menjauh.
"Ke-kenapa tiba-tiba gitu"
"Ya habis kamu ngemesin banget. Istriku tercinta" Seru Rio tersenyum puas.
"Sindy, Sindy, Sindy" Seru Rio terus terputar di kepalanya.
Namun perlahan suara Rio berubah jadi suara cerewet adiknya. Hingga dia sadar dari lamunan nya.
"Woi lo denger gue nggak si? " Seru Dinda kesal.
"Lo nyebelin banget sih" Seru Sindy
Dinda tentu tidak terima pasalnya. Dia lah yang sedari tadi bicara panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volume. Namun malah di katain nyebelin oleh orang yang nggak denger omongan nya.
"Gak salah tu? Lo yang nggak dengerin gue elo yang ngamok" Seru Dinda menarik kedua pipi Sindy.
Gadis itu berusaha untuk melepaskan diri. Namun apa daya demi menjaga image di rumah salah satu calon masa depannya. Dia pun tidak bisa barbar seperti di rumah.
"Aaa iya Din gue salah, lepasin dong" Serunya
"Idih malah jaim ini anak" Seru Dinda tertawa dan melepas pipi Sindy yang malang.
Sebenarnya gadis mungil itu masih belum tahu alasan dari undangan mendadak Dinda.
"Eh btw dalam rangka apa lo minta gue datang? " Seru Sindy heran
Dengan seulas senyum mencurigakan gadis itu berjalan mendahului Sindy.
Melihat hal itu firasat Sindy jadi sedikit tidak enak."Udah liatan aja nanti" Serunya
"Idih malah sok misterius"
*****
Begitu pintu di buka Sindy mendapati kedua orang tua Dinda tengah mengobrol santai di ruang tamu.
Seketika gadis itu gelagapan hingga hampir tersandung. Mereka hanya tersenyum maklum saat gadis mungil itu salim.
"Aduh serius deh malu-malu in banget "pikir Sindy kesal.
Debaran jantung Sindy kembali tidak karuan saat Si Tante tiba-tiba mengatakan untuk pergi.
" Jadi udah semuanya yaudah ayo kita pergi" Seru beliau.
"Saya juga Tante? " Serunya ragu.
Dengan seulas senyum beliau mengangguk. Dan begitulah secara mendadak Sindy ikut liburan keluarga Rio berkat adiknya Dinda.
"Lo nggak bilang apa-apa soal ini woi" Bisik Sindy panik.
"Lah kan emang iya" Sahutnya tanpa beban. "Tenang aja lagian ada gue juga"
"Tapikan-" Serunya
Dinda menarik tangan gadis mungil tersebut untuk pergi bersama keluarganya.
Entah apa yang mendasari perbuatan Dinda. Yang jelas Sindy tidak punya pilihan selain mengikutinya.
"Oke deh" Serunya mengalah.
Saat memasuki mobil Sindy di paksa duduk tepat di sebelah Rio. Pipinya bersemu merah tangannya tak henti mencengkram tangan Dinda. Ya gadis ini benar-benar panik.
"Kamu nggak papa Sindy? " Seru Rio makin mendekat.
"A-aku nggak papa kok Senpai" Serunya refleks mendorong Rio
Suasananya jadi canggung baik Sindy atau pun Rio enggan untuk memulai percakapan. Hal itu membuat Dinda gemas.
Dengan sengaja gadis itu mendorong Sindy hingga bahu mereka bersentuhan. Cepat-cepat Sindy minta maaf dan menjauh.
"Ma-maaf senpai" Serunya malu. "Aduuh lo kenapa si Din tiba-tiba gitu? " Seru Sindy tersenyum walaupun ingin mencakar nya.
Rio hanya tersenyum melihat keakraban kedua gadis itu. Dia ikut senang untuk adik semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...