17. Entah Fakgirl Entah Sadgirl

17 5 2
                                    

Berkat belajar sparta kemarin. Sindy pun berhasil menghindari nilai merah. Trauma dari sesi belajar sparta itu masih belum lenyap. Alhasil jarak antara kedua remaja itu kian renggang.

"Sin-" Gadis itu langsung pergi tanpa berkata apapun

"Sabar bro cinta emang gak semanis sinetron" Seru Adit menepuk pundak Ketos ganteng itu.

Harris menepis tangannya kesal. Ketos itu menghela nafas sejenak lalu pergi ke ruangan OSIS dengan segala tumpukan tugas yang menantinya.

"Yang penting kerjaan gue kelarin dulu" Serunya memijit pelipisnya.

Tak jarang dia di sapa sepanjang perjalanan menuju ruang OSIS. Entah itu seangkatan kakak kelas ataupun adik kelas. Yang pasti rata-rata berjenis kelamin cewek.

"Siang Kak Harris"

"Harris"

Pemuda itu membalas dengan seulas senyum tipis namun mampu membuat gadis-gadis tadi kejang-kejang.

"Kek biasanya gampang banget buat lo bikin cewek-cewek histeris" Seru Anita

"Orang gue nggak ngapa-ngapin" Seru Harris heran

Meski hanya sejenak terlihat raut ketidaksukaan Harris pada Mahasiswa yang melatih ekskul Karate sekolah.

"Lo kenapa melototin dia? Takut fans lo berkurang? " Canda Anita

Raut sinis Harris semakin menjadi saat melihat Sindy sedang bercengkrama dengan Rio. Yups ketos ganteng ini tengah cemburu.

"Oh gitu" Serunya paham

"Gue juga bisa kok jagain cewek" Serunya kesal.

Gadis cantik itu bersandarkan peyangga besi balkon sekolah. Dia menoleh sejenak pada Harris.

Sekilas mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Tak sedikit yang mengharapkan rumor itu jadi nyata.

"Lo yakin cuma bakal ngeliatin dari jauh aja Ris" Seru Anita santai

"Ngeliatin dari jauh? apa sih maksud lo" Serunya pura-pura ngak tahu.

Gadis itu menghela nafasnya sejenak. Setelah menatap iba Harris dan tak lupa tepukan prihatin barulah gadis itu berlalu pergi.

"Semoga berhasil anak muda" Serunya dengan intonasi puisi.

****

Sindy yang merasa sedari tadi di perhatian spontan menoleh. Namun dia tak mendapati siapapun yang mengawasi nya.

"Hii jangan bilang setan" Serunya ngeri

"Kamu kenapa Sindy? Nggak enak badan kah? " Seru Rio

"Aku nggak papa kok senpai" Serunya tersenyum

Nyaris semua anggota ekskul Karate tahu Sindy tengah ngecrusin Rio. Ada yang menyoraki mereka ada yang netral dan tentu saja secara Terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya.

"Apa sih heboh gini alay banget" Seru kaum yang iri.

Rio hanya tersenyum sambil kembali melanjutkan latihan mereka. Raut wajah Rio begitu tegas saat melatih para Karateka.

"Ichi no kata (jurus pertama) " Seru Rio tegas.

Dengan serentak para karateka mempraktikkan nya. Meski beberapa ada yang salah gerakan namun gerakan mereka masih indah.

Setelah ekskul Sindy di kagetkan dengan kehadiran Beni yang menunggu nya di mini market terdekat.

"Hai cantik bisa minta waktunya nggak?" Seru mahasiswa itu tersenyum.

"Kak Beni?" Pekiknya kaget.

Pemuda itu hanya tersenyum dan tak perlu waktu lama mereka pun sudah nongkrong di cafe.

"Aduuh padahal aku masih dekil habis latihan" Seru Sindy malu.

Pemuda itu mengusap tangan Sindy dan mengecupnya sambil tersenyum. Kata-kata manis terus terlontar kan dengan mudah dari mulutnya.

"Kamu itu cantiknya natural kok" Serunya

Meskipun Sindy tahu dan sadar semua itu hanya gombalan semata. Namun jiwanya yang haus akan itu tetap saja termakan kata-kata nya.

"Ka-kak Beni bisa aja" Serunya salah tingkah.

"Oh iya btw hubungan kamu sama Rio apa sih?" Serunya

Dengan berat hati dia mengatakan Rio sebatas pelatihnya. Menyadari perubahan mood Sindy pemuda itu seketika menepuk rambutnya.

"Jangan cemberut gitu nanti cantiknya luntur" serunya

Gadis itu ngblush seketika. Ya seperti ini lah Sindy yang berulang kali di phpin cowok.

Beni hanya tersenyum melihat betapa mudahnya gadis mungil itu tersipu. Sesekali dia mengusap rambut Sindy hingga gadis itu kian gelagapan.

"Anu kak aku pulang dulu ya udah sore banget ini" Seru gadis itu mengeluarkan uang untuk pesanannya.

Seketika Beni menolak nya dengan seulas senyum. Pemuda itu kembali melontarkan kata-kata manisnya hingga Sindy pun menurut.

"Nggak usah bayar kamu udah biar aku aja" Serunya

"Tapi kak-" Seru Sindy yang baru pertama kalinya dibayarin cowok.

Yup karena sebelum selalu bayar masing-masing atau bahkan dia yang membayar cowok. Tentu saja Sindy keheranan.

"Nggak lucu tau ngajak jalan cewek tapi nggak di bayarin" Serunya mengusap tangan Sindy.

Sindy yang speechless pun hanya menurut saja pada perkataan Beni.

*****

Anita seketika menghela nafas saat melihat kakaknya keluar dari mobil BMW hitam dengan cowok ganteng.
Terlebih saat melihat kakaknya yang polos itu di kecup keningnya sebelum cowok tadi pergi.

"Hedeh bingung gue liat kakak gue" Serunya kembali membaca majalah tadi.

"Kak Beni, Kak Beni, Kak Beni" Gumam Sindy sepenuhnya berada dalam mode halu.

Bahkan dia tidak mengindahkan perkataan Anita. Gadis mungil itu benar-benar di mabuk cinta. Yang ada di otaknya sekarang hanyalah Beni, Beni dan Beni.

"Trus apa kabarnya pelatih lo? " Seru Anita.

"Emm ya tadi dia datang kek biasa" Serunya

"Harris? " Seru Anita gemas.

"Emang kenapa Harris?" Seru nya polos.

Tak butuh waktu lama Sindy pun akhirnya mendapatkan pacar pertamanya. Yup besoknya saat lagi ngedate tiba-tiba Beni menembaknya.

"Ya aku mau" Serunya tersipu malu.

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang