Sindy hanya tertawa tidak nyaman saat turun dari moge Rio. Sambil bergumam dia mencari alasan untuk tidak ikut masuk ke acara ulang tahun Putri. Entahlah dari awal bertemu mereka memang sudah saling bermusuhan.
" Aku kan gak bawa hadiah jadi-" Serunya terdiam.
Ya Sindy terdiam saat Rio menyodorkan sekotak kado dengan seulas senyum. Gadis itu tidak bisa membantah saat Rio terus menyodorkan kado tadi. Hingga dia pun terpaksa masuk menemani Rio.
" Kan sekarang udah bawa kado. Yuk masuk " Seru nya menggenggam tangan Sindy agar tidak kabur.
Namun alih-alih berniat kabur Sindy malah tersipu malu. Ya kepala gadis mungil ini di penuhi bunga-bunga dan khayalan.
" Sin-Sindy " Gumam Rio melambaikan tangan
" Hah, eh apa? " Serunya malu
Terlihat jelas raut tidak suka di wajah gadis yang berulang tahun itu. Terlebih saat dia melihat mereka bergandengan tangan.
" Kamu ini " Seru Rio tertawa.
" Maaf Senpai "
Putri pun mendehem. Ya tentu saja gak enak gitu depan mata tapi di cuekin.
Mereka tertawa sambil memberi kan kado dan buket bunga tadi pada Putri. Dan Rio pun segera bergabung dengan teman cowoknya.
" Uwu banget sih " Sindirnya
" Aduh Kak Putri bisa aja " Sahut Sindy tersenyum puas
Gadis dengan dress merah itu hanya tersenyum dan menatap sinis Sindy saat Rio tidak memperhatikan mereka begitupun sebaliknya.
Rio meninggalkan mereka berdua agar lebih akrab namun kenyataan nya permusuhan makin menjadi-jadi antara mereka.
" Eh Yo siapa tuh cewek yang make baju coklat? " Tanya temannya.
" Oh namanya Sindy, ya kek murid gue gitu di karate " Serunya nya tersenyum.
Sedangkan kedua gadis itu masih saling menatap sinis satu sama lain lalu berpaling angkuh. Ya begitulah kelakuan mereka dari tadi.
" Jadi sekarang Kak Putri tambah tua dong satu taon " Seru Sindy menadah menatap gadis bak model itu.
Sambil tersenyum Putri menumpahkan minumannya di dress coklat Sindy. Ya sekarang perhatian tertuju pada Sindy yang sedang di permalukan Putri.
" Oops sorry gak sengaja lo gak papa kan Sin-dy " Seulas senyum puas tersungging.
" Ahaha Kak Putri ceroboh banget lain kali hati-hati ya-Putri " Serunya memplototi gadis yang jauh lebih tinggi darinya.
Putri hanya mendengus saat Sindy mencengkram erat tangannya hingga berbekas. Dengan seulas senyum gadis itu pergi dari sana seolah tidak terjadi apa-apa.
" Ah sorry Kak Putri aku duluan ya. Btw selamat tambah tua " Serunya melambai pergi.
" Iya hati-hati Sindy " Seru gadis itu tersenyum sinis
Sindy secepatnya pergi dari sana sebelum airmata yang di bendungnya terliat oleh mereka. Sindy hanya terduduk sambil memeluk kakinya seperti gelandangan di dekat pohon pelindung taman.
" Aaaah harusnya gue gak usah kegeeran dulu Senpai Rio bakal ngajak ngedate " Seru Sindy tangisnya pecah
Dia tidak peduli apa yang orang asing pikirkan tentang nya. Sesak di dadanya kembali berkecamuk saat ingat bagaimana Putri mempermalukan nya tadi.
" Lagian apaan sih itu cewek rese banget mentang-mentang good looking" Sungut Sindy kesal
" Akhirnya ketemu juga " Seru laki-laki itu dengan nafas yang tersekal-sekal.
Spontan Sindy berpaling sambil menutup make up berantakan nya. Tak hanya wajah dress kotor dan kaki lecet karena berlari dengan heels 7 senti.
" Jangan liat aku Senpai. Please" Serunya kembali menangis. " Aku gapapa kok serius "
Alih-alih ilfeel Rio malah ikutan duduk bersandar kan punggung nya. Tangis Sindy terhenti saking kagetnya.
" Maaf ya gara-gara saya ngotot ngajak kamu malah jadi nya gini " Seru Rio
" Enggak Senpai gak salah kok " Selanya cepat-cepat
Rio pun mengajak Sindy ke rumahnya. Karena gak tega ngebiarin Sindy pulang dengan tampang memprihatinkan kayak gitu.
" Anu Senpai kenapa-? " Serunya heran.
" Aku gak punya niat aneh-aneh kok " Seru Rio memperjelas maksudnya.
Saat membuka pintu langsung terlihat gadis seusianya yang teriak histeris saat mata mereka bertemu.
" Mama, Bang Rio bawa cewek ke rumah "
Rio hanya menghela nafas saat melihat reaksi adiknya- Dinda. Alih-alih menatap sinis Sindy gadis itu malah menatap sinis Abangnya sendiri.
" Lo apain dia Bang sampe berantakan gini? " Seru Dinda
" Astaga bisa gak sih Din sehari aja gak nuduh sembarangan abangmu? "
Seketika Dinda membawa Sindy bersamanya. Ya dia membiarkan Sindy mandi dan meminjamkan pakaian.
" Jadi udah berapa lama kalian jadian? " Seru Dinda bertopang dagu
Sindy seketika gelagapan. Wajahnya kembali bersemu merah dan menutup sebagian wajahnya dengan jaket oversize abu-abu dengan bawahan jeans sebatas lutut.
" Emang keliatan kek orang pacaran ya? "Serunya malu
" Enggak juga sih tapi Bang Rio jarang bawa cewek kerumah. " Serunya
Perkataan Dinda bak panah yang menusuk langsung dadanya. Walaupun memang benar mereka tidak pacaran.
" Tapi lo sukakan sana abang gue " Serunya nyengir
" E-enggak kok Senpai Rio cuma temen " Serunya dengan berat hati.
" Oh iya btw itu jaket Bang Rio "seru Dinda membuat Sindy kembali tersipu
Sorenya Rio mengantar Sindy pulang. Sindy terus memeluk erat jaket yang di di pakainya sekarang.
Ya begitulah Sindy tidak hentinya tersenyum sambil mengendus jaket oversize itu. Hingga membuat keluarga nya prihatin. Bahkan cemoohan Mary tidak berefek pada nya.
" Iih dasar gila " Hujat Mary kesal.
" Sindy cepet beli kecap sama gula sana " Seru Ibu membahana dari dapur.
Tanpa aba-aba Sindy langsung keluar ya kerena apa? Karena kata Ibu mutlak. Gadis mungil itu kebetulan bertemu Harris yang juga keluar.
" Kemana Ndy? "Seru Harris
" Enggak anu ini kewarung di suruh Ibu " Serunya masih saja gugup.
" Kalo gitu sekalian gue juga mau beli kopi " Seru Harris
Sepanjang jalan ke warung hanya ada keheningan dan kecanggungan. Entah berapa kali Sindy bertekad untuk melupakan perasaannya pada Harris. Karena ketahuilah sekali kau mencintai seseorang sudah tidak ada lagi kata hanya teman biasa.
" Ahaha ternyata bener ya kata orang cinta pertama itu susah di lupain " Seru Sindy tiba-tiba.
Dan ya tentu saja Harris spontan menoleh. Ketos itu penasaran dengan kelanjutannya. Namun dia urung menanyakan nya saat melihat Sindy mulai menggerutu kembali.
" Emang gak pernah bosan ya gue ngeliat tingkah lo Sindy " Gumamnya tertawa.
" A-apan sih lo Ris" Serunya berpaling. " Nyebelin banget deh "
Sindy terus di paksa merasakan debaran jantung orang habis maraton 5 kilometer untuk sementara waktu.
Begitu sampai di warung , Sindy berniat langsung membeli yang di suruh Ibu dan pergi secepatnya. Namun dia lupa membawa uang nya.
" Aduh gimana nih " Serunya panik " Masa ngutang di depan Harris sih. Iya sih dia tetangga tapi... " Pikirannya galau
" Berapa semuanya mbak sekalian ini juga " Seru Harris menepuk bahu Sindy.
" Aaah kenapa sih lo selalu nunjukin sisi keren lo saat gue nyoba move on " Seru Sindy tersenyum kecut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Novela JuvenilMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...