11. Babu Time

17 6 0
                                    

Sindy seketika mengeluh saat tahu akan menemani Bibinya belanja. Mary mengajak Sindy bukan tanpa alasan. Ya kehadiran Sindy cuma sebagai kuli angkat.

" Wtf. Ini sih makin stress yang ada" Pikirnya kesal.

Namun dia tidak tega membantah saat melihat wajah terharu Ibu. Ya wanita itu berpikir mereka akhirnya berbaikan.

" Maimunah akhirnya" Seru Ibu memeluk erat adiknya

" Aduh, iya Mbak tapi bisa gak, gak usah nyebut nama kampung itu "

Ya benar saja begitu keluar dari taxi online itu. Marry langsung memperlakukan Sindy seperti pembantu. Dia terus mengoceh sambil berkipas-kipas ria.

" Pokoknya saya tidak mau tau kalau nanti sampe belanjaan nya lecet kamu harus ganti rugi " Serunya berjalan angkuh

Sindy hanya mengangguk malas sambil membuntuti model majalah itu. Meski berumur Mary memiliki fans yang cukup banyak.

" Wah mbak Mary lagi shoping ya " Seru salah seorang fans nya

Mereka melirik Sindy yang membawa belanjaan Mary dengan enggan. Dengan seulas senyum tanpa beban dia mengatakan Sindy adalah asisten pribadinya.

" Oh dia asisten baru saya " Serunya melirik sinis keponakan nya sendiri.

Mereka tertawa pelan tanpa mempedulikan Sindy lagi. Sindy hanya bisa berharap wanita yang di anggap nya Mak Lampir itu secepatnya selesai belanja.

Sedangkan si biang masalah malah jumpa fans dadakan. Ya Mary dan serombongan fansnya sibuk bercengkrama di sebuah cafe.

Wanita dengan cardigan latte dalaman putih polos bertali dengan rok hitam putih vertikal lumayan ketat sebatas lutut. Kacamata hitam, jam tangan, dan tas branded. Ya penampilan Mary memang menawan dan stylish tanpa kesan norak.

" Astaga bisa gak sih itu mak Lampir belanja trus pulang aja gitu. Ribet amat pake acara beginian segala " Serunya gondok.

" Sindy mana tas golden rosemary winter gala night 2015 edition "serunya seolah sedang membaca mantra.

" Hah? " Ulang Sindy di sambut tatapan sinis seluruh fans wanita Mary. " Yang mana-"

" Aduh lemot amat sih. Bingkisan warna emas itu " Serunya kembali berkipas-kipas ria dan menunjuk mengunakan kipas bermotif bunga mawar nan elegan

Setelah jumpa fans dadakan itu. Mary lanjut memborong beberapa potong pakaian dan terusan nan menawan.

" Dia yang belanja orang yang kesusahan " Gumam Sindy mengeliat sejenak merenggang badannya nan pegal.

Gadis mungil itu bertopang dagu melihat borongan Bibinya. Yang sudah seperti satu set peragaan busana bulanan brand fashion.

" Sindy? "Panggil seseorang terdengar cukup familiar.

Gadis itu menoleh dan melihat Adit datang menghampiri nya. Meskipun langganan masuk ruang BK. Cowok satu ini adalah teman dekat Harris.

" Ya " Serunya malas.

" Wah ngeborong nih " Katanya melirik bingkisan belanja Mary" Jadi Sugar baby lo ya Ndy ? "

Sindy tertawa menutup mulutnya sambil menepuk pundak Adit. Hingga cowok itu membungkuk dan sedikit berpindah tempat. Entahlah tidak ada yang tau dari mana tradisi itu bermula. Yang jelas rata-rata cewek emang gitu.

" Enak aja Sugar Baby." Serunya tertawa kecil " Gue bukan cewek kek gitu kampret " Jelasnya

Adit masih berpikir bagaimana bisa tubuh mungil Sindy memiliki tenaga yang bukan main seperti itu. Dia hanya tersenyum tidak nyaman.

" Iya, paham gue " Katanya sedikit kesal " Trus lo shoping sama siapa Ndy? "

Seketika wanita modis itu keluar dengan beberapa bingkisan belanjanya. Dia melirik sejenak Adit sambil menghentak heels 10 sentinya hingga pemuda itu memilih pergi.

" Oh iya Ndy gue cabut duluan ya bye " Cowok itu kikuk

" Hmm ya ,oke bye " Seru Sindy kembali bermuka datar setelah Adit pergi.

Mereka pun lanjut ke toko berikutnya. Hingga dua jam lebih lamanya. Setelah keluar dari Departemen store wajah Mary berseri-seri berbanding terbalik dengan wajah Sindy.

" Memang bener ya shoping itu ngilangin stress " Gumam Mary mengenakan kacamata hitam nya

" Nambah stress yang ada " Timpal Sindy pura- pura gak tau saat Mary noleh.

Mood Mary kembali buruk saat dia berdiri cukup lama di luar departemen store tadi. Ya mereka sedang menunggu taxi online mereka.

" Astaga jangan bilang kamu ngak mesen taxi online tadi " Seru Mary kembali julid.

" Udah aku pesen kok Nyonya besar " Seru Sindy malas.

Setelah membuat catatan dosa Sindy dan Mary bertambah barulah taxi yang di tunggu itu datang. Mary yang moodnya sudah terlanjur buruk langsung menyembur driver taxi malang itu.

" Jalan pak " Seru Sindy setelah meletakkan belanjaan Marry di bagasi sebagian dan sisanya di kursi sebelahnya.

Sindy mengambil earphones dan menyetel lagu yang menyamarkan ocehan tanpa ujung bibinya. Tenaga banyak terkuras seolah baru selesai latihan.

" Ngak capek apa itu mak Lampir ngoceh mulu " Pikiran hanyut dalam alunan musik dan sibuk ngestalk akun sosial media Rio.

*****

Setelah seharian jadi babu Bibinya. Sindy pun langsung tepar di ranjang. Seketika dia terjangkit penyakit mager. Bahkan untuk mengangkat telpon saja dia malas.

" Aduh siapa sih " Serunya " Ngak tau apa orang lagi mager " Sungutnya

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya. Dan beralih mengangkat telpon itu. Moodnya begitu berantakan karena kelakuan Mary.

" Ya " Serunya

" Halo , Sindy Ibu keknya lupa deh nge jemur pakaian di pengering " Seru Ibu

" Hmm " Serunya " Trus " Serunya menguap malas

Seketika nada suara Ibu berubah dari cemas menjadi mengintimidasi. Seketika matanya melek saat Ibu mulai mengomel dan kembali lagi setelah beberapa saat.

" Bukan hmm terus SINDY. Jemur itu pakaian yang kelupaan sama Ibu. "

" Ta-"

" Etetet- " Sela Ibu

" Buu-"

" Udah gak ada tapi-tapian cepet jemur itu SEKARANG "

Sindy yang mager itu bengong beberapa saat sebelum akhirnya berjalan letoi menuju mesin cuci di dekat kamar mandi.

Sambil menguap Sindy menjemur pakaian itu halaman belakang rumahnya. Dia gagal fokus saking lelahnya.

" Capek banget ya Ndy? " Seru Harris yang istirahat setelah membuat PR beberapa pelajaran.

" Hmm iya nih " Serunya tersenyum sambil mengangkat daleman pink berpita itu.

Harris seketika berpaling pura-pura tidak melihat apapun. Sindy yang heran melihat tingkah Harris pun melirik yang di pegang tangannya. Dia melihat seksama benda segitiga pink berpita itu sebelum akhirnya terduduk malu menyembunyikannya. Ya ternyata yang sedari tadi dia angkat adalah celana dalamnya sendiri.

" Sialan kok bisa-bisanya gue nunjukin ini ke Harris. " Umpat nya malu

Secepatnya Sindy mengangkat jemuran itu dan memindahkan nya kedalam karena malu. Ya gadis itu terus mengutuk kelalaian nya yang tidak kenal tempat dan waktu.

" Kenapa lo? Gak jelas" Seru Anita yang baru dari dapur dengan segelas jus di tangan nya.

" Bacot " Sahutnya kesal.

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang