Bibinya-Mary menginap di rumah selama seminggu. Wanita itu memang selalu datang berkunjung saat cuti. Namun hal itu hanyalah pengasingan bagi Sindy." Aduh Anita kamu makin cantik aja " Seru Mary langsung memeluk keponakan kesayangannya.
" Bibi kok gak ngomong bakal datang " Seru Anita pura-pura tidak tahu.
Sindy hanya berlalu dengan helaan nafas panjang. Langkah kaki yang terasa berat. Tanpa Mary berkata apapun Sindy langsung paham.
" Ini makanya gue paling males itu Mak Lampir nginep " Gumam Sindy malas.
Seketika wanita yang rambutnya di cat ombre coklat itu menoleh dengan tatap tajam. Terlebih sebelah sudut bibir yang terangkat begitu sinis.
" Gak cuma fisik aja yang kurang sopan santun nya juga. Kamu benar anak Mbak ku? " Serunya kian sinis
Seketika Gadis mungil itu terdiam. Dengan seulas senyum berlalu pergi dari sana tanpa berkata apapun.
Begitu sampai di dalam kamar nya. Sindy langsung menghempaskan tubuh mungilnya ke kasur tanpa berkata apapun. Air mata tiada hentinya keluar.
Entah kenapa keluarga dari pihak Ibunya selalu mengucilkan Sindy terlebih Mary. Tak peduli seberapa keras Sindy berusaha di mata mereka tidak ada artinya di banding kan Anita.
" Anita, Anita, Anita. ANITA AJA TERUS. " Teriaknya saat ingat kenangan-kenangan buruknya " Selekali-kali liat gue kek "
Setelah membuat ranjangnya di penuhi tisu bekas barulah gadis mungil itu beranjak karena tubuh yang lengket belum mandi.
" Yang model beginian mana ada yang suka coba " Seru Sindy tersenyum pahit saat melihat pantulan wajahnya di cermin.
Mata sembab, hidung merah rambut lepek dan berantakan lalu Suara yang serak. Dan ya gadis mungil ini kembali mengasiani diri sendiri seperti biasanya.
" Aaah keknya cuma mimpi aja gue bakal punya pacar " Gerutunya
Suara ponsel mengalihkan perhatiannya sejenak. Dengan nada judes gadis itu mengangkat telpon tanpa tahu dari siapa itu.
" Ya ada apa " Serunya
" Loh kamu kenapa Sindy? " Seru laki-laki yang suaranya radionable sekali alias bikin betah suaranya.
Seketika gadis itu melihat penelepon dan langsung mati kutu saat melihat tulisan Senpai Rio. Tak hanya sekali dia seperti ini pada gebetannya.
Dengan tawa tidak nyaman gadis itu kembali bicara berharap. Rio tidak keburu ilfeel. Entahlah timing Rio menelpon selalu saja salah. Tapi ya mana mungkin pemuda itu tahu.
" Eeeh Senpai ada apa? " Serunya malu
" Kamu bisa gak temanin saya nanti sore gak ? " Seru Rio dari seberang sana.
Sindy yang tidak percaya masih diam membisu dengan wajah semerah kepiting rebus. Membiarkan Rio bicara sendiri beberapa detik.
" Halo Sindy? Kamu masih di situ kan? " Serunya
" Hah eh itu ya aku masih di sini Senpai " Gumamnya
" Jadi gimana kamu bisa gak? Maaf ya mendadak gini " Seru laki-laki " Tapi kalo kamu ada janji juga gak papa kok "
Secepatnya Sindy mengatakan tidak punya janji hingga mahasiswa itu tertawa geli. Setelah menutup telpon gadis itu secepatnya bersiap untuk kencan dadakan dengan Rio- menurutnya begitu.
" Ya ampun mimpi apa gue semalam tiba-tiba dia ajak ngedate gini? " Serunya benar-benar lupa dengan kejadian tadi.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam. Mulai dari mencari outfit yang akan di pakai, mandi dan juga make up yang tak sebentar. Oh ya tentu saja kegalauan saat melihat pantulan bayangan di cermin
" Udah gak sih " Serunya melihat pantulan bayangan nya entah yang keberapa kalinya
Gadis itu bergegas menuju pintu rumah saat menerima pesan Rio ada di depan rumahnya. Tanpa mengindahkan siapapun.
" Mau kemana Ndy? " Seru Ibu
" Mau jalan bentar Bu-" Serunya tanpa menoleh.
" Eh sama- siapa " Seru Wanita itu khawatir. Ya pasalnya bukan pertama kali Sindy seperti itu.
"Liat tuh gak ada sopan santunnya sama kek dia " Sindir Mary
Sementara Sindy yang berdebar-debar langsung membuka pintu dengan harapan tampangnya tidak malu-malu in di hadapan pujaan hatinya.
" Aduh make up gue gak norak kan. Alis gue gimana? Aduh tolong lah " Gumamnya keberanian diri membuka pintu
Tepat di hadapan nya berdiri laki-laki jangkung dengan jas hitam,kaos abu-abu dan jeans gelap. Poni lumayan panjangnya di sisir kesamping. Serta sebuket bunga mawar di tangannya
" Oh-my-God ini serius manusia? " Pikiran terpesona.
" Ada yang salah? " Serunya melambaikan tangan
" Ganteng banget " Serunya tanpa sadar.
Laki-laki itu tersenyum sambil menepuk-nepuk rambut pendek yang telah di spiral kan sebisanya.
" Kamu juga cantik kok " Serunya " Jadi bisa kita pergi sekarang ke ulang tahun Putri "
" Eh "
Seketika senyumnya luntur. Tanpa berkata apapun Sindy tetap pergi sambil memegang buket bunga untuk Putri.
![](https://img.wattpad.com/cover/268328417-288-k985241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...