26. Cinta itu menumpulkan logika

0 0 0
                                    

Tidak sedikit orang yang logikanya jadi tumpul saat jatuh Cinta. Tak terkecuali gadis Kuning Langsat mungil itu.

Belum lagi sejak awal logikanya memang bisa di bilang pas-pasan dan di tumpulkan lagi oleh Cinta.

"Kira-kira Senpai bakal suka nggak ya?" Seru gadis itu bicara sendiri

Dia terus mengoceh sambil mengambil bahan makanan di rak swalayan.

Berkat skill stallking gadis ini berhasil mengetahui makan favorit crushnya. Percayalah saat jatuh cinta cewek bisa jadi hacker dadakan.

"Happy banget emang ada acara apaan Ndy?" Seru Harris yang mengintip dari pundaknya

Seketika gadis itu teriak dan menjatuhkan kotak yang di ambilnya. Dia bahkan sempat menyikut perut Harris.

Sepasang remaja itupun mengaduh berjemaah. Menyadari pandangan tertuju pada mereka. Secepatnya nya Sindy menarik Harris untuk pergi dari sana.

"Serius deh makin lama lo makin mirip Anita" seru Sindy kesal

Ketos itu tertawa geli hingga gadis itupun menoleh. Meski sesaat hatinya berdebar-debar melihat senyum teman semasa kecilnya.

"Nggak Ndy, lo mikir apaan? " Serunya mensugesti dirinya

"Kalau sama-sama candu bikin lo kesel emang iya" seru Ketos itu mengaku

"Tuh kan, gue mulai curiga jangan-jangan kalian jodoh" seru Sindy

Seketika tawa Harris terhenti. Ketos itu memegang telungkup nya dengan seulas senyum tak nyaman sebelum akhirnya pergi.

"Gue balik duluan ya baru ingat ada rapat OSIS" serunya

"Oh iya, hati-hati" seru gadis itu mengangguk. "Fiuuh, gue nggak yakin bisa tahan lebih lama dari itu" pikirnya

Ya gadis itu sedari tadi berpura-pura biasa saja saat melihat senyum mempesona Harris. Dari dulu dia memang suka dengan segala sesuatu tentang Harris.

*****

"Haah, pleasea lah Ndy" keluh Gladis tidak habis pikir "Itu udah termasuk sinyal loh Sindy bego"

Gladis terus mengoceh sambil melihat  Sindy yang tengah berusaha membuat makanan favorit Crushnya.

"Lo ngomong apa sih Dis? Udah jelas Harris kayak gitu gara-gara ketularan Anita" serunya tersenyum. "Sampai dimana tadi?"

Sindy dengan serius melihat resep yang diberikan Ibunya Rio. Walaupun sering pesimis gadis ini memiliki sisi perfeksionis yang menyebalkan.

"Dih malah nyuekin gue" serunya merebut secarik kertas itu.

"Arggh balikin Dis, nanti malah gagal" seru Sindy berusaha merebut kembali resep tersebut.

Gadis itu mengembalikan resep itu setelah membacanya. Dia pergi dari dapur tanpa mengatakan apapun.

"Serius deh kenapa makin lama makin banyak yang nyebelin kayak Anita?" Serunya kembali masak.

Gadis Kuning Langsat itu bersenandung ria tak jarang sedikit menari. Berbagai simulasi saat dia memberikan makan favorit crushnya terus memenuhi kepala.

"Okeh pokoknya gue harus bisa bikin rawon sapi favorit Senpai Rio" seru gadis itu menyemangati dirinya

****
Ibu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat putri sulungnya yang bergegas pergi dengan toples makanan.

"Ibu aku pergi dulu sebentar" serunya buru-buru

Dia bahkan lupa mengabari kedatangannya. Gadis itu berjalan bolak-balik di dekat motornya. Dia tengah mengutuk kecerobohannya .

"Astaga, kok bisa-bisanya gue main pergi kayak udah akrab aja sama Senpai Rio"

Dia ragu antara tetap bertamu tanpa mengabari atau pergi begitu saja dan memberikannyaitu besok.

"Loh Sindy ada apa? Nyari Dinda ya?" Seru Rio yang Entah kapan ada di sana.

Tentu saja Sindy latah seketika. Dia bahkan hampir menjatuhkan masakan nya.

Melihat hal itu Rio hanya tersenyum geli sambil mempersiapkan gadis mungil itu masuk.

"Udah masuk aja dulu Dinda lagi bikin tugas kelompok" seru Rio.

Hening gadis itu duduk sambil menggenggam erat kantong plastik berisi makan favorit crushnya.

"Senpai" serunya tiba-tiba

"Ya ada apa?"

"Anu ini, apa namanya walaupun nggak seenak resep Ibunya Senpai " kata-kata nya belepotan saking gugup

Rio tersenyum dan mengusap-usap kepala Sindy. Dia biasa melakukan hal itu pada adik perempuan nya. Benar-benar sosok kakak penyayang.

"Kamu udah ngelakuin yang terbaik kok" serunya tersenyum "Makasih ya"

Gadis itu makin salah tingkah bahkan nyaris jatuh tersungkur. Crushnya hanya tersenyum geli.

Gadis itu buru-buru mengekori Dinda. Ya logikanya kian tumpul jika berlama-lama di dekat Crushnya.

"Lah ngapain ngikut?" Seru Dinda heran.

"Udah jalan aja" gumamnya tersipu.

Dengan santainya Sindy ikut bergabung bersama teman sekelompok Dinda. Dia bahkan tidak menyadari beberapa tatapan yang tertuju padanya.

"Ini lo sampai kapan mau sembunyi di belakang gue?" Seru gadis itu menoleh

"Ya abis lo nggak bantuin gue tadi" serunya

"Din perasaan di anggota kelompok kita udah cukup deh" seru salah seorang teman nya yang laki-laki.

Barulah Sindy menyadari di ruangan itu tidak hanya ada dia dan Dinda. Wajahnya merah saking malu. Seketika gadis pergi sambil menutupi mukanya.

"Gu-gue cabut dulu Din bye" serunya tergesa-gesa

"Yah malah cabut" perkataannya terdengar samar sampai telinga Sindy

"Woilah ini gue kenapa? Malu-maluin banget hari ini" pikir nya mengutuk kecerobohannya

Gadis itu bahkan tidak pamit pulang pada Crushnya. Pikirannya benar-benar kacau. Setelah sampai rumah barulah dia ingat semuanya dan sesi mengeluh pun di mulai.

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang