Gadis kuning langsat mungil itu menjalani rutnitas paginya. Semua baik-baik saja hingga dia keluar rumahnya.
" Pagi Ndy" sapa Harris.
Dengan seulas senyum cangung dan lambaian tangan singkat Sindy menanggapi sapaan Harris.
" Pa-pagi "
" Lo kenapa? Masih pagi lho "
" Gapapa kok " elak gadis itu.
Belum sempat Sindy berkata apapun. Haris langsung menggenggam tangannya dengan seulas senyum. Tentu saja gadis itu gelagapan.
" Yaudah yuk berangkat " serunya
Sindy yang masih shock hanya mengangguk malu. Banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanya.
" Ha-Haris lo gak lagi salah makan kan? " seru Sindy
Ketos itu tertawa sambil menepuk- nepuk kepala Sindy singkat. Tentu saja gadis mungil itu kembali tersipu malu. Hingga pikirannya memasuki mode halu.
" Lo ngomong apa sih Ndy? Gue gak lagi sakit atau pun salah makan kok "jelasnya.
Gadis itu cengar-cengir. Sibuk dengan halunya hingga cogan yang tengah menggenggam jemarinyapun di abaikan. Dan yang dia haluin adalah cogan tepat di sampingnya saat ini.
" Ehehe ternyata enak juga tetanggaan dari kecil sama cogan " serunya tersenyum licik.
Dia bahkan tidak sadar Harris sedari tadi memanggil nya sambil sesekali melambaikan tangan.
" Oi, Ndy, Sindy kita udah di kelas lho " serunya
Tidak ada respon
" Sindy " gumamnya menarik hidung mungil itu
Refleks Sindy memukul perut Harris hingga ketos itu mengerang kesakitan. Sedangkan gadis kebingungan dengan situasi tersebut.
" lo kenapa Ris? " tanya gadis itu polos.
"Ga-gapapa kok Ndy cuma sakit perut biasa" elak Harris pergi ke bangkunya
*****
Sepulang sekolah Sindy pun latihan seperti biasa. Namun sore itu entah kenapa banyak yang izin hingga Gadis itupun latihan privat dengan Rio.
" Tumben pada gak datang padahal biasanya mereka semangat 45 kalo Senpai Rio yang melatih" pikir Sindy selesai pemanasan
Karena tidak fokus gadis ini pun banyak melakukan kesalahan saat memperagakan Kata (jurus) 5.
" Sindy " tegur Rio tegas.
Gadis itu memegang lehernya dengan seulas cengiran. Diapun tertawa tak nyaman beberapa saat sebelum kembali mengulang dari awal.
" Maaf Senpai " serunya malu
Rio bisa di bilang laki-laki yang cukup perfeksionis terlebih lagi dalam urusan Karate. Tentu saja tangannya gatal ingin memperbaiki gerakan Sindy yang berantakan.
" Astaga kuda-kudanya bukan kayak gitu Sindy" Seru Rio akhirnya turun tangan juga.
Laki-laki itu dengan serius memperbaiki gerakan Sindy. Sekilas terlihat seperti memeluknya dari belakang.
" Tangan kamu itu harus miring dan ada jarak dengan kening. Ingat ini gerakan menangkis bukan menutupi " jelas Rio
Bukanya makin paham malah sebaliknya gadis mungil kuning langsat itu sedikitpun tidak mendengarkan perkataan Rio. Degup jantung nya menari-nari saat sadar dirinya bisa sedekat itu dengan Rio. Terlebih aroma mint yang menyegarkan itu sukses membuat kepala Sindy kosong seketika.
"Senpai Rio keren banget" serunya tanpa sadar.
" Sindy? " seru Rio menyadari kuda-kuda gadis itu kian goyah
Ya gadis itu terduduk lemas sambil menutupi wajah meronanya. Diapun duduk memunggungi Rio.
" Kamu kenapa Sindy muka kamu merah lho" cemas
" A-aku keknya gak enak badan maaf senpai aku pulang duluan " elak Sindy spontan ngacir ke ruang ganti.
Gadis itu menghela nafas panjang terlebih saat melihat pantulan wajahnya yang semerah tomat.
" Aaah bisa-bisanya gue ninggalin senpai Rio kek gitu. Bego-bego, selamat sindy lo baru aja bikin Senpai Rio ilfeel dah lah" gumamnya berjalan lesuh sendirian.
*****
Tiba-tiba ada yang memberikan bunga untuknya. Sindy pun menadah dan mendapati laki-laki yang belum lama ini bertukar kontak dengan nya yups Beni.
" Murung terus entar cantiknya luntur lho" serunya mengelus rambut Sindy.
" Eh aku cantik" serunya tersipu " Kak Beni bisa aja "
" Kamu pikir aku boong ya " serunya mengangkat dagu Sindy hingga gadis itu kembali menadah. " Sin-dy "
Lagi-lagi kepala Sindy kosong. Gadis itu seketika mendorong Beni karena malu. Dia begitu menyesal saat sadar apa yang telah di lakukannya.
" Ma-maaf Kak Beni aku-aku " serunya panik
Laki-laki rambut coklat ikal itu menempelkan jemarinya di bibir Sindy. Ya dia tetap tenang walapun tangan yang satunya memegang perut.
" Udah gak papa kok " serunya
Karena berbagai hal Sindy hang out dengan Beni. Mereka makan di kafe terdekat. Mereka atau lebih tepatnya Beni terus menggoda Sindy.
" Kamu hebat ya Sindy udah cantik, manis bisa bela diri lagi. Jarang lho ada cewek kayak kamu " seru Beni sambil mengusap jemari mungil Sindy.
Laki-laki itu tersenyum puas melihat raut merona gadis SMA mungil yang duduk di hadapan nya.
" Tuhkan manis"
Degup jantung Sindy kembali menari-nari. Ya gadis ini emang lemah banget sama kata-kata manis. Atau lebih tepatnya haus akan hal itu.
" Ka-kak Beni bisa aja" serunya tertawa tidak nyaman
Tentu saja begitu karena pujian terlebih dari cogan adalah hal yang langka bagi Sindy. Meskipun sering mengidamkan hal ini. Dia tetap saja tidak tahu harus bagaimana.
" Tapi kalo kamu udah sekuat ini keknya pacar kamu jadi insecure" serunya menggenggam kedua tangan Sindy.
" A-aku gak punya pacar" serunya refleks
" Kalo gitu aku bisa gak aku jadi pacar kamu " seru Beni serius
Gadis itu mematung beberapa saat. Seumur hidupnya baru kali ini dia merasakan sensasi berdebar-debar saat di tembak cowok mana cogan lagi.
" A-aku -" serunya tidak bisa berkata-kata.
*****
Suara jam beker memaksa Sindy kembali ke kenyataan. Dengan gondok gadis itu melirik jam beker biru itu. Ya gadis itu mengutuk jam beker yang selama ini melaksanakan tugasnya dengan baik.
" Sialan cuma mimpi ternyata " umpat nya berjalan malas ke kamar mandi.
Gadis itu menatap pantulan bayangan di cermin. Dia terus mengerutu tidak terima dengan kenyataan.
" Kenapa sih kok kek gak boleh banget gue seneng kek ada aja gitu yang ganggu" serunya
" Cepetan Ndy gue gak mau ikutan nyapu halaman sekolah gara-gara lo" teriak Anita
" Bacot" sembur Sindy makin kesal
![](https://img.wattpad.com/cover/268328417-288-k985241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...