Pemuda itu tersenyum saat melihat gadis SMA melambai padanya. Begitu si gadis masuk kedalam mobil mereka pun pergi dari sana.
"Kita mau kemana Kak? "Seru gadis mungil itu
" Nanti kamu juga tau sendiri" Sahutnya tersenyum. "Oh iya itu ada hadiah buat kamu di belakang" Serunya
Dengan bersemangat Gadis mungil itu meraih bingkisan yang di maksud. Perlahan senyumnya luntur saat Pacarnya menyuruh untuk mengenakannya.
"Nanti di pakai ya" Serunya
Gadis itu terus melihat pacarnya dan isi dari bingkisan itu bergantian. Dia benar-benar ragu bahkan memiliki firasat yang tidak enak saat melihat isi bingkisan nya.
Alhasil si gadis pun mulai waspada terhadap pacarnya. Setelah satu bulan pacaran barulah dia sadar hubungan mereka tidak normal.
"Kamu kenapa manis? " Seru nya hendak mengusap kepala pacarnya.
Namun spontan si gadis menepis tangannya dan menjaga jarak. Nafasnya memburu terlebih saat si pacar mengunci pintu mobil mewah tersebut.
"Buka pintunya kak, aku mau keluar" Serunya panik.
Bukannya menuruti permintaan Si Gadis. Pemuda itu malah memacu laju mobil tersebut seperti kesurupan.
"Kak Beni, Kak Beni, Kak Beni" Teriaknya ketakutan. "Iya-iya bakal aku pakai" Serunya masih gemetaran.
Setelah mendengar hal itu perlahan cengiran mengembang di bibirnya. Dan laju kendaraan kembali normal.
"Nah gitu dong nurut kan enak" Serunya mengusap rambut pendek Sindy.
"I-iya kak" Serunya
Tanpa sepengetahuan Beni. Sindy yang panik sedari tadi menelpon Harris. Dia bahkan tidak tahu kenapa hanya Harris yang terpikirkan olehnya saat itu.
****
Ketos yang biasanya tenang itu seketika kalang kabut pergi menuju parkiran. Dia bahkan tidak menghiraukan guru yang memanggilnya
"Semoga lo nggak kenapa-kenapa Ndy" Serunya cemas saat mendengar percakapan Sindy dan Beni.
"Lo kenapa?" Tanya Adit menahan tangan Harris.
"Sindy, cowoknya, gue harus pergi sekarang" Serunya tergesa-gesa.
Adit tidak tahu apa yang terjadi namun satu hal yang dia tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan temannya pergi dengan keadaan seperti itu.
"Sadar woi" Serunya
"Argghhh lepasin. Gue harus pergi sekarang" Rontanya.
Sebuah tamparan di pipi menyadarkan Harris. Perlahan Ketos itu bisa berfikir dengan jernih.
"Akhirnya tenang juga. Gila lo bro ngeri juga gue liatnya" Seru Adit tertawa
"Thanks bro" Serunya sebelum pergi.
*****
Beni langsung merebut ponsel Sindy saat mendengar suara keributan. Sempat ada perlawanan Sindy namun Beni tetap dapat merebutnya.Setelah berhenti di tempat yang sepi Beni menyuruh Sindy untuk mengganti pakaiannya.
"Cepat ganti baju" Bentaknya
"Tapi Kak" Serunya takut.
Sebenarnya Sindy bisa dengan mudah kabur dari sana. Namun dia tidak sanggup melakukan apapun karena di butakan cinta.
"Cepetan " Bentaknya
Sambil menahan tangis Sindy mulai membuka kancing seragamnya. Namun tiba-tiba kaca jendela di samping Sindy pecah.
Meskipun tangannya luka karena pecahan kaca jendela mobil . Pemuda itu langsung menarik Sindy keluar dari sana.
"Sindy bukan pemuas nafsu lo bajingan" Bentak pemuda itu.
Tak lama kemudian Sindy pun membulat kan tekadnya untuk mengakhiri hubungan mereka
"Kita putus" Seru Sindy sambil menangis
"Kalo gitu balikin semua hadiah dari gue" Serunya
"Tenang aja bakal gue balikin semuanya" Seru Sindy masih gemetaran.
Beni pun langsung dengan raut wajah kesal. Meninggalkan kedua remaja SMA itu.
Sebenarnya tangan Harris ingin memukul mantan Sindy yang brengsek itu. Namun dia lebih memilih untuk menenangkan gadis mungil itu.
"Gue goblok banget ya" Serunya mengusap air matanya.
Harris hanya diam sambil mengusap-usap bahunya. Membiarkan gadis pujaan nya mengeluarkan semua keluh kesah.
"Kenapa ya gue kok gini banget kalo masalah cowok" Serunya "Kek nggak ada gitu yang tulus sayang sama gue" Serunya
"Entahlah Ndy" Serunya tersenyum kecut mendengar ocehan Sindy.
Setelah mengantar Sindy pulang barulah Ketos itu kembali ke Sekolah untuk mengurus tugasnya yang terbengkalai.
"Ya paling enggak dia nggak trauma" Serunya lesuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...