Gadis mungil itu merengek pada adiknya. Sambil memelas dia memohon pada adiknya untuk mengajak Harris belajar bersama mereka."Yaa Ta ya" bujuknya
"Gak, lagian Haris juga bukan orang asing buat lo kenapa gak lo aja yang ngajak" seru Anita sibuk mengerinda kukunya.
Sindy terdiam mendengar perkataan adiknya. Karena memang begitu kenyataan nya. Harris bukanlah orang asing bagi mereka.
"Tapi kalo misalnya ada asalan logis. Gue deh yang ngajak Harris" seru gadis itu tersenyum puas melihat kakaknya gelagapan.
"Argh udah iya-iya gue sendiri yang ngajak" seru Sindy kesal.
Kebetulan saat itu Harris baru pulang. Pemuda tampan itu terlihat benar-benar kelelahan. Seolah ingin cepat-cepat ngadem di kamarnya.
"Harris" seru Sindy membuat Ketua OSIS itu menoleh.
"Oh apaan Ndy?" serunya
Perkataan nya berbelit-belit saking gugupnya. Gadis mungil itu tengah mengutuk kebodohan nya yang mau saja termakan omongan adiknya
"Makanya, kerumah gue pulang sekolah besok. Gue tunggu loh" serunya langsung pergi tak peduli Harris mengerti ataupun tidak.
Sedangkan Anita tak kuasa menahan tawanya melihat betapa canggung kakaknya. Setelah puas menjahili kakaknya. Barulah Anita menjelaskan pada Harris.
"Ya kurang lebih gitulah Ris, Lo tau kan kek mana gobloknya Sindy. Itu anak gak bakal baik-baik aja kalo belajar sendiri." seru Anita lanjut membaca majalah fashion
"Ya kalo itu sih gue ngerti. Yang bikin gue gagal paham kenapa Sindy kek ketemu setan ngomong sama gue tadi?" tanya Harris di seberang sana.
Anita tertawa kecil dan memutus sambungan telpon tersebut. Gadis itu menutup majalah tadi. Sudah terbayang bagaimana menariknya belajar kelompok besok.
Namun sedikit tidak sesuai harapannya. Gladis dan Adit juga ikut belajar bersama mereka. Anita hanya menghela nafas melihat senyum polos Sindy yang mengajak kedua remaja itu.
"Kalo gitu ayo kita belajar kelompok" seru Sindy
"Ternyata kalian beneran tetanggaan ya" seru Adit
"Iya gitu" sahut Sindy. "Tetangga iyakan Ris" serunya tersenyum.
Sindy terus sibuk bicara dengan Gladis atau pun Adit. Bahkan nyaris mengabaikan Harris. Sebisa mungkin gadis Kuning Langsat itu menghindari kontak mata dengan ketua OSIS.
"Trus yang ini maksudnya apa Dis?" serunya.
Gemas akan kelakuan kakaknya. Anita yang sedari tadi memperhatikan dari lubang kunci langsung turun tangan. Gadis itu langsung membawa Sindy keluar.
"Apaan sih Ta. Ganggu gue lagi belajar aja" gerutunya.
"Gue tau Lo goblok tapi gue gak nyangka bakal separah ini" sindir nya "Serius deh ada yang mau dengan suka rela bantu ngurangin ketololan Lo tapi malah di anggurin" omel Anita
"Lo emang kagak bisa ngomong tanpa kata-kata nusuk ya Ta" serunya kesal
Setelah mendengar Omelan Anita barulah Sindy membuat minuman dan membawa beberapa potong desert.
"Lo beneran gak ada kerjaan ya"
"Bacot, udah sana" usir Anita
Dengan seulas senyum gadis mungil itu membawa cemilan. Mereka pun istirahat sejenak.
"Enak banget beli di toko mana Ndy?" tanya Adit
"Gue yang bikin" gumamnya tersipu
"Eeh seriusan? Padahal Lo rada gimana-gimana gitu" seru Adit tak percaya
"Bacot, gue bisa masak sama ngurus rumah juga kali "
"Kek babu" ledeknya
"Gak lucu Adit" timpal Gladis
"Udah istirahatnya kan? Kita lanjut belajar lagi" seru Harris begitu sinis
Sindy membaca malas buku paket tebal itu hingga perhatiannya mudah teralihkan. Gadis kuning Langsat mungil itu keheranan dengan situasi canggung tersebut.
"Loh pada kenapa?" serunya polos.
"Udah baca aja buku itu Sindy" seru Harris seperti guru killer.
Pada akhirnya tidak ada satupun materi yang tinggal permanen di kepalanya karena ketakutan melihat cara mengajar sparta Harris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
JugendliteraturMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...