5. Saingan baru

22 6 0
                                        

Gadis mungil itu memberanikan diri untuk mengajak Rio ke acara syukuran di panti asuhan besok. Walaupun raut wajahnya sudah semerah tomat. Dia pun berhasil mengatakannya dengan kalimat yang berantakan.

" Anu besok Senpai Rio-" Serunya gugup.

Gladis nan gemas melihatnya menepuk lumayan kuat punggung Sindy. Walaupun tidak yakin Gladis tetap mendukung apapun keputusan sahabatnya.

" Bisa gak besok senpai Rio datang ke acara syukuran di panti asuhan?" Serunya cepat-cepat

Mahasiswa itu tersenyum dan mengangguk pelan. Sebenarnya dia masih ingin bertanya namun melihat Sindy yang sudah gelagapan seperti itu membuatnya tidak tega.

" Ya udah nanti kasih tau aja di mana dan kapan lewat wa ya Sindy " Serunya kembali tersenyum.

" Iya Senpai " Serunya meleleh

Setelah cukup lama barulah gadis itu heboh sendiri sambil mengguncang-guncang sahabatnya. Sahabat nya hanya membiarkan gadis itu berceloteh

" Lo liat tadi gak gue bisa ngundang Senpai Rio. Aaaaaaa senyumnya manis banget. Fix gue harus dandan ke acara syukuran besok. "

" Iya-iya bagus deh Senpai Rio mau datang " Sahut Gladis " Oh iya btw lo ngundang Harris kagak? "

Gadis itu seketika terdiam dengan wajah memelas menatap sahabatnya. Terlihat jelas gadis ini lupa mengundang teman semasa kecilnya.

" Emang harus ya? " Gumamnya melirik yang lain tidak beraturan

" Astaga ini bocah kasian si Harris " Gumam Gladis samar.

"Lagian Anita juga pasti ngundang Harris " Serunya pada dirinya sendiri

Sedangkan Harris baru selesai mengerjakan setengah dari tumpukan dokumen agar bisa pergi besok. Ya Anita mengundang nya untuk pergi syukuran di panti asuhan.

" Semangat banget mau ngedate ya besok " Seru Rendi wakil ketua OSIS

Pemuda itu hanya tersenyum yang membuat anggota OSIS perempuan hilang fokus.

" Enggak kok cuma acara syukuran di panti asuhan " Jelasnya

" Sama Anita kan " Tebak Rendi

Tebakan Rendi memang tidak salah namun Harris risih mendengarnya. Ya tak peduli mau bagaimana pun dia menjelaskan hubungan nya dengan Anita. Rumor mereka pedekate bahkan sampai mereka jadian pun tetap beredar seantero sekolah.

" Terserah lo aja deh " Serunya keluar mencari udara segar.

Perhatian Harris seketika tertuju pada dua orang gadis lebih tepatnya gadis yang heboh sendiri. Senyumnya berseri-seri seolah tidak memiliki masalah.

" Emang gak berubah ya " Gumamnya ikut tertular senyum itu.

" SINDYYYY lo udah makan belum " Seru pemuda itu membuat gadis mungil itu tersipu malu. " Kalo belum kita makan di warteg pulang sekolah yuk "

Harris tertawa melihat raut wajah cemberut gadis mungil itu. Begitu puas telah menjahili teman semasa kecilnya.

Sedangkan Sindy jadi bulan-bulan para karateka perempuan yang penasaran. Pasalnya yang mereka tahu Sindy tidak dekat dengan Ketua OSIS.

" Eeeh cerita dong kak kok bisa kenal sama Ketos " Seru. Salah sorang adik kelasnya

" Ah itu " Serunya

" Paling juga karena Anita " Seru gadis yang iri padanya.

Sindy terdiam sejenak dengan seulas senyum menjelaskan bahwa mereka sebenarnya teman semasa kecil.

" Cuma teman semasa kecil kok " Serunya

Sepertinya Harris tidak bercanda soal ajakannya makan di warteg. Selesai latihan Ketos itu bersandar kan dinding menunggu nya.

" Udah selesaikan? Yuk pergi laper banget gue " Pemuda itu nyengir

" La-lah gue pikir cu-cuma becanda " Seru Sindy gelagapan.

" Kalo gitu gue duluan ya Ndy " Seru Gladis tersenyum maklum.

Gadis mungil itu menahan tangannya dengan tatapan memelas. Gladis yang tidak tega pun berakhir menjadi nyamuk. Sedangkan penyebab nya langsung memeluk nya erat-erat.

" Elo emang sahabat gue yang paling baek Dis walaupun kadang nyebelin " Serunya

" Iya-iya gue udah denger ribuan kali " Sahutnya mencubit pipi Sindy.

" Taapii motornya cuma satu gak mungkin kan bonceng 3 " Katanya Harris masih mencari alasan.

" Ah kalo itu tenang aja gue bawa motor kok. " Seru Sindy tanpa beban
"Eh Elo yang nyetir ya Dis " Serunya

Harris hanya menghela nafas tidak tega membuat senyum Itu luntur dari wajah gadis yang disukainya.

" Ya udah deh " Serunya

Alih-alih Gladis yang jadi nyamuk. Malah Harris yang seperti terdampar di tempat asing. Diantara mereka bertiga hanya Sindy yang tidak bisa membaca situasai atau mungkin dia memang tidak memikirkan nya.

" Astaga Sindy kok bisa-bisanya lo nyuekin cogan tepat di depan mata lo sekarang? " Pikir Gladis geregetan.

Bahkan sampai pulang pun Harris tetap menemani Sindy yang mengantar Gladis pulang. Setelah itu keadaan canggung.

" Lo emang gak berubah ya " Seru Harris tiba-tiba

" Iya tauk kok gue gak secantik apa lagi sepopuler Anita " Serunya sinis

Tawa Harris kembali pecah. Ketos tampan ini selalu memperhatikan semua tingkah gadis mungil kuning langsat itu.

******

Berbeda dengan Anita yang di sukai anak kecil. Sindy malah langsung di jauhi bahkan sebelum dia sempat berkata apapun.

" Bahkan anak kecil pun tau mana yang lebih bersahabat " Sindir Gladis menepuk pundak sahabatnya.

" Udah jangan nabur garam di luka gue temen kampret " Serunya kembali marah-marah.

Sementara Anita bermain dengan anak-anak panti asuhan. Sindy keluar dari bangunan menunggu kedatangan gebetan nya.

" Aduh senpai Rio mana ya? Atau jangan-jangan dia gak jadi datang? " Gerutunya berjalan bolak-balik

Dia terus sibuk dengan pikirannya sendiri sampai tidak menyadari kapan Harris ada di sampingnya lagi.

" Segitu gak di anggapkah gue Ndy? " Serunya bertopang dagu

" Ngak gitu juga - ah sen-pai " Gumamnya terdiam

Gadis itu urung melambaikan tangannya saat melihat sosok gadis menawan yang berjalan di samping Rio. Kepalanya seketika di penuhi berbagai pertanyaan dan kemungkinan negatif.

" Aaah kalo gini saingannya gimana bisa menang " Pikir Sindy dan Harris menghela nafas

" Saya datang terlambat ya? " Seru Rio memecah keheningan

Sindy cepat-cepat menggeleng dan menyambut Rio dan gadis yang entah siapa itu.

" Enggak kok acara belum mulai " Seru Sindy tersenyum ramah.

Sindy begitu terpesona melihat sosok Rio yang begitu akrab dengan anak kecil. Dan tentu saja gadis ini mulai halu sebelum akhirnya di rusak kedatangan Teman Rio- Putri.

Ya gadis yang datang bersama Rio adalah teman seangkatan beda jurusannya di kampus. Melihat anak-anak akrab dengan Putri membuat Sindy medapat satu kesimpulan.

" Bahkan anak kecil pun mandang fisik dah lah " Serunya berpaling dari mereka.

Sindy pun pergi kedapur membantu Ibu yang membersihkan tumpukan peralatan makan. Lari sejenak dari kenyataan yang ada di dalam ruang makan panti asuhan

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang