Sedari pagi senyum selalu menghiasi bibir Sindy. Meski di maki, di caci bahkan di siram air gadis itu tetap tenang. Lebih tepatnya tidak peduli.
"Kenapa kakak lo Ta? " Seru Gladis
Anita memutar bola matanya sejenak sambil menghela nafas. Ya kakaknya memang gadis yang mudah terbuai cinta.
"Entahlah Dis gue juga nggak tauk ini bocah kesambet apaan" Seru Anita "Yang di bilang cuma Beni, Beni, Beni ampe eneg gue"
Sebuah tepukan pelan di bahu Anita mencuri perhatian kedua gadis tersebut.
"Beni siapa? " Serunya tersenyum namun seolah akan menerkam mereka.
"Santai Bang, Sindy nggak cerita apa-apa yang jelas mereka sering jalan." Serunya.
Mereka pun terdiam sibuk akan pikiran masing-masing kecuali Sindy. Gadis itu akhirnya kembali ke kenyataan setelah cukup lama terbuai halu.
"Loh kok pada bengong? " Seru Sindy heran.
Setelah berulang kali menelan ludah. Gladis dengan hati-hati berkata
"Ndy jangan-jangan lo sama Kak Beni-" Serunya
Cengiran Sindy kian lebar. Bahkan pipinya bersemu merah. Dengan malu-malu gadis itu mengangguk.
"Oh gitu" Seru Harris "Selamat ya lo akhirnya dapat pacar juga" Lanjutnya mengacak-acak rambut Sindy
"Iih apaan sih. Iya gue emang nggak kayak lo yang gampang dapet pacar" Sungutnya kesal.
Pemuda itu tertawa dan lanjut pergi keruang OSIS dengan segala tugas yang menanti.
"Ya udah gue cabut dulu" Serunya melambaikan tangan dengan seulas senyum.
Kedua gadis itu masih terdiam. Mereka sadar apa yang sebenarnya terjadi.
"Yuk kita ke kelas Dis" Seru gadis itu santai.
Seketika Anita membawa mereka menepi. Secara terang-terangan si adik menentang hubungan Kakaknya.
"Hubungan lo sama tu cowok nggak bakal lama" Seru Anita tanpa basa-basi.
Emosi Sindy seketika bergejolak. Mereka pun terus berdebat hingga akhirnya di lerai oleh bel tanda pelajaran di mulai.
"Dia bukan cowok baik. Gue udah sering ketemu yang model begitu" Seru Anita.
"Terserah. Gue cinta Kak Beni dan Kak Beni juga cinta gue. Gue nggak butuh komentar siapapun tentang itu" Serunya keras kepala.
*****
Tak hanya Anita, Ibu juga terlihat tidak suka saat Sindy memperkenalkan pacarnya. Terlihat jelas penolakan dari keluarganya.
"Sorry ya Kak" Serunya begitu menyesal.
"Iya nggak papa kok" Seru Beni mengelus rambut Sindy "Udah jangan cemberut gitu. Entar cantiknya ilang"
Perlahan senyum Sindy merekah. Karena senang dan malu. Jiwa nya yang haus akan kata-kata itu kian tak karuan.
Setelah memberi kecupan manis di kening Sindy barulah pemuda itu masuk ke BMW hitam nya.
"Sampai besok manis" Serunya sebelum pergi
*****
Sejak resmi jadi pacar Beni. Sindy sering di hadiahkan barang-barang mahal. Kencan di restoran bintang lima.
"Aaah" Seru Sindy langsung tepar setelah pulang dari fine dinner.
Kakinya masih belum terbiasa dengan penyiksaan kaki yang di sebut high heels.
"Bukannya pakaian kamu terlalu terbuka Sindy" Seru Ibu.
"Enggak kok Bu ini masih wajar" Serunya santai.
Gaun silver v neck yang mengekspos punggung dan dadanya. Singkat nya gaun pemberian Beni terlalu dewasa untuk anak kelas 2 SMA.
"Kamu yakin dia nggak ada niat buruk sama kamu? " Seru Ibu ragu.
Sindy terus berjalan malas ke kamarnya tanpa berkata apapun. Ya semenjak jadian Sindy kian berubah.
Dia berpura-pura tuli terhadap perkataan orang di sekitarnya tentang hubungan mereka. Dia melakukan apapun untuk menyenangkan Beni-apapun.
"Lo mau kemana Ndy sekarang kita latihan loh" Seru Gladis.
"Kak Beni udah jemput, gue duluan ya" Serunya menoleh sejenak.
Gladis hanya bisa geleng-geleng kepala. Kecurigaan nya pada Beni kian bertambah saat melihat kelakuan Sindy yang mulai tertutup.
"Semoga aja firasat gue salah" Gumam Gladis berjalan menuju ruang ganti ekskul nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...