Dengan bangga Sindy berjalan membusungkan dada yang di hiasi medali emas turnamen karate. Kekanak-kanakan memang tapi ya begitulah sifat manusia.
" Beneran menang lo Ndy " Seru Anita membuat Sindy latah.
Ya adik perempuan usil satu ini entah kapan berdiri di belakang nya. Sang pelaku tertawa terbahak-bahak tanpa raut wajah bersalah.
" Lo-lo bisa gak sih munculnya normal aja gak kayak setan gitu. Kok hobi bet bikin orang jantungan " Omel Sindy kesal bercampur malu
" Ya tadinya gue pikir lo bakal nangis di toilet gara-gara kalah lagi " Seru Anita meledek kakaknya. " Aaah gak asik "
Seketika pertengkaran adik-kakak mereka pun kembali terjadi. Dengan malu Gladis melerai mereka sebelum lebih banyak lagi mata yang tertuju pada kedua adek-kakak heboh ini.
" Ngapain sih kalian. Malu-maluin tauk " Ancam Gladis setengah berbisik.
Adik yang usilnya gak ketulungan + kakak yang bapernya di luar nalar dah lah. Terkadang Gladis kewalahan juga melerai mereka berdua.
" Serius deh gue gak bisa ngebayangin jadi Harris yang tinggal di sebelah rumah kalian tiap hari " Seru Adit tiba-tiba. " Btw selamat Ndy "
Seketika mereka berhenti bertengkar saat menyadari kehadiran pemuda itu. Cengiran tengil Sindy kembali menghiasi bibir mungilnya.
" Oh iya dong udah wajar gue menang " Serunya.
Ketiga remaja itu hanya melihat prihatin sifat merepotkan gadis kuning langsat itu. Sebelum akhirnya Anita kembali menyindir kakaknya.
" Padahal pas wasit ngangkat tangan lo tadi masih bengong kek orang bego " Seru Anita memperlihatkan bukti foto.
Sindy yang kesal pun mengejar Anita. Yups mereka malah kejar-kejaran di stadium olahraga. Walaupun menjadi bahan tontonan Sindy tak peduli. Yang ada di pikiran nya sekarang adalah bagaimana cara menangkap adiknya.
" Cara nangkap itu kunyuk kek mana woi " Pikir Sindy makin kesal.
Saking fokusnya mengejar Anita. Gadis mungil itu sampai nyaris terjatuh. Entahlah tau-tau aja udah di tahan di tangannya sama cogan.
" Ampir aja gak papakan? " Seru pemuda dengan bekas tindikan di telinga kanannya.
" Hmm ah iya gak papa " Seru Sindy kembali di penuhi halunya.
Sementara Sindy memasuki halunya . Si cogan memperhatikan nya dengan seksama dari atas sampai ujung sepatu suportnya.
" Bentar deh kek nya kita pernah ketemu " Serunya memegang dagu. " Namanya siapa ya "
Meskipun memasuki mode halu Sindy masih bisa menjawab beberapa pertanyaan. Jika di pikir-pikir lagi mirip terhipnotis.
" Sindy, Marisa Sindy " Serunya mengenggam tangan lawan bicara nya.
Seketika laki-laki itu ber-oh-ria dengan sedikit berteriak hingga Sindy tersadar. Seulas senyum mengambang di bibirnya.
" Pantes kek pernah liat. Cewek yang datang sama Ryo ke ultah Putri ternyata. " Serunya " Temennya Ryo. Beni" Seketika sok akrab.
Tentu saja Sindy kebingungan. Pasalnya saat di pesta itu dia terlalu di sibukkan oleh Tuan Rumah hingga tidak memperhatikan sekitar. Kurang lebih begitulah Sindy saat kesal.
" Eh emang nya Senpai Ryo pernah ngenalin gue ke temannya? Lagian kok bisa-bisanya gue kagak ingat " Gerutunya kembali berfikir keras.
Seketika Beni tertawa melihat raut kebingungan Sindy. Seketika dia mengusap rambut Sindy seolah kenal lama.
" Kamu imut ya Sindy " Seru lagi-lagi membuat Sindy berdebar-debar.
" Eh anu" Wajah nge blush.
" Oh iya sekalian tukaran no WA yuk biar makin akrab "
Sindy yang baru pertama kalinya mengalami kejadian itu terdiam. Ya ini adalah pertama kalinya ada cowok yang menggoda sampai meminta no WAnya. Terlebih cogan.
" Gilaaa, bukan mimpi kan? "Serunya mencubit tangannya untuk memastikan.
*****
Gadis itu tak hentinya cengar-cengir. Dia berjalan menghampiri sekelompok remaja itu. Sepenuhnya lupa alasan kenapa bisa terpisah dari mereka.
" Oooi " Seru Gladis melambaikan tangan.
" Kakak lo kebentur aspal di mana Ta? " Gumam Adit heran.
" Entah? " Seru gadis itu sama herannya.
" Oh iya kalian laper gak? " Seru Sindy tiba-tiba " Gue traktir mumpung mood lagi bagus ini "
" Sorry gue harus nemenin emak gue ke dokter " Tolak Adit setelah mengechek ponselnya
Mereka hanya mengangguk canggung. Lebih tepatnya heran. Sindy yang ceria dan di penuhi aura positif ini entah kenapa meresahkan.
" Ta keknya gara-gara cowok ni " Bisik Gladis
" Gampang kebaca ini kakak goblok " Seru Anita gemas.
Setelah canggung beberapa saat akhirnya Anita mulai mengungkit alasan di balik cengiran menjengkelkan kakaknya-menurutnya pribadi.
" Jadi apa yang di lakuin itu pelatih sampai bikin lo kek tahan kabur rumah sakit jiwa. " Seru Anita
" Memang Senpai Ryo ngapain? " Sahutnya polos.
" Apa Harris? " Timpal Gladis ragu.
Raut wajah kebingungan Sindy membuat kedua gadis itu makin uring-uringan.
" Daripada itu yuk makan " Serunya begitu ceria.
Mereka yang pasrah pun mulai menyentuh makan yang dingin karena lama di anggurin.
Seketika Sindy mengangkat dengan semangat telpon tersebut. Cengiran kian lebar.
" Ya ada apa Bang Beni? Oh ini aku lagi makan bareng temen-temen " Gadis tidak hentinya tersenyum saat bicara dengan cowok di seberang sana
Setelah menutup telpon. Sindy pun langsung diintrogasi habis-habisan oleh kedua gadis itu dan tentu saja omelan khas Anita selayaknya seorang kakak.
" Siapa lagi itu Beni? Trus gimana kabarnya instruktur karate lo? Harris juga? " Omel Anita menarik pipi Sindy
" Yakin lo gak bakal oleng lagi? " Seru Gladis yang terdengar sindiran bagi Sindy.
Seketika gadis itu pura-pura amnesia. Seolah tidak ingat sedang pedekate dengan Ryo. Ataupun masih suka degdegan sama Harris.
" Hmm Senpai Ryo kenapa? Perasaan dia baik-baik aja tadi. Trus Harris? Bukannya dia lagi ada urusan di OSIS ya? Sampe gak bisa nonton " Serunya
" Astaga Ndy. Gue jadi bingung lo sebenarnya fakgirl ato sadgirl sih " Seru Gladis sambil mengaduk minuman nya
" Ya abis ini pertama kalinya ada cowok yang mau deketin gue " Gumam Sindy sambil makan. " Gak kayak kalian yang dari dulu udah di lirik terus " Serunya sinis.
Keduanya hanya bisa mengurut dada saat menghadapi gadis merepotkan ini. Mereka menghela nafas dan lanjut menyantap makan nya tanpa mempedulikan ocehan Sindy. Yang seolah tiada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopelessly Girl
Teen FictionMarisa Sindy seorang kakak yang selalu hidup di balik bayang-bayang adiknya Marisa Anita. Anita terlahir rupawan serta tubuh yang ideal dan tentu saja populer di sekolah. Sedangkan Sindy harus berusaha mati matian untuk memiliki pacar. Ya sedari dul...