27. Restu Bestie itu penting

0 0 0
                                    

Setelah beberapa minggu mencoba menarik perhatian Rio. Akhirnya gadis itu nekad menyatakan perasaannya karena  Crushnya tidak menunjukkan tanda-tanda.

"Lo yakin Ndy?" Seru Gladis "Selisih umur kalian lumayan loh"

"Aaah udah deh Dis jangan bikin gue makin nggak pede" rengeknya

Kedua gadis itu berpelukan sebentar. Sebelum akhirnya seorang Marisa Sindy dengan modal nekad menyatakan perasaannya.

Sambil meremas-remas jemari nya. Gadis mungil itu menunggu Chrusnya di tempat yang telah di janjikan.

"Aduh, apa jangan-jangan Senpai Rio lupa? Enggak Senpai bukan orang kayak gitu Tapi-" gumamnya harap-harap cemas

Berulang kali gadis surai sebahu itu mengecek jam tangan ataupun ponselnya. Dia kembali menggerutu tanpa menghiraukan sekeliling.

"Aduh make up gue belum berantakan kan? Astaga kok keliatan ke gelandang sih gue" ocehnya

Saking paniknya gadis itu melempar ponselnya saat melihat tulisan 'Senpai Rio' di layar ponselnya.

"Aduh goblok ngapain di jatuhin sih Sindy" gerutunya

Dia berulang kali menghela nafas bahkan tes suara sebelum mengangkat panggilan dari Crushnya. Namun hal itu tidak berguna karena suara Rio langsung membuyarkan konsentrasi Sindy.

"Aduh maaf Sindy saya baru megang hape. Kamu di mana sekarang?" Serunya merasa bersalah

Gadis itu terdiam sejenak karena kecewa. Namun cepat-cepat dia tertawa tak nyaman untuk mencairkan suasana.

"Nggak papa kok Senpai lagian salah aku juga yang seenaknya buat janji" serunya

Setelahnya gadis itu berjalan Luntang-lantung di trotoar dengan sebelah heels yang patah. Ya penampakan nya cukup memprihatinkan.

"Oh iya gue tadi nggak sopan banget langsung matiin telpon pas Senpai mau ngomong" gumamnya

Dia menoleh pada minimarket yang ada di dekatnya. Gadis itu membeli satu cup besar es krim dan beberapa bungkus makan ringan.

Dia sedikitpun tidak peduli dengan tatapan karyawan ataupun pelanggan lain. Dia bahkan menyantap nya di kursi minimarket tersebut.

Tak jarang dia menangis sambil menyendok eskrim ataupun memakan cemilan nya.

"Padahal belum nembak tapi udah di tolak duluan" serunya dengan suara yang gemetaran.

Gadis itu menghela nafas sejenak sambil mengambil tisu yang di juga di belinya tadi.

"Lagian lu mikir apa Ndy? Cowok baik dikit aja langsung baper." Serunya mulai menghina dirinya sendiri

Para karyawan minimarket itu hanya sesekali curi-curi kesempatan untuk memperhatikan sesi mengasihani diri Sindy.

Setelah menghabiskan satu cup besar eskrim beserta cemilan lain barulah Sindy pergi dari sana.

Namun ternyata pikir nya masih belum sepenuhnya jernih. Karena bisa-bisa nya dia mengirim serlok ke Rio. Padahal dia ingin Anita untuk menjemput nya.

"Syukurlah, sebentar ya saya dalam perjalan, ngomong apa ini anak kok tumben-tumbeee-n nya" seru Sindy kaget.

Gadis itu seketika di landa cemas. Pikirannya kian tak karuan. Secepatnya gadis itu pergi ke toilet minimarket untuk merapikan penampilan nya.

Total waktu dia membersihkan make up dan perbaikan darurat heelnya adalah 15 menit + 20 menit cemas.

Memang banyak uang yang dia keluarkan tapi setidaknya dia tidak terlihat menyedihkan di hadapan Crushnya.

"Aduh serius deh kalo gue nggak di minimarket nggak tau bakal gimana nasib gue" gumamnya menenteng belanjaannya

Saat keluar dari minimarket terlihatlah seorang laki-laki dengan motor sport hijau lengkap dengan helm khas pembalap yang entah apalah namanya.

"Aduh Senpai sampai repot-repot gitu" serunya

Seketika laki-laki itu berjalan mendekat dan mencengkeram erat kedua lengan Sindy.

"Syukurlah kamu nggak papa. Saya cemas loh tiba-tiba kamu mutusin telpon tadi dan sempat nggak bisa di hubungi " serunya

"Ma-maaf Senpai" serunya tertawa tidak nyaman.

Laki-laki itu menghela nafas sejenak kemudian mengusap-usap kepala Sindy. Terkadang Rio lupa bahwa gadis mungil itu bukanlah adik nya.

"Ya udah sekarang mau kemana?" Seru Rio "Mau di antar pulang atau gimana?" Serunya tersenyum

"Se-senpai" serunya lantang

"Ya ada apa, Sindy"

Degub jantungnya seketika menggebu-gebu. Berulang kali gadis mungil itu menelan ludahnya.

"Aku suka Senpai Rio" serunya cepat-cepat.

Pemuda itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengusap-usap kepala Sindy.

"Gitu ya tapi maaf saya hanya menganggap kamu adek seperti Dinda" serunya merasa bersalah

Seketika Sindy tertawa namun airnya perlahan turun meskipun dia terus mengusap nya.

"Loh kok, ahahahah cengeng banget ya aku" serunya seketika berbalik

"Sindy-" serunya

"Jangan" teriaknya tiba-tiba "Senpai nggak salah kok tapi tolong tinggalin aku sekarang" serunya memelas

Tak lama setelah itu Rio menghidupkan mesin motornya. Dia sekali lagi memastikan keputusan Sindy.

Sebenarnya Rio tengah dilema. Di satu sisi tidak baik meninggalkan gadis yang sedang menangis begitu saja. Dan di sisi lain dia tahu keberadaan nya hanya akan menambah luka untuk gadis kuning Langsat itu.

"Serba salah ini" gumamnya

Di karenakan semakin banyak orang yang berkerumum melihat mereka. Tanpa pikir panjang Rio membawa Sindy pulang ke rumahnya.

"Senpai?" Serunya kaget tapi tetap saja menurut.

"Ternyata emang nggak baik ninggalin cewek yang lagi nangis gitu aja" gumamnya menggenggam erat pergelangan tangan Sindy.

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang