6. Logika Sindy Memang Beda

18 5 1
                                    

Hanya suara air mengalir di kran yang mengisi kecanggungan beberapa saat. Gadis itu hanya tersenyum saat Harris menawarkan bantuan.

" Makin ganteng aja kamu Harris " Seru Ibu memegang pipinya.

" Ah tante bisa aja " Serunya mengelap peralatan makan yang telah di cuci

" Padahal baru kemarin main keluarga-keluargaan sama Sindy dan Anita. Tau-taunya udah jadi laki-laki yang bisa di andalkan seperti ini "

" Aaah kalo aja kamu jadi mantu Tante "

Seketika sepasang remaja itu terdiam dan saling buang muka yang semerah tomat. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

" Ibu ngomong apa sih?" Seru Sindy gelagapan.

" Lah Ibu kan cuma bilang kalo aja " Seru beliau " Yaudah Ibu ada urusan sama Kepala Panti "

Sepeninggalan Ibu keadaan bertambah canggung. Setelah cukup tenang Sindy pun berbasa-basi.

" Sorry ya Ris lo taukan emak gue emang gitu orangnya. "

" Santai aja lagian gue juga gak keberatan kok" Serunya tersenyum.

Sindy terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tertawa geli. Dengan polosnya dia menganggap itu hanya sebuah gurauan.

" Ahaha ngomong apa si gue udah pastilah lo ngerti sifat emak gue " Serunya

Seketika perhatian mereka tertuju pada dua gadis yang ketahuan sedang menguping. Keadaan canggung seketika.

" Kalian ngapain ngesot di lantai? " Seru Sindy heran.

" Lagi parodi suster ngesot ya jelas-jelas jatoh gara-gara kaget pas nguping kalian " Seru Anita mengakui perbuatan nya tanpa sadar.

Harris pun pergi. Dia punya firasat tidak seharusnya ada di sana. Sebelum dia kembali merasa terdampar lagi lebih baik minggat secepatnya.

" Oh iya Ndy, Ta gue cabut dulu ya kata Rendi ada dokumen yang harus di urus sekarang. " Serunya malu.

" Oh iya hati-hati ya " Seru Sindy melambai dengan polosnya.

Raut wajah Anita terlihat sedikit berbahaya. Setelah menarik nafas dalam-dalam. Adiknya pun mulai menceramahi nya. Ya menceramahi nya selayaknya kakak walaupun Anita adalah seorang adik.

" Astaga pantes aja gak laku otak lo karatan atau gimana sih? Kenapa kok bisa-bisanya lo nganggap Harris cuma becanda? " Omel Anita.

Gadis mungil itu menoleh dengan tatapan memelas pada sahabatnya. Namun Gladis juga menggeleng.

" Dis" Serunya mencari teman.

" Udah jangan manja gimana mau punya pacar kalo kelakuan dan pikiran lo masih kek bocah gini " Omel Anita sudah seperti Ibu

" Ya lagian mana mungkin gitu Harris suka sama gue. Lo yang ngotak lah " Sungut nya

Mereka hanya mengurut dada tidak habis pikir bagaiamana bisa Sindy tidak menyadari nya.

" Gue gak bisa ngebayangin tinggal serumah sama ini bocah. Hebat lo Ta " Seru Gladis untuk sekarang berpihak pada adiknya.

" Apa coba yang di liat dari gue imut kagak, cantik kagak, pinter juga standar, cebol, bening kagak " Dan Sindy kembali mengasihi diri nya sendiri

" Mulai lagi " Gumam mereka memijit pelipis

" Terus menurut lo Si Rio suka sama lo gitu? " Seru Anita yang kesal.

Gadis mungil itu melirik sekitar sambil memang jemarinya. Terlihat betul dia kesulitan mencari alasan.

" Eh anu kalo itu...hehe " Serunya tersenyum

" Hehe idiot " Seru Anita menepuk keningnya.

" Lagian teman sama keluarga harusnya mendukung lah bukan menjatuhkan " Seru nya sewot

" Ada-ada aja jawaban lo Ndy " Sahabatnya gelang-gelang kepala.

" Lagian kan ada tu katanya jangan menyerah tetaplah berjuang "

Keduanya hanya bisa tertawa lesuh tidak habis pikir dengan logika Sindy. Mereka pun menyerah untuk membahas itu untuk sekarang.

" Susah ya nasehatin orang bego " Gumam Gladis

" Kagum gue lo masih tahan ngadepin kakak sableng gue."

" Woi gue masih di sini tau " Protesnya

Begitu mereka keluar dari dapur Rio pun pamit pulang. Meski sekilas terlihat senyum sinis Putri.

" Kalo gitu kami pulang dulu ya Sindy "

Meski sedikit terganggu namun semuanya sirna saat senyuman Rio merekah. Ya begitulah Sindy saat memasuki mode bucin.

" Iya hati-hati senpai " Serunya masih terpesona.

Dia masih terdiam dalam lamunan nya meski Rio sudah pergi dari tadi. Dan sekalinya sadar langsung heboh seperti kera kebun binatang.

" Foto argh harusnya tadi gue foto aja itu senyum malaikat. Kenapa gak lo foto aja tadi Dis? "

" Yee malah nyalahin gue " Seru Gladis

" Udah tunda aja dulu halu lo keburu acara TV favorit gue habis ini " Seru Anita membimbing kakak pulang.

Ya mereka memang sering bertukar peran. Walaupun Anita adalah kakaknya namun dialah yang mengurus Sindy bukan sebaliknya.

" Anak-anak Tante menarik ya " Seru Gladis.

" Tante aja kadang lupa kalo Sindy anak pertama. " Seru Ibu terkekeh.

Hopelessly GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang