-09. Talk

3K 535 29
                                    

.

"Udah agak tenang?"

Sunoo yang masih jongkok di lantai ruang tamu ngangguk.

"Ayo bangun." Dia nurut aja waktu Sunghoon ngangkat kedua lengannya buat diberdirikan. Lalu tubuhnya dituntun dan didudukkan di sofa.

Hujan mengguyur jendela, yang sekarang gelap pekat. Tetapi di dalam segalanya kelihatan terang dan nyaman. Perapian di ruangan itu menerangi dan menghangatkan mereka dari ekstrimnya suhu.

Sunghoon nyodorin teh hangat yang baru aja dia buat ke Sunoo. Anak itu baru aja selesai nangis.

Tadi waktu perjalanan ke rumahnya Sunghoon. Sunoo cuma diem, gak nangis dan ngomong apa-apa kayak sebelumnya. Waktu itu Sunghoon mikir semuanya udah baik-baik aja. Sunoo udah gak apa-apa.

Sampai kemudian waktu Sunghoon baru ngebuka pintu rumahnya dan ngajak Sunoo masuk, anak itu langsung jongkok dan mulai nangis dengan keras.

Sunghoon ngehela napas.
Dia naruh tas milik Sunoo didepan pintu. Dan ikut jongkok di depannya.

Setelah itu Sunghoon cuma diem merhatiin Sunoo yang terus nangis keras sampai suaranya habis. Sambil sesekali ngangkat tangannya buat nahan Sunoo yang mau ngejambak rambutnya sendiri.

Dia gak berusaha buat nenangin atau nyuruh berhenti nangis.

'Biarkan saja,' gitu pikirnya.

Siapa tau dengan nangis Sunoo bisa ngeluapin rasa sakit di dadanya.

"Lo nangis terus sejak tadi. Mau gue masakin sesuatu? Lo juga cuman makan tadi pagi, kan.."

Sunghoon gak bisa gak perhatian sama orang depannya. Karena kondisi Sunoo sekarang keliatan hancur banget.

"Gue bikinin mi, ya?" Ya walaupun ujung-ujungnya dia cuma bisa masak mi.

Sunoo menggeleng sambil ngusap-usap wajahnya. Kepalanya pusing, matanya yang kerasa panas susah dibuka, dan hidungnya mampet. Belum lagi dia laper.

Tapi bukan makanan, minuman atau obat yang bikin dia nyaman sekarang.

"Atau lo mau cerita? Bukannya gue mau kepo atau gimana, seenggaknya dengan lo cerita, itu bisa sedikit ngurangin beban lo."

Sunoo diem.

Iya... dia butuh seseorang. Dia butuh seseorang yang dengerin dia, yang bisa sedikit ngeringanin bebannya.

Dia menggenggam erat cangkir porselen yang ada di tangannya. Rasa hangat dari air teh yang ada di dalam cangkir itu menjalar keseluruh tubuhnya.

Tapi gak dengan hatinya.

"Dia tadi siapa?"

Sunoo ngangkat wajah, menatap Sunghoon yang sekarang duduk di sofa depannya.

"Dia.." mulainya ragu.

"Kak Sangjun... senior di SMA dulu."

"Pacar lo?"

Anggukan singkat diberikan Sunoo.

"Dulu.. dia orang yang pertama."

"Pertama? Dalam hal?"

"Semuanya," gumamnya.

Sunghoon ngangkat sebelah alinya. Gak percaya.

"Serius?"

Ternyata...

...Sunoo ini gak sepolos yang dia pikirkan.

"Gue kira..."

"Hmm.." Sunoo tersenyum miring. "Seandainya semua orang aku ceritain, pasti mereka juga ngira begitu. Soalnya dengan kondisi yang kayak gini gak mungkin aku bisa disukai seseorang."

✓ ESEDENSIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang