ᴜʀᴇᴋ ᴍᴀᴢɪɴᴏ || ʀᴇᴀsᴏɴ

1.6K 192 12
                                    

➵➵➵➵➵➵➵❂➵➵➵➵➵➵➵

Lantai ke-77 Wolhaiksong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantai ke-77 Wolhaiksong

"Hachuling, dia siapa?" [Name] menunjuk laki-laki bermata merah di depannya.

Hachuling memegang lengan [Name] dan menuntunnya untuk duduk bersama laki-laki bermata merah itu.

"Dia Urek Mazino, Wakil Ketua Wolhaiksong. Irregular yang sering dibicarakan itu."

[Name] menatap laki-laki yang disebut Urek Mazino melambaikan tangan padanya dengan mata berbinar.

"Halo sayang!"

[Name] mengabaikan Urek, dan kembali memfokuskan pandangannya pada Hachuling. "Kau yakin dia Urek Mazino yang sering dibicarakan itu? Menurutku dia kelihatan kayak orang mesum."

Yah, mungkin [Name] hanya mendengar gosip bagus tentangnya saja, padahal gosip buruk tentang Urek Mazino banyak sekali dan sudah tersebar di Menara.

Hachuling melirik Urek dari ekor matanya, kemudian tawanya pecah ketika melihat wajah cemberut Sang Irregular.

"[Name], jangan berbicara hal yang menyinggung orang lain!" Hachuling berusaha membela Urek. Tentu saja, dari pada nanti dia dipecat!

"Kapan aku berbicara hal menyinggung?" tanya [Name]. Pada dasarnya setiap ucapan yang dia keluarkan selalu nyakitin, dan yang lebih parah lagi dia tidak sadar sama sekali.

"Sayang! Aku sedikit terluka dengan ucapanmu." Urek menatap [Name] dengan tampang semelas mungkin, yang direspon dengan wajah datar tanpa emosi olehnya.

Urek meringis waktu dapat respon dingin begitu. Dia mengalihkan matanya ke Hachuling. "Jadi Hachuling, siapa nama cewek cantik di sampingmu ini?"

"Dia temanku, Ranker juga. Aku membawanya ke sini karena dia punya waktu luang dan ingin tahu tentang Wolhaiksong."

Urek menatap [Name] dengan mata berbinar. "Kalau begitu kenapa kau tidak bergabung sa-"

"Tidak." [Name] berdiri dari duduknya dan mengambil uang dari saku Hachuling---pergi untuk mengambil minuman.

Beberapa saat kemudian [Name] kembali ke meja mereka sambil membawa dua minuman dan memberikan satunya pada Hachuling.

[Name] membuka kaleng sodanya dan menatap Urek yang menunggu jawaban. "Terlalu banyak pekerjaan, aku malas."

Urek mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa perempuan di depannya baru saja menolak untuk bergabung dengan salah satu organisasi terkuat di Menara?

"Apa kau tidak penasaran tentang kehidupan di Luar Menara?"

[Name] tersenyum, kontras dengan matanya yang menatap Urek tanpa emosi. Mata itu tidak ada binar sama sekali, sangat hampa, seperti sudah kehilangan arah.

Kata-kata [Name] berikutnya sukses membuat Hachuling dan Urek Mazino terdiam.

"Tidak. Aku bahkan tidak punya alasan untuk hidup lebih lama."

🦋

"Berhenti mengikutiku!" [Name] mempercepat langkahnya ketika merasakan kehadiran Urek di belakangnya. Sudah hampir satu tahun sejak pertemuan pertama mereka dan Irregular bermata merah itu tidak pernah berhenti menempel dengannya.

Contohnya saat ini. Sekarang [Name] sedang menunggu Hachuling di game center miliknya. Lelaki bersurai biru itu bilang kalau dia ada urusan dengan pekerja magang di Wolhaiksong.

"Ayolah bergabung denganku! Aku serius tidak akan memberimu banyak pekerjaan." Urek melirik [Name] ketika dia sudah menyamakan langkah dengannya.

[Name] membuang napas kasar. Menyebalkan sekali! Padahal [Name] tidak sehebat itu, dia yakin kehadirannya di Wolhaiksong tidak akan memberi dampak besar.

"Aku menolak."

Jawaban yang selalu [Name] katakan untuknya.

Urek cemberut. Dia mengalungkan tangannya di sekitar bahu [Name] ketika mereka memilih duduk di atas rumput sambil menunggu matahari terbenam.

"Begini... bagaimana kalau kau ikut denganku dalam sebuah misi? Jika kau menikmatinya kau harus bergabung dengan Wolhaiksong, dan kalau tidak, aku tidak akan menggangumu lagi. Setuju?"

Hening.

[Name] menatap Urek ragu. Bukankah ini kesempatan bagus? Akhirnya hidup tenang [Name] bisa kembali lagi.

"Baiklah. Aku setuju."

🦋

Satu jam setelah keluar dari Lantai Kematian

"Seperti yang kau bilang, Urek. Aku berasal dari Luar Menara."

Mata [Name] membulat saat mendengar ucapan laki-laki bernama Bam yang tadi dia temui di Lantai Kematian. Tentu saja, Urek yang mengajaknya ke sana.

[Name] melirik Urek dari ekor matanya. Seperti yang diduga, dia juga tidak kalah terkejut mendengarnya.

[Name] tidak mendengarkan penjelasan Bam dan lebih memilih tenggelam dalam pikirannya.

Luar Menara huh? Apa yang menarik di luar sana? Memangnya kehidupan di luar sana benar-benar nyata?

Saat masih jadi Reguler, [Name] juga ingin tahu tentang rahasia Menara, termasuk keadaan di luar sana. Tapi semakin dia naik ke atas dan mencapai puncak, dia kehilangan banyak hal, termasuk keinginannya untuk hidup. [Name] memang beberapa kali ingin mengakhiri hidupnya, tapi dia benci rasa sakit.

"Semoga perjalanan kalian menyenangkan, Sayang."

[Name] mengerjapkan matanya berulang kali ketika Tim Bam sudah pergi, satu laki-laki yang sepertinya kenalan Urek Mazino juga pergi. Sekarang hanya tersisa mereka berdua.

"Ada lagi seorang Irregular? Heh... menarik."

Urek Mazino yang mendengar gumaman [Name] beralih menatapnya. Dia melihat bagaimana mata [Name] yang biasanya terlihat tanpa emosi sekarang terdapat sedikit binar kehidupan. Melihat hal itu, Urek Mazino tersenyum senang dan merangkulnya.

"Jadi bagaimana? Bukankah ini menarik? Berpetualang denganku dan melihat perkembangan bocah itu. Jika hal ini belum cukup, aku akan membuat lebih banyak hal menarik lagi, sehingga kau memiliki alasan untuk hidup lebih lama."

Mungkin... bergabung dengan Wolhaiksong bukan pilihan yang buruk.

____________________________________

___________________________

_________________

𝗻𝗲𝗼𝗻 𝗺𝗼𝗼𝗻 • ᥫ᭡ 𝗍𝗈𝗀 𝗈𝗇𝖾-𝗌𝗁𝗈𝗍𝗌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang