ʙᴀᴍ || ᴀɢᴀᴘᴇ

1.8K 198 24
                                    

➵➵➵➵➵➵➵❂➵➵➵➵➵➵➵

Awalnya, aku hanya ingin berteman denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awalnya, aku hanya ingin berteman denganmu.

Namun, sepasang mata emas indah itu, dan bagaimana mereka berpendar hangat...

Aku tidak pernah berencana untuk menyukaimu.

Setidaknya itu lah hal yang aku yakini selama ini.

'Aku menaiki Menara hanya untuk mengejar Rachel.'

Aku kembali mengingat kata-katamu saat itu. Ah sial, sakit sekali rasanya. Aku ingin sekali mengatakan, apa kau tahu bahwa aku mencintaimu? Tapi aku tahu hanya Rachel yang kau inginkan. Terkadang aku ingin sekali berteriak di depan wajahmu bahwa dia tidak pantas untuk dikejar seperti itu.

"Kenapa Rachel melakukan semua ini padaku... aku ingin mengetahui alasannya. Jadi [Name], terima kasih telah mengkhawatirkanku."

Aku menatapnya. Rambut cokelat panjangnya telah dipotong hingga saat ini aku bisa melihat mata emasnya yang berpendar hangat ketika membicarakan Rachel. Aku tidak mengerti, apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu menatapku seperti itu?

"Apa yang dia punya dan aku tidak punya?"

Bam mengernyit, kebingungan tergambar jelas di ekspresi wajahnya tatkala mendengar pertanyaanku. "Apa maksudmu?"

"Tidak, lupakan."

Apa yang dia punya dan aku tidak punya sampai kau melakukan semua ini untuknya? kenapa dia lebih spesial dariku? Tolong katakan padaku...

Terkadang aku berandai-andai, Bagaimana jika aku yang menemukanmu lebih dulu dari pada Rachel?

Jika aku mengungkapkan seluruh isi hatiku, kau pasti akan menganggapku gila. Tapi terkadang, cinta melakukan itu pada kita.

Hah.

Cinta?

Kalau dipikir-pikir, sejak kapan ini semua terjadi?

Aku bahkan tidak sadar telah jatuh untuknya.

Dia selalu tersenyum bahkan untuk hal terkecil sekalipun. Hal tersebut sukses membuat hati dan juga wajahku menghangat.

"Aku dengar, beberapa hari yang lalu, kau pergi kencan dengan Endorsi."

Bam mengerjapkan matanya. "Ah, iya."

Aku menyandarkan tubuhku di tepi balkon, sedikit mengulas senyum tipis ketika melihat kebingungan di wajahnya. Terkadang aku bersyukur dia sangat polos. Jadi walau Endorsi sangat gencar mendekatinya, dia tidak akan sadar.

Ah, apa aku jahat telah berpikir begitu?

Tapi melihatnya didekati oleh banyak wanita bahkan para Putri Jahad, membuatku tanpa sadar berpikir demikian.

"Bam, apa kau tahu aku menyukaimu?" Akhirnya, aku bisa mengatakannya.

Aku menyaksikan bagaimana Bam yang berdiri di hadapanku tersenyum tipis. "Yah, aku juga menyukaimu."

Aku tertawa kecil dan menatap langit yang dicat abu-abu. Sepertinya langit juga mengerti tentang perasaanku. Tentu saja dia akan menjawab seperti itu. Dia pasti berpikir aku menyukainya sebagai teman.

"Bukan itu maksudku. Aku menyukaimu secara romantis." Aku menunduk, menimbang kata-kata yang ingin aku ucapkan, "aku mencintaimu."

Aku mendongak untuk melihat ekspresi wajahnya. Seperti yang aku duga, dia begitu terkejut. Walau samar, aku bisa melihat semburat merah yang menjalar di telinganya.

"[Name], aku-"

Aku memotong ucapan Bam dan melanjutkan pengakuanku, "dengar kan aku dulu ya? Awalnya aku berpikir tidak akan mengungkapkan perasaanku padamu. Walau sekarang aku berubah pikiran sih."

Aku kembali mengingat pembicaranku dengan Khun saat itu.

"[Name], bukankah kau menyukai Bam? Endorsi akan pergi kencan dengannya, dan kau harus menyaksikan itu secara langsung. Kau yakin akan baik-baik saja?"

"Aku... menurutku bentuk cinta tidak hanya satu. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang memberikan kegembiraan untuk Bam. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa memberikan perlindungan untuknya. Ketika yang lain mengejar dan mendekatinya, aku bisa melindungi Bam di sisinya. Ini adalah bentuk perasaanku untuknya."

Mengingat pembicaraanku dengan Khun beberapa hari yang lalu... rasanya aku ingin tertawa. Kok bisa sih aku mengucapkan kata-kata sebijak itu? Apa mungkin karena faktor galau melihat Bam dan Endorsi pergi kencan?

Mungkin jika melihat Bam dan Endorsi kecan satu kali lagi, aku akan menjadi motivator ulung.

Aku melangkah menuju Bam hingga kami berdiri berhadapan. Aku menangkup pipinya dan mendekatkan wajah kami, dengan posisi sedekat ini aku bisa merasakan embusan napasnya.

Aku masih tidak percaya apa yang saat ini aku lakukan.

Aku mencium bibirnya.

Hanya ciuman singkat, tapi mampu membuat hatiku membuncah senang.

Aku tersenyum tipis dan menjauhkan wajah kami. Aku menyaksikan bagaimana mulutnya terbuka dengan kelopak mata yang melebar.

Maaf ya Endorsi, dan gadis lain yang menyukai Bam. Tapi aku sudah lebih dulu mengambil ciuman pertamanya.

Mulai saat ini, aku sudah memutuskan untuk mendapatkannya.

Aku menatap Bam yang masih merona.

Dan sepertinya, aku berada selangkah lebih maju di depan kalian.

______________________________________

___________________________

_________________

𝗻𝗲𝗼𝗻 𝗺𝗼𝗼𝗻 • ᥫ᭡ 𝗍𝗈𝗀 𝗈𝗇𝖾-𝗌𝗁𝗈𝗍𝗌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang