Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
H A T Z
Yang Hatz inginkan hanyalah [Name] menjauh darinya. Dia berkata begitu bukan tanpa alasan, karena [Name] merupakan gadis menyebalkan yang tidak tahu privasi orang lain.
Walau di sekolah Hatz selalu berusaha menghindarinya, tapi tidak di rumah. Karena apa? Mereka adalah tetangga, rumah mereka berseberangan, dan orang tua mereka juga bersahabat. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan [Name] selalu menempel padanya.
Hatz semakin melangkah cepat di koridor sekolah, menghindari [Name] yang mengejarnya di belakang.
"Hatz, tunggu!" [Name] langsung menyambar tangan Hatz, menghentikan langkah laki-laki itu. "Kenapa buru-buru sekali, sih?"
Hatz menatap [Name] dengan wajah masam. Menyebalkan, [Name] yang sangat menyebalkan. Apa dia tidak sadar juga kalau Hatz terganggu dengan kehadirannya?
"Aku mau ke kelas, bel bentar lagi berbunyi." Hatz langsung melepaskan pegangan tangannnya dari [Name] dan masuk ke dalam kelas.
Tidak cukup dengan itu, gangguan dari [Name] selalu datang silih berganti. Sampai pada puncaknya, saat di tahun terakhir mereka di bangku SMA, ada gosip yang tersebar kalau dia dan [Name] pacaran.
Hatz tentu saja tidak terima, memangnya siapa yang mau pacaran sama [Name]? Dia itu gadis serampangan yang berperilaku seperti laki-laki, sangat tidak pantas dijadikan pacar karena sikapnya yang memalukan.
Akhirnya untuk menghilangkan gosip itu, Hatz mengambil keputusan, dia membuat sebuah rencana. Hatz mengajak Lo Po Bia Shilial berpacaran.
Tentunya kalian semua harus mengerti bahwa rencana ini sangat cemerlang. Karena yang Hatz tahu, [Name] itu benci sama Shilial, walaupun dia tidak mengerti apa alasannya. Karena gimana ya... Shilial itu baik, cantik, dan rambutnya juga halus.
Hatz dan Shilial berjalan masuk ke kantin. Sedari tadi, Shilial bercerita tentang liburannya minggu lalu. Walau Hatz tidak sepenuhnya mendengarkan, tapi dia harus tetap menghargai pacarnya.
"Terus ya, aku dan Lilial nemuin sungai yang jernih banget. Sebenarnya ini lebih kayak-"
Fokus Hatz menangkap [Name] yang sedang menatapnya dari mejanya sedari tadi, makanan yang dia pesan bahkan belum disentuh sama sekali.
Menyadari sesuatu, Hatz langsung menggandeng tangan Shilial, membuat [Name] yang melihat adegan tersebut menunduk, menahan perasaan cemburu yang menguasainya.
Dengan ini, Hatz berharap [Name] kehilangan semangat dan berhenti mendekatinya.
______________________________________
[N A M E]
Di tahun terakhir kami di SMA, aku dan Hatz sekelas lagi. Terima kasih kepada Bam yang selalu membantuku saat ada kelas tambahan sehingga nilaiku tidak turun dengan drastis.