ᴋʜᴜɴ ᴇᴅᴜᴀɴ || ᴋɪss

2.1K 234 20
                                    

➵➵➵➵➵➵➵❂➵➵➵➵➵➵➵

"Jahad mengabaikanmu lagi?"Eduan duduk di sebelah [Name] setelah dia membeli makanan dari minimarket di dekat apartment-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jahad mengabaikanmu lagi?"
Eduan duduk di sebelah [Name] setelah dia membeli makanan dari minimarket di dekat apartment-nya.

Kini mereka berada di apartment Eduan. Karena satu jurusan, dan kebetulan Dosen mereka juga sedang sakit, jadi mereka pulang lebih cepat.

[Name] mengambil soda yang tadi dibeli Eduan, mengabaikan pertanyaan laki-laki di sebelahnya yang lagi milih film yang mau mereka tonton.

"Aku rasanya mau nyerah. Sudah satu tahun aku mengejarnya, dan dia masih saja fokus sama Arlene." [Name] memukul kaki Eduan dengan kaleng soda yang sudah kosong. Eduan hanya meliriknya saja, sudah biasa dengan tingkahnya.

[Name] melihat film yang Eduan pilih. Conjuring? Eduan sok berani sekali.

"Sudah aku bilang kan, jadi pacarku saja." Eduan menatap gadis di sampingnya dan tersenyum jahil.

"Ogah, kau itu playboy!"

Sebenarnya bukan sekali ini saja Eduan minta [Name] jadi pacarnya. Pertama, dia mengatakan itu saat mereka masih SMA, dan tentu saja [Name] menolaknya.

Seandainya dia tahu kalau Eduan benar-benar serius saat mengatakannya...

Sebenarnya Eduan juga tidak bisa menyalahkan [Name] sih. Waktu SMA dia minta [Name] jadi pacarnya dengan nada main-main, wajar kalau dia tidak menganggapnya serius. Dan sekarang Eduan mengatakannya lagi, lalu tetap dapat penolakan. Kali ini Eduan tidak bisa menyalahkannya juga, karena semenjak masuk Perguruan Tinggi Eduan mulai mengencani banyak wanita. Alasannya? Tentu saja ingin melupakan [Name] yang sekarang menyukai Jahad.

Eduan malang sekali.

Eduan cemberut, melirik [Name] yang sedang fokus dengan filmnya. "Memangnya apa sih yang kau lihat dari si Kuning yang Merusak Pemandangan itu?"

Gadis di sampingnya terkekeh ketika mendengar nama panggilan yang diberikan Eduan untuk Jahad.

[Name] merebahkan dirinya, menaruh kepalanya di pangkuan Eduan. Lelaki bersurai biru itu menegang, walau ini bukan pertama kali [Name] melakannya, tapi tetap saja bikin Eduan panik. Eduan mengembuskan napas panjang, berusaha fokus dengan film di depannya.

"Hey Idiot, wajahmu merah." [Name] menusuk pipi Eduan dengan telunjuknya. Eduan yang sudah kembali tenang malah memegang telunjuk [Name] dan menggigitnya pelan.

Wajah [Name] sontak dirambati warna merah. Dia menarik jari telunjuknya dari Eduan dan menutup wajahnya dengan tangannya. Tenang [Name], ini hanya Eduan...

Eduan yang tidak menyangka akan mendapat respon seperti itu dari [Name] tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Diam-diam dia sedikit menyesal tidak melakukan hal ini dari dulu.

"Eduan idiot! Kau kanibal ya?! Aku tidak menyangka kau orang kayak gitu!" [Name] yang sudah lebih tenang memarahi Eduan. Laki-laki bersurai biru itu hanya melihatnya dengan senyum tertahan. [Name] imut sekali! Tanpa Eduan sadari dia mendekatkan wajahnya pada [Name] dan memberinya kecupan singkat di bibir.

Hening. Hanya terdengar suara film.

Eduan langsung menjauhkan wajah mereka, menyadari hal yang baru saja dia lakukan. Dalam hati, dia menyumpah serapahi dirinya sendiri karena telah hilang kendali.

[Name] langsung bangkit dari pangkuan Eduan dan melangkah menjauh, sebelum itu dia sempat mengatakan beberapa patah kata, "err... aku- sepertinya aku ada urusan, bye Eduan!"

Eduan mengacak-acak surainya frustasi, memikirkan hubungan persahabatannya dengan [Name] yang berada di ujung tanduk.

"Sialan."

🦋

Canggung.

Mereka dapat merasakan kecanggungan antara Eduan dan [Name]. Saat ini [Name], Ha Yurin, Yeon Hana, Arie Hon, dan Eduan sedang berada di kafe dekat kampus mereka. Sebenarnya [Name] tidak mau ikut karena tahu di sana ada Eduan, tapi Yurin malah memaksanya. V, Arlene, dan Jahad tidak ikut karena mereka punya kelas tambahan, dan Gustang sibuk dengan buku-bukunya.

Yurin menatap mereka berdua curiga. "Kalian ini sedang bertengkar atau apa?"

Hon dan Hana memfokuskan pandangan pada [Name] dan Eduan.

[Name] mengerjapkan matanya dua kali, berusaha tenang. Diam-diam melirik Eduan yang sedang mengalihkan pandangannya.

"Tidak. Kami biasa saja."

[Name] langsung melengos waktu Yurin dan Hana menatapnya dengan raut curiga. Si Biru Idiot itu kenapa tidak membantuku?!

Oh, seandainya [Name] tahu saat ini Eduan sedang gelisah... karena takut dia akan menjauhinya.

"Kalian mau kemana?" [Name] bertanya setelah melihat Hon, Yurin, dan Hana beranjak dari duduknya.

"Sebaiknya kalian selesaikan masalah kalian," Hon yang sedari tadi diam menjawab yang diikuti anggukan oleh Yurin dan Hana.

Hening. Sekarang ini hanya ada mereka berdua, kebetulan kafe juga sedang sepi pengunjung.

"Kenapa kau menciumku?" [Name] bertanya, memecah keheningan. Dia menatap Eduan yang saat ini juga balas menatapnya.

Eduan masih diam.

"Eduan-"

"Kalau aku bilang aku menyukaimu bagaimana? Ah, tidak. Aku mencintaimu," Eduan buru-buru meralat kata-katanya.

"Tidak lucu, Eduan." [Name] berusaha menatap mata Eduan, mencari kebohongan yang sayangnya tidak dia temukan.

"Aku serius... aku sudah lama menyukaimu. Jadi pacarku, ya? Aku tidak menerima penolakan loh."

[Name] membulatkan matanya, melihat Eduan yang kini sedang tersenyum. Bukan senyum jahil seperti biasanya, tapi senyum tulus yang jarang sekali dia tunjukkan.

🦋

"Kalau aku jadi Mama, aku tidak akan nerima Ayah!" Aguero---anak laki-laki bersurai biru yang masih berumur sembilan tahun itu tiba-tiba bicara, setelah [Name] selesai menceritakan kisahnya dengan suaminya.

Di dekat Aguero, ada Maschenny, Ran, dan Asensio yang tampak sedang berpikir keras.

"Hmm, benar juga. Kan kata Mama, ayah dulunya playboy." Maschenny---gadis bersurai biru yang seminggu lalu menginjak usia delapan belas tahun itu menyetujui adiknya, Aguero.

Asensio---remaja laki-laki berusia enam belas tahun yang memang sangat mengidolakan kakak perempuannya itu tanpa pikir panjang langsung menyetujuinya.

Sebelum [Name] sempat menimpali ucapan anak-anaknya. Tiba-tiba Eduan datang dari arah dapur dan merangkul Aguero. "Heh bocah tengik! Jangan ngomong kayak gitu! Kalau Mama nolak Ayah, kalian tidak akan ada tahu!" Eduan cemberut.

[Name] yang melihat hal itu hanya tertawa, Eduan-nya tidak pernah berubah.

Tiba-tiba Eduan sudah ada di samping [Name] dan memeluknya. Dia mencium pipi istrinya dan melihat anak-anaknya dengan senyum penuh kemenangan.

Mereka semua melihat Eduan tanpa ekspresi. Boleh tukar ayah tidak sih?

"Ngomong-ngomong Hachuling ada di mana?"

"Hachuling tadi pergi sama Yuri. Katanya sih mau ke game center."

"Astaga... padahal semalam Hachuling udah janji mau benerin komputer Ayah!"

______________________________________

_____________________________

________________

𝗻𝗲𝗼𝗻 𝗺𝗼𝗼𝗻 • ᥫ᭡ 𝗍𝗈𝗀 𝗈𝗇𝖾-𝗌𝗁𝗈𝗍𝗌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang