Awal Kehancuran

2.7K 210 3
                                    

Hanin melangkahkan kakinya mengikuti pasangan romantis di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanin melangkahkan kakinya mengikuti pasangan romantis di depannya. Malam ini ia memang mengenakan celana longgar lengkap dengan crop hoodie dengan warna hitam namun penutup kepalanya benar-benar dilepas untuk mengikuti perintah Devan. Devan bilang tidak mungkin jika ia membawa perempuan dengan penutup kepala ke dalam sana.

Setelah melewati penjagaan di pintu utama, gema musik mulai terdengar nyaring memekakkan telinga. Sorot lampu mulai berputar mengabsen sudut ruangan yang mulai sesak dipenuhi lautan manusia baik dari kalangan remaja maupun orang dewasa.

"Lo tunggu di sini dulu, gue sama Devan mau pesan minum."

Hanin mengangguk seraya mengamati keadaan sekitar. Netranya tidak mendapati orang dengan pakaian sepertinya yang memang lebih tertutup. Sebagian besar dari mereka nampak menggunakan pakaian yang amat minim bahan, misalnya saja rok yang amat mini dengan atasan yang ketat dan tak berlengan.

"Nih air mineral pesanan lo." Ucap Maura.

"Kok di gelas?"

"Emangnya lo mau dimana? Di ember?"

"Ya enggak lah, biasanya juga di botol."

"Lo kira warung depan gang." Balas Maura lantas terkekeh.

"Btw, makasih." Maura mengangguk.

"Beib, teman kamu masih lama?"

"Sebentar lagi, dia masih ada di atas." Jawab Devan.

"Maksudnya?"

"Kayak biasa yang kita lakuin." Jawab Devan lagi, Maura tersipu malu mendengar jawaban itu.

Hanin nampak mengerutkan keningnya bingung. "Bangunan ini ada berapa lantai sih? Kayaknya rame banget pengunjungnya."

"Tiga lantai, lantai utama khusus bar, lantai dua buat kamar umum dan lantai tiga buat kamar tamu VIP." Jawab Devan lancar.

"Lancar banget lo jawab?" Selidik Hanin.

"Gue sering main sama Maura di sini,  jadi gue hafal."

Hanin sempat terkejut, ternyata ia belum terlalu jauh mengenal Maura padahal jika diingat, ia sudah berteman cukup lama.

"Main? Jangan bilang kalian ---"

"Selamat datang bro." Ucap seseorang yang tiba-tiba saja ber-tos ria dengan Devan. Tangan orang itu memegang gelas berukuran sedang yang sepertinya berisi alkohol yang Hanin tak tahu jenisnya.

"Ya, apa kabar lo?"

"Gue baik." Jawab orang itu seraya melirik ke arah Hanin yang baru saja ia potong kalimatnya.

"Dia Hanin, Hanin ini Raindra temen gue." Kata Devan mengenalkan Raindra.

"Hanin."

"Raindra. Boleh saya duduk di sini?" Tanyanya.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang