Pupus

2.5K 235 0
                                    

Usai melaksanakan salat isya berjamaah ketiganya lantas duduk melingkar membaca Al-Qur'an bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai melaksanakan salat isya berjamaah ketiganya lantas duduk melingkar membaca Al-Qur'an bersama. Salat magrib dan isya yang  Rasyana laksanakan memang berbeda dari hari biasanya karena tadi Anan tidak pergi ke masjid. Ia memilih untuk salat dirumah bersama Hamas dan Rasyana.

Ia tahu, seorang laki-laki memang lebih baik melaksanakan salat di masjid, tapi sesekali salat dirumah juga tidak apa bukan?

"Gue denger, lo penghafal Al-Qur'an?" Tanya Hamas setelah ketiganya mengakhiri kegiatan tadarus, ia hanya ingin memastikan ucapan kedua orang tuanya diwaktu lalu.

"Alhamdulillah, iya bang."

Hamas mengangguk menanggapi, ia tak terlalu mau banyak bica malam ini.

"Baca Al-Qur'an memang cukup bang, tapi kalau bisa atau punya niat menghafal kenapa tidak? Al-Qur'an itu udah kayak obat bang, segala penyakit kalau kita bawa ngaji juga insyaallah bakalan sembuh."

Hamas lantas menatap adik iparnya yang seakan mengerti keadaannya sekarang.

"Apalagi kalau cuma masalah gundah gulana." Tambah Anan.

"Aa' lagi banyak pikirannya ya? Sampai-sampai siang tadi adek telpon langsung angkat dan tanpa pikir panjang langsung kesini ... biasanya kan ngeles dulu." Ungkap Rasyana sekaligus menyindir kakaknya itu.

"Enggak, aa' cuma bosan aja di kantor ayah." Kilahnya.

"Kalau bosan kan bisa ke kedai, toh disana ada hiburan kan?"

Hamas diam, sebenarnya ia perlu berbagi cerita, itu saja. Hamas memang bukan tipe orang yang terbuka tentang masalah hidupnya pada kedua orang tuanya, ia malah cenderung berbagi keluh kesah pada Rasyana.

"Aa' cerita aja sama adek dan mas Anan, kita bakal dengerin kok." Tambah Rasyana, ia bukan tak mengerti, tapi ia hanya berusaha memancing Hamas untuk mengutarakan unek-uneknya.

Hamas menggeleng.

"Udah deh a', adek tahu ya, kalau aa' pengen ngomong sesuatu."

Dengan ragu Hamas menatap sang adik.

"Kamila nemuin aa' siang tadi, dek. Dikantor ayah. Parahnya lagi dia bilang kalau dia itu calon istri aa'."

Rasyana terdiam, mengingat siapa yang bernama Kamila itu. Ah iya, bukankah Kamila itu teman masa kuliah sang kakak? Yang waktu itu pernah dikenalkan kehadapan kedua orang tuanya sebagai calon istri waktu itu?

Namun hubungan kedekatan mereka kandas saat Hamas melihat Kamila malah bersama laki-laki lain yang ia ketahui sebagai mantannya di taman. Mungkin jika Hamas hanya melihat keduanya bercanda ria, ia tak mempermasalahkan itu. Tapi yang ia lihat bukan hanya sekedar bercanda tapi hingga berciuman mesra. Padahal saat itu Hamas dan Kamila sudah saling mengenalkan diri pada kedua orang tua mereka, bahkan hampir masuk ke jenjang serius.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang