Semarang?

2.7K 223 2
                                    

Rasyana masih mengeluh nyeri di beberapa titik setelah dokter mengatakan jika janinnya sudah tak ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasyana masih mengeluh nyeri di beberapa titik setelah dokter mengatakan jika janinnya sudah tak ada. Calon anaknya pergi, penyebabnya bukan melulu akibat dorongan keras dari Anan tadi, tapi juga karena pola makan serta keadaan Rasyana yang membuat keadaan janin itu sangat lemah. Rasyana akui ia memang sedang stres.

Bayang-bayang Anan berpelukan dengan Hanin masih tercetak jelas dimatanya, bayangan Anan yang rela mendorongnya bahkan hingga mencelakai darah dagingnya sendiripun masih berputar di kepalanya.

Hamas mendekap Rasyana dengan penuh kasih sayang. Ia tahu adiknya tengah terpukul dengan kenyataan.

"Dek, dengerin aa' sekarang, jangan nangis terus." Ucap Hamas sesekali mengusap air mata Rasyana yang tak berhenti membasahi pipinya.

Rasyana lantas menatap lekat netra sang kakak. "Kenapa mas Anan marah ...."

Hamas diam, ia bingung harus menceritakan dari mana pada adiknya jika Anan mengalami amnesia.

"Kenapa Hanin ada disini a' ...."

"Kenapa mas Anan dorong adek ...."

"Anak adek pergi, secepat itu a' ... bahkan mas Anan belum tahu dia pernah ada disini ...." ucapnya sambil mengusap perut.

Hamas mengusap puncak kepala Rasyana dengan lembut, sedikit menunduk untuk mensejajarkan kepalanya dengan Rasyana.

"Anan amnesia ...." Balas Hamas lirih, ia tahu Rasyana akan merasakan sakit hati bila mendengar alasan ini.

Rasyana menggeleng sambil tersenyum kecut.

"Tapi dia ingat Hanin, a', kenapa sama adek lupa, adek istrinya!" Teriaknya, Rasyana meraung.

Sakit hatinya bukan hanya karena calon anaknya pergi, tapi juga keadaan Anan yang sepertinya melupakan kehadiran dirinya.

"Mulai besok kita akan menetap di Semarang." Ucap Hamas dengan berat hati membuat Rasyana mendongak menatap sang kakak dengan penuh tanya.

Rasyana menggeleng, "Maksud aa' apa? Aa mau pisahin adek sama mas Anan!"

"Enggak, bukan gitu maksud aa' tapi kamu perlu waktu untuk menyendiri, menyembuhkan lukamu."

Rasyana menggeleng lemah, ia tidak mau jika harus menetap di Semarang bersama sang nenek dan harus berpisah pula dengan Anan.

"Adek gak mau, adek mau disini, temani mas Anan sampai sembuh." Kekehnya.

"Kalau kamu mau tetap disini, kamu akan merasakan sakit hati terus menerus lihat dia sama Hanin."

"Kenapa aa' malah nyuruh adek ngehindar dari mas Anan, seharusnya adek tetap disamping dia, temani dia sampai ingat semuanya!"

"Aa' gak akan setuju, kali ini kamu ikuti perintah aa'! Dia itu sama aja kayak Alifandra!" Bentak Hamas, ia tak mau adiknya terlalu memikirkan Anandra.

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang