Mawar Putih

2.8K 250 1
                                    

Tepat pukul dua siang hari, pasangan suami istri sekaligus calon papa dan mama muda itu kini tengah menyibukkan diri di dapur, mengolah beberapa menu makanan yang rencananya akan mereka bagikan di panti asuhan yang berada tak jauh dari rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul dua siang hari, pasangan suami istri sekaligus calon papa dan mama muda itu kini tengah menyibukkan diri di dapur, mengolah beberapa menu makanan yang rencananya akan mereka bagikan di panti asuhan yang berada tak jauh dari rumah mereka.

"Ini dipotong kecil-kecil ya Ra?" Tanya Anan hendak memotong dadu buah kentang.

"Ra ...." panggil Anan, namun tak mendapat sahutan dari istrinya.

"Dek ...."

"Sayang ... ngelamunin apa, hm?" Tanya Anan sembari menepuk pelan pundak Rasyana.

Rasyana yang awalnya melamun lantas terkejut.

"Aws, mas!" Pekiknya saat pisau yang ada ditangannya salah sasaran malah menggiris cukup dalam jari telunjuknya.

"Ra, siniin tangannya." Ucap Anan sembari menarik Rasyana menuju keran air.

Anan membasuhnya teliti, mengusap lembut lukanya, membuatnya sedikit meringis merasakan perih.

"Suka banget ngelamun, dari kemarin perasaan." Gumamnya, sambil menutup luka kecil itu dengan kain kasa yang memang terletak di nakas tepat di depannya. Anan menarik Rasyana menuju ruang tamu, Rasyana hanya menurut, sebenarnya matanya pun mengantuk.

"Kamu kelelahan dek, istirahat aja. Atau mau tidur siang di kamar?"

Rasyana menggeleng, Sebenarnya Anan bingung dengan sikap Rasyana yang berubah sejak kemarin, menjadi tak banyak bicara maupun bertanya, dan tidak memresponnya karena sering melamun. Anan sadar jika tadi malam Rasyana nampak sulit tidur. Kenapa sebenarnya istrinya itu.

Rasyana beralih memandang rumah minimalis yang berdiri kokoh tepat di sebelah rumahnya dan Anan. Dengan senyum tipis Rasyana menggeleng lemah.

"Ra ...." panggilnya.

"Makan dulu, mas suapi, mau?" Tawar Anan, namun hanya dianggap angin lalu oleh Rasyana.

Rasyana terisak kecil sembari menunduk membuat Anan terkejut.

"Sayang, hei ...." panggilnya.

Tubuhnya merengkuh Rasyana dengan lembut, ia tak mengerti dengan keadaan istrinya. Sejak pertemuan dengan Hanin kemarin sore yang mengatakan tinggal disebelah rumah mereka, Rasyana menjadi murung dan mudah menangis. Pikirannya berkelana, mengapa Hanin kembali di tengah-tengah mereka. Mau apa lagi?

Anan pikir Rasyana hanya kelelahan, karena Rasyana sempat mengatakan jika perutnya sedikit kram.

"Kenapa hm?"

Ternyata Bersamamu (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang