Tepat pukul sebelas siang Rasyana masih disibukkan dengan kegiatannya. Ia menggunakan dapur Hamas untuk membuat kue kering favoritnya demi mengurangi rasa cemas dan tak nyaman yang sejak tadi masih bersarang dilubuk hatinya.
Hamas memang memilih berangkat ke kedai kopi setelah tawarannya ditolak mentah-mentah oleh Rasyana, padahal ia berniat untuk mengajak adiknya itu untuk menikmati secangkir kopi bersama di kedai kebanggannya. Namun Rasyana menolak dengan alasan akan sama aja jika ia keluar dari rumah Hamas, maka akan membuka peluang Anan akan cepat menemukannya. Ia yakin jika sekarang suaminya itu sedang mencarinya.
Selesai dengan kegiatannya, Rasyana memilih menikmati kue kering itu sambil menonton acara televisi, kartun tujuan utamanya namun nyatanya hanya berita yang tersaji secara apik di televisi. Saat siaran berlangsung, tiba-tiba saja Rasyana menelan salivanya kasar saat menyadari jika berita ini tentang kecelakaan lalu lintas yang letaknya tak jauh dari rumah tempatnya dan Anan tinggal.
Rasyana mendengarkan isi siaran itu dengan saksama hingga ia menyadari jika plat nomor mobil yang ringsek terhimpit dua mimibus lain serta tiang listrik itu milik suaminya. Rasyana menggeleng tak percaya, tidak mungkin itu mobil Anan. Susana hatinya mendadak sesak, air matanya lolos begitu saja, ini tidak mungkin.
Ditengah kebingungannya, dering ponsel Hamas yang memang tergolong jadul itu menyadarkannya.
"Halo?"
"Dek, apa kamu udah tahu kalau Anan masuk rumah sakit? " Tanya Hamas diseberang sana.
Rasyana menggeleng ditempat, "Itu bukan Anan a'." Sanggahnya lirih.
"Dek, Anan kecelakaan mobilnya---"
"Itu bukan Anan!" Balasnya lantas memutuskan panggilan itu sepihak.
Rasyana kembali menangis dalam diam, tidak mungkin begini tidak.
Ketukan pintu rumah Hamas membuatnya beralih menatap pintu itu dengan malas. Tanpa mengintip Rasyana berlalu membuka pintu itu. Jantungnya berdegup cepat saat menyadari orang di depannya yang sangat jelas menahan amarah yang memuncak.
PLAK
"Umi gak nyangka kamu kayak gini Rasya!"
Maryam berdiri tegak dengan sorot tajam setelah berhasil menampar menantunya. Maryam tak sendirian, ada Alamaira di belakangnya yang hanya diam dengan sorot mata kecewa membiarkan putri bungsunya ditampar oleh Maryam.
"Ummi ...."
"Suami kamu masuk rumah sakit dan sekarang kamu malah disini?! Mana peduli kamu hah?!"
"Dia suami kamu!"
Rasyana hanya diam, ia tahu ia salah dengan memilih kabur dari Anan.
"Rasya baru tahu umi ...."
"Kamu kemana aja hah? Kenapa bisa dirumah Abim? Kamu gak betah tinggal di rumah bareng Anan!"
Rasyana menggeleng lemah, masalah tinggal di rumah itu. Bukanlah hal besar baginya, Rasyana siap tidur dimana saja, ia mudah nyaman dalam menerima tempat hunian sekalipun itu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bersamamu (SELESAI)
Ficción Generalcerita ini hanya ada di wattpad! BLURB Ketika Rasyana Saraswati Putri Prasetya mengaharapkan Alifandra Malik Ibrahim yang menjemputnya. Seseorang yang mengucapkan janji sucinya atas dasar pernikahan seketika sirna, setelah melihat keberadaan adik ip...