Tepat pukul tiga dini hari angin berhembus kencang melewati ventilasi udara. Pintu balkon nampak berdecit karena kencangnya hembusan angin yang menerpa. Seorang nampak kembali bergerak gelisah dalam tidurnya yang berhasil mengusik kenyamanan tidur seseorang di sampingnya.Genggaman erat makin terasa saat kepingan-kepingan mimpi kembali bersatu mengitari dirinya.
"Ra ...." Panggil Anan yang sedari tadi merasakan kegelisahan Rasyana dalam tidur. Ia berusaha menepuk-nepuk pelan pipi Rasyana agar bangun dari tidurnya.
Anan meringis saat genggaman kencang di tangannya diberikan oleh Rasyana. "Hei ... Ra, bangun," panggilnya, namun tak ada respon dari Rasyana.
"Aaaaa ... Astagfirullah Al Adzim," teriak Rasyana, napasnya nampak tak teratur layaknya sedang berlari maraton. Keringat dingin mulai membasahi kening dan tangannya yang tengah menggenggam tangan orang lain. Mimpi yang sama lagi-lagi menghampirinya.
"Ra, tenang." Ucap Anan sambil mengelap pelipis Rasyana yang basah karena keringat.
"Takut ...." cicitnya pelan. Netranya hanya fokus pada genggaman tangannya, Ia tak berani melihat kearah lain.
"Istigfar Ra ... ada aku disini."
Rasyana mengangguk, mengikuti perintah suaminya itu untuk mengucap kalimat istigfar secara teratur untuk menenangkan dirinya.
Merasa cukup tenang, Rasyana menatap Anan yang sesekali memejamkan matanya yang masih mengantuk. Rasyana hanya ingin memastikan keadaan Anan. Ia tak mau apa yang ada di mimpinya benar-benar terjadi.
"Udah tenang kan? Kita wudhu ya, salat tahajud." Ucap Anan, tiba-tiba membuka matanya, membuat Rasyana yang sedari tadi memandangi wajah Anan dari dekat mengerjapkan matanya terkejut. Netra keduanya bertemu cukup lama.
"Aku ganteng kan Ra kalau dari deket?" Godanya, seketika Rasyana menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya itu. Malu!
"Awss Ra ... jangan di cubit juga perutnya." Ringisnya saat menyadari tangan kiri sang istri dapat berkelana kemana saja.
"Lo nyebelin!"
"Nyebelin ya? Kok tadi nangis-nangis minta ketemu aku Ra?" Tanyanya sambil menaik turunkan alisnya untuk mencairkan suasana.
"Awss Ra ... ampun." Ucapnya, cubitan sang istri memang benar-benar luar biasa.
"Kamu mau cerita tentang mimpimu yang membuatmu ketakutan seperti ini Ra?" Tanya Anan spontan, Ia benar-benar ingin tahu sekarang.
Rasyana menggeleng, air matanya tiba-tiba meluruh kembali membuat Anan menyesali telah melontarkan pertanyaan itu.
"Udah ya ... maaf ... jangan nangis lagi, oke." Ucapnya.
"Kita wudhu, abis itu langsung salat, yuk." Ajak Anan, dirinya tergerak untuk melepaskan genggaman tangan sang istri namun tak berhasil.
"Ra, lepas dulu ini tangannya." Rasyana menggeleng. "Nanti kamu pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bersamamu (SELESAI)
Fiction généralecerita ini hanya ada di wattpad! BLURB Ketika Rasyana Saraswati Putri Prasetya mengaharapkan Alifandra Malik Ibrahim yang menjemputnya. Seseorang yang mengucapkan janji sucinya atas dasar pernikahan seketika sirna, setelah melihat keberadaan adik ip...